14 Oktober 2008. Pembicaraan menarik sore ini tentang pembinaan prestasi daerah yang diragukan sekali keberhasilannya. Tanpa melihat tujuan sehingga lebih banyak muncul kemasalahan tehnis pelaksanaannya. Hadir dalam pembicaraan sore ini adalah Johannes Susanto, Christian Budiman, Harmony Ginting dan August Ferry Raturandang.
Jika melihat langsung terhadap pelaksana pelaksana dilapangan sehingga muncul kekuatirannya. Oleh August Ferry Raturandang dijelaskan bahwa rencana awal dibentuk sentra sentra pembinaan di 6 wilayah mewakili 33 Provinsi, tetapi diubah setelah melihat respons dari daerah masih belum memenuhi keinginan semula, sehingga ada sedikit modifikasi terhadap program tersebut. Hal ini wajar wajar saja dengan cepat dirubah untuk menyesuaikan terhadap situasi.
Karena sudah muncul kepada inti pendukungnya adalah dana maka muncullah kekuatiran itu bertambah, karena setiap pembiayaan ditanggung oleh peserta dan daerah sentra.
Dijelaskan pula oleh August Ferry Raturandang, kalau sentra sentra ini akan menjadi semacam Pemusaant Latihan Daerah atau PELATDA dan kalau sudah bicara dana maka akan menjadi cikal baka PPLP seperti program Departemen Diknas RI dimana tenis bisa dikatakan belum masuk kedalam program tersebut.
Suatu kebanggaan atlet jika bisa masuk kedalam PELATDA yang dipusatkan di ibukota provinsi tersebut. Sehingga bukan masalah lagi karena atlet akan mau pindah ke pusat provinsi tersebut.
Yang penting saat ini adalah pelaksana pelaksana sentra sentra tersebut. Maksudnya tenaga pelatih disentra sentra tersebut yang direkrut oleh Provinsi sendiri. Daerah sudah harus memiliki pelatih sendiri yang harus didik secara perlahan sehingga memenuhi kriteria seorang pelatih, bukanlah instruktur atau pemberi bola (ball feeder). Yang tidak kalah penting adalah tenaga pelatih yang akan ditugaskan PP Pelti kedaerah.
Kesimpulan hasil diskusi pendek dan tidak terencana ini adalah siapa saja pelatih yang akan ditugaskan kedaerah daerah tersebut. Berbobot atau yang Populer ?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar