10 Oktober 2008. Masalah pelaksanaan Turnamen tenis nasional khususnya kelompok yunior masih belum bisa teratasi dengan baik oleh pelaksana TDP. Selama ini induk organisasi tenis ( PP PELTI ) telah menunjuk Referee selaku petugas resmi dalam menjalan suatu turnamen. Sedangkan Direktur Turnamen bertugas lebih banyak non tehnisnya seperti persiapan turnamen sudah harus kerja berat. Khususnya menyediakan sarana dan prasarana turnamen. Begitu pula dengan sponsor, mulai pencarian dan pelaksanaan turnamen mengikuti komitmen-komitmen sponsor.
"Apa sebenarnya tugas dari Direktur Turnamen ? " ini pertanyaan muncul dari Teddy Tanjung Direktur Turnamen Sportama kepada August Ferry Raturandang.
Direktur Turnamen itu lebih berat kerjanya sebelum pelaksanaan dibandingkan selama turnamen. Tetapi oleh ITF disebutkan kalau Direktur Turnamen harus full time dilapangan selama turnamen berlangsung. Day to day bersama Referee, karena jika ada masalah langsung bisa diatasi.
August Ferry Raturandang katakan pengalaman selenggarakan turnamen antar perusahaan Piala KODEL beberapa tahun silam. Dengan peralatan canggih semacam HT bisa berkomunikasi dengan 4-5 orang sekaligus. Selaku Direktur Turnamen mempersiapkan turnamen mulai dari pencarian sponsor, kemudian buat penjadwalan keseluruhan turnamen, publikasi maupun promosi turnamen, pengadaan petugas pertandingan mulai dari Referee,Wasit, petugas lainnya. Disaat turnamen berlangsung August Ferry Raturandang memonitor turnamen dengan alat semacam HT di Puncak. Instruksi atau monitor dengan petugas petugas dilapangan. Disaat final baru turun kelapangan.
"Kalau begitu Direktur Turnamen tidak perlu hadir setiap hari." ujar Teddy Tanjung. Tetapi oleh August Ferry Raturandang katakan kalau sering terjadi di Indonesia. Tetapi yang penting ada wakilnya sehingga jika timbul masalah, Referee hanya tahu berhubungan dengan Direktur Turnamen.
Selama ini, setiap pelaksanaan turnamen nasional kelompok yunior selalu ada saja masalah tehnis yang selalu belum lancar. Seperti pendaftaran yang terlambat (setelah entry deadline) masih diterima panpel, undian, penyusunan order of play.
Masalah pendaftaran terlambat, Panpel sendiri yang membuat masalah. Dengan alasan kasihan datang jauh jauh tidak bisa dimainkan membuat penerimaan masih berlangsung saja. Kemudian order of play dibuat ternyata, masih diubah ubah. hal ini terjadi di Bintang seri yang sedang berlangsung dilapangan tenis Gelora Bung Karno. Salah satu orangtua bercerita masalah putranya. Semalam sudah terima SMS tentang rencana pertandingan putranya sebanyak 2 kali. Terakhir terima pukul 21.00, diberitahukan kalau putranya dijadwalkan main pukul 10.00. Hari ini putranya minta ijin sekolah . Ternyata tiba dilapangan jadwalnya diundur ke pukul 15.00 tanpa diberitahu kembali. Alasannya lawannya minta dimainkan pukul 15.00.
"Ini kan tidak adil. Hanya sepihak. Panitia main lempar tanggung jawab. Referee bilang yang atur tiurnament desk. Ini tidak benar 'kan." ujarnya .
Masalah ini sebenarnya tidak boleh terjadi, semua tanggung jawab berada dipundak Referee termasuk pembuatan Order of Play. Tidak dibenarkan Referee melempar tanggung jawab ke Tournament Desk. " Inilah typical Referee TDP Nasional, mau enaknya saja minta gaji tinggi tapi tidak sesuai kerjanya." ujar August Ferry Raturandang, yang selama ini sering menanyakan siapa yang mengontrol kinerja Referee.
Pengamatan August Ferry Raturandang sering terjadi dilapangan kasus kasus ketidak becusan kerja Referee tetapi laporan yang masuk ke PP Pelti selalu baik. "Masalah kontrol masih kurang dilakukan oleh PP Pelti. Mudah mudahaan dimasa mendatang kontrol PP Pelti lebih baik lagi. Sudah dibuktikan adanya pelanggaran oleh pelaksana TDP maka kena hukuman. Bukan hanya pelaksana TDP tetapi Referee pun kena peringkatan keras.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar