Ada pertanyaan sebagai berikut. Bisakah selenggarakan Turnamen tenis tanpa sponsor ? Jawabnya adalah BISA. Kok bisa ? Kenapa sampai timbulnya pertanyaan tersebut. Karena sebagai pelaksana turnamen tenis itu sangat banyak pos pos beaya yang muncul sehingga mencuatlah anggarannya. Dana turnamen didapat selama ini selalu yang terbaik adalah dari SPONSOR. Memang betul sekali kalau penyelenggara turnamen tenis itu selalu pusing dengan minimnya sponsor yang mau mendanai turnamen tenis. Terutama saat itu Indonesia dilanda KRISIS ekonomi sehingga banyak sponsor yang mundur.
Kalau tidak ada sponsor berarti tidak ada turnamen tenis. Akibatnya petenis kita bisa tidak punya lahan sebagai ajang peningkatan prestasinya.
Dari data2 saya punya ternyata beaya terbesar datangnya dari beaya pelaksana turnamen kemudian sewa lapangan, bola , hadiah dll.
Muncullah idea dengan turnamen yang dikenal sebagai PERSAMI ( Pertandingan Sabtu Minggu). Turnamen ini diselenggarakan di hari Sabtu dan Minggu.
Persami ini yang dapat mengatasi sponsor tersebut. Tanpa sponsor tenyata bisa dilakukan suatu turnamen tenis.
Kita ketahui turnamen adalah suatu kebutuhan bagi setiap atlet. Turnamen bisa dipakai sebagai evaluasi pembinaan atlet tenis. Dan turnamen juga bisa dipakai sebagai sarana promosi PELATIH tenis, promosi produk2 .
Diambilnya Persami dihari sabtu dan minggu karena ledua hari tersebut tidak menggangu waktu bagi atlet baik kerja kantor atau sekolah.
Persami merupakan jawaban bagi pelaksana turnamen atas kesulitan sponsor, memang betul. Kita perhatikan budget terbesar adalah beaya pelaksana turnamen seperti wasit, ballboys, panitia. Kemudian adalah hadiah (piala, sovenir dll) .
Karena modal saya adalah NIAT sehingga banyak jalan untuk mengatasi permasalahn sponsor dipelaksanannya. Mulailah dibuat konsep agar pertandingan tanpa wasit, ballboys dan juga hadiah. Begitu juga dilakukan kerja sama dengan pengelola lapangan agar tidak bayar mahal sewa lapangan dengan cara gunakan lapangan yang saat itu kosong tidak disewa pelanggannya. Sedangkan bola digunakan bola bekas. Cukup dengan Piala dan Piagam.
Ya sumber dana dari mana ? Jawabannya adalah entry fee. Dari beaya Piala, Piagam, promosi (SMS) , bola dan sewa lapangan maka dicarilah BEP agar tidak merugi. Sehingga bisa ditentukan berapa besarnya Entry fee setiap peserta. Nah sudah terjawablah semua permasalahannya.
Saya sendiri sudah mulai menjalankan Persami sejak tahun 1996-1997 secara rutin di Jakarta setiap bulannya. Dan sejak Agustus 2003 saya dianjurkan menggunakan nama Piala Ferry Raturandang. Ini adalah anjuran orangtua petenis yunior yang rajin ikuti Persami yang saya selenggarakan saat itu di Pusat tenis Kemayoran Jakarta. Namanya Ibu Sandra Sondakh yang saat itu kedua putranya ikut Persami yaitu Gilbert dan Gerry Sondakh.
Persami memperebutkan Piala Ferry Raturandang telah disebar keluar Jakarta seperti di Cilegon (Banten), Palembang, Sidoarjo dan Bandung. Ada peristiwa lucu terjadi yaitu di Sidoarjo sebelum Lumpur Lapindo melanda kota ini. Kerjasama saya lakukan dengan salah satu klub tenis Mapras Sidoarjo. Dalam kerjasama tersebut komunikasi selalu melalui email atau HP. Saya hanya minta agar klub membantu dalam pendaftaran , karena sasarannya adalah atlet yunior Sidoarjo, Surabaya dan sekitarnya di Jawa Timur. Promosi saya lakukan dari Jakarta via berita koran Surabaya dan SMS . Tenaga pelaksana saya dengan 1 pembantu saja sudah cukup.
Saat itu saya berangkatlah ke Surabaya kemudian Sidoarjo. Saat saya masuk ke lapangan saya terkejut karena ternyata nama turnamen berubah menjadi Turnamen Persami Bupati Sidoarjo. Saya kaget dan sedikit kecewa atas kejadian ini. Kemudian saya bertemu dengan rekan yang selama ini berkomunikasi dengan saya. Dia minta maaf karena tidak beritahukan saya. Karena publikasi saya melalui media massa di Suranaya sehingga gaungnya Persami ini terasa di Sidoarjo. Akhirnya didengar oleh Bupati Sidoarjo. Dan Bupati tertarik sebagai sponsornya. Itulah ceritanya. Dan saya kecewa tapi tetap bangga kalau Persami sudah bisa diterobos di Sidoarjo.
Pengalaman saya menyebarkan program Persami di Pontianak ditahun 2001. Waktu itu saya di PB Pelti di bidang Pengembangan. Saat berkunjung ke Pontianak punya kesempatan berdialog dengan Pengurus Daerah Kalimantan Barat dan Pengurus Cabang Pelti Pontianak dirumah Ketua Pengcab Pelti Pontianak H.Bunyamin Solihin. Ini pertemuan pertama kali dimana hadir anggota Pengda dan Pengcab Pelti. Mulailah berbicara tentang program Mini Tenis dan dilanjutkan dengan Persami. Saat tanya jawab muncullah pertanyaan dari anggota Komite Pertandingan Pengcab Pelti Pontianak. Karena dalam penjelasan saya saat itu kalau siapa saja bisa laksanakan Persami. Intinya tidak perlu Pelti yang selenggarakan. Disinilah timbul ketidak setujuan anggota Komite Pertandingan Pengcab Pelti Pontianak. "Dimana legalitasnya kalau perorangan bisa jalankan Persami." ujarnya yang menandakan ketidak setujuannya. PB Pelti sendiri sudah edarkan brosur masalah Persami dan dalam petunjuk PB Pelti tsb jelas disebutkan masalah pelaksana turnamen terbuka bagi individu maupun badan hukum lainnya. Ya, walaupun sudah dijelaskan tetapi yang bersangkutan tidak bisa menerimanya. Dalam hati saya mengatakan kalau begini pendirian anggota Pelti (Pengcab) maka tenis didaerah tersebut saya jamin tidak akan maju. Buktinya bisa dilihat sekarang kegiatan tenis di Kalbar sudah melempem.
Belum lagi sewaktu selesai selenggarakan Persami di Palembang, adik saya Alfred Raturandang yang profesinya adalah pelatih menerima SMS dari pelatih tenis dari Palembang yang dia tidak tahu siapa pengirimnya, tetapi saya tahu siapa pelatih tersebut. Komentar pelatih asal Palembang tsb bunyinya demikian. " Pak Ferry selenggarakan Persami di Palembang , motovasinya cari duit." Memang telinga bisa panas tapi saya menyadari siapa pelatih tsb sehingga saya jawab langsung ke adiksaya SMS jawaban saya dengan harapan agar di forward kepada yang bersangkutan. " Kalau selenggarakan turnamen tenis tidak untung berarti sangat goblok goblok goblok sekali". Ini kata kata kurang bijak tetapi sangat perlu untuk mengatasi perilaku pelatih Palembang tersebut saya rasa sangat tepat jawaban SMS saya itu. Pelatih tersebut kalau ketemu saya di Jakarta selalu datang dengan banyak keluhan terhadap kinerja Pengda Peltinya padahal yang bersangkutan anggota Pengda Pelti setempat. Saya sering katakan kalau ketemu saya jangan banyak keluhan tapi bisa solusi. Ada lagi peristiwa yang saya anggap lucu dalam selenggarakan Persami Piala FR ini di kota Bandung. Setelah kirim SMS ke orangtua petenis di Bandung, saya pernah terima SMS dari salah satu Ketua Klub tenis yang saya kenal. Cukup singkat SMSnya, yaitu " Ditunggu di Polsek Bandung." Ini adalah suka dukanya yang cukup banyak selama 10 tahun. Caci maki diimbangi dengan pujian juga merupakan santapan hari hari sebagai pelaksana Persami Piala FR. Tapi semua ini saya anggap sebagai romantika sebagai pelaku tenis. Like and dislike selalu ada.
Mudah kah selenggarakan Persami ! Kelihatannya sangat mudah jika dilakukan dengan keinginan atau niat agar turnamen itu adalah kebutuhan bagi setiap atlet tenis yunior. Ini intinya. Saya bangga ditahun 2007 sudah ada 4 pelaksana Persami yang berbeda termasuk Piala Ferry Raturandang salah satunya. Yang lainnya adalah Sekolah KTC, STAW,YBTA.
Silahkan coba lakukan dikota masing masing. Mau minta petunjuk tentunya akan saya bantu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar