25 Oktober 2008. Akhirnya datang juga. Begitulah mimpi August Ferry Raturandang menjadi kenyataan setelah hari ini dimulainya turnamen tenis Piala Ferry Raturandang-57 di lapangan tenis Bhuana Patra dan Undiksha Singaraja Bali. Mimpi sebagai langkah awal yang bisa menjadikan hasil, itulah yang membuat keberanian August Ferry Raturandang yang sudah lama mengharapkan kota Singaraja bisa mempunyai keiatan turnamen tenis. Setelah melihat fasilitas lapangan tenis yang memadai telah dimiliki oleh kora Singaraja yang mempunyai nilai sejarah bagi keluarga Raturandang semasa orang tua August Ferry Raturandang berdomisili di Singaraja yang waktu itu menjadi ibukota Provinsi Sunda Kecil yang kemudian menjadi provinsi Nusa Tenggara sebelu dipecah menjadi 3 provinsi (Bali, Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur).
Hari ini pukul 08.00 sudah mulai berdatangan atlit disertai oleh pelatih maupun orangtua sekitar 75 atlet sedangkan sebelumnya telah mendaftar 103 petenis dari Denpasar, Bangli, Gianyar, Karang Asem, Jembrana ,Singaraja dan dari Nganjuk Jawa Tmur. Semua dilayani oleh August Ferry Raturandang mulai dari membayar entry fee, mengisi formulir pendaftaran dan menyerahkan copy akte kelahiran.
"Silahkan anak anaknya sendiri yang melapor, ini untuk mendidik anak anak agar mandiri. Jangan diwakilkan oleh orangtua atau pelatih. Ini penting dimengerti." ujar August Ferry Raturandang. Anjuran ini ternyata mendapatkan rspons positip sehingga tidak menggangu jalannya pendaftaran kembali.
Sambutan orangtua dengan kehadiran turnamen Piala Ferry Raturandang-57 ini cukup besar, dan minta inisiatip diadakan Piala Ferry Raturandnag agar dilanjutkan terus. Itu harapan dari beberapa orangtua yang disampaikan langsung ke August ferry Raturandang. "Saya sih siap aja selenggarakan tiap bulan, asalkan mendaptkan sambutan dari petenis Bali khususnya."
Menurut August Ferry Raturandang, peminat turnamen ini bisa cukup besar menunjukkan petenis Bali sangat haus akan turnamen tenis khususnya yunior.
Ada kejadian menarik disaat pendaftaran kembali peserta, datangnya dari pelatih tuan rumah yang terkenal tidak simpatik. "Ini gunakan sistem apa ya. Sistem gugur atau pool . Kalau sistem gugur saya akan menarik semua atlit saya tidak jadi ikut." ujarnya ke August Ferry Raturandang. Ini pertanyaan atau ancaman. Bagi August Ferry Raturandang sebenarnya tidak kuatir atas ancaman tersebut.
Setelah dijelaskan seperti yang sudah diumumkan sebelumnya tentang peraturan yang digunakan, sepertinya pelatih tersebut mengerti. Tetapi kenyataannya berbeda. Dipikirannya adalh setelah yang kalah kalah masih bertanding maka yang keluar sebagai pemenang akan masuk kebabak utama lagi.
"Ini masih baru bagi kami, pertandingan tanpa wasit." ujar Kadek Budiarsa salah satu wasit Bali yang sudah berpengalaman menjadi hakim garis di turnamen WTA Tour Wismilak International (Commonwealth Classic) di Nusa Dua.
Pengalaman cukup menarik selama ini selenggarakan Persami di Indonesia, orangtua dan pelatih di Bali mau menerima sistem yang dilaksanakan di Bali. "Saya salut di Bali para orangtua dan pelatih bisa menerima sesuai dengan tata aturan yang telah disebarkan sebelum turnamen dimulai."
Awalnya sewaktu informasi turnamen disebarkan melalui SMS, August Ferry Raturandang menerima pertanyaan menganai hadiah selain Piala dan Piagam. "Janganlah hadiah selain Piagam dan Piala diiming imingkan ke peserta. Akibatnya yang dikejar adalah hadiah bukan turnamennya. Ini turnamen yunior bukanlah sebagai TARGET, tetapi sebagai ajang membina prestasi sebelum masuk ke targetnya di senior. Saya tidak pernah memberikan iming ming hadiah tersebut. Kalau diberikan hadiah kaos itu tidak perlu diumumkan." ujar August Ferry Raturandang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar