Ikut bersama tim Davis Cup Indonesia saat bertandang ke Hongkong bulan Februari 2007 untuk melawan tim Hongkong punya cerita yang cukup unik. Saat itu tim Davis Cup Indonesia terdiri dari Prima Simpatiaji, Suwandi, Elbert Sie dan Christopher Rungkat, kapten tidak bermain Bonit Wiryawan dan Andrian Raturandang selaku assisten pelatih, bersama manajer tim Diko Moerdono. Rombongan pemain berangkat lebih awal sedangkan AFR bersama sama dengan Christian Budiman 3 hari sebelum pertandingan menyusul.
Berkat mendapatkan sponsor dari Garuda Indonesia, AFR mendapat kesempatan ikut ke Hongkong. Di Hongkong menginap bersama tim . Sebelumnya di Jakarta, Diko Moerdono menyampaikan jika mau tidur satu kamar dengan dia maka siap siap saja menerima kamar penuh asap rokok. Maklum Diko itu perokok berat. Tak mau kalah AFR juga katakan dia harus siap siap juga menerima dengkuran alias ngorok.
Saat welcome party, tidak disangka AFR diminta untuk menyampaikan sambutan selaku wakil dari Pelti. Untungnya sudah siap membawa seragam jas Pelti, jadi tidak malu maluin. Kalau tim tamu Davis Cup bertandang ke Jakarta, Pelti selalu menjemput tim tersebut di bandara. Tapia pa yang tim Indonesai terima, ternyata tidak ada satupun panitia setempat yang menjemputnya. Dari sini bisa dilihat kalau Pelti selalu berikan pelayana terbik kepada tim tamu.
Saat bertanding di hari pertama Elbert Sie harus turun, ternyata Elbert sempat kram perutnya. Elbert tunjukkan kepada kapten Bonit Wiryawan yang duduk didalam lapangan perutnya. AFR melihat dari jarak 10 meter, seperti bola pingpong menonjol di perut.
Saat itu juga relan rekannya , Suwandi cs mulai berteriak beri semangat kepada Elbert dan akhirnya bisa melanjutkan permainan tetapi kalah.
Setelah selesai di hari pertama dengan kedudukan 1-1, karena Prima Simpatiaji berhasil curi angka. Diko Moerdono bercerita ternyata Elbert itu belum makan pagi. Ini kebiasaannya selama ini. Bisa dibayangkan bertanding 5 set belum sarapan, benar benar membingungkan semua pihak. Saat itu juga AFR tekankan kepada Diko Moerdono selaku manajer tim harus bertindak. “Harus sarapan mulai besok, kalau perlu ditongkrongin.” Esok harinya Diko minta Bonit untuk membangunkan Elbert dan sarapan bersama yang selama ini tidak dilakukannya.
Selama di Hongkong ada sedikit masalah yang kelihatannya kecil, karena seaktu anggota tim makan bebek Peking, hanya Elbert yang tidak mau, cukup makan McDonald. Aneh, tapi dibiarkan sehingga Diko bertanya kepada Elbert. Jawabannya cukup lucu, takut flue burung. Langsung dihentak. “Jadi kalau teman teman mati karena flue burung kamu tidak.”
Pengamatan AFR keberadaan Elbert Sie dalam tim nasional belum sepenuhnya mulus seperti pemain lain, karena selalu dibayang bayangi oleh kedua orangtuanya. Ada semacam jurang pemisah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar