6 Oktober 2008. Teringat beberapa puluh tahun silam saat menjadi Manager Program Pertandingan PB Pelti, terjadi perbedaan pendapat masalah turnamen yang akan dilakukan oleh induk organisasi. Saat itu turnamen tertinggi di Indonesia masih kelas Challenger ( Garuda Indonesia Super Tennis $ 100,000 ). Ada keinginan dari salah satu petinggi PB Pelti membuat turnamen kelas diatas $ 100,000. Dengan bendera atau nama Indonesia Open.
August Ferry Raturandang melihat berdasarkan kebutuhan saat itu untuk petenis Indonesia yang belum ada yang bisa menembus final turnamen Challenger $ 50,000, apalagi ke $ 100,000. Kebutuhan tenis saat itu adalah masih disekitar turnamen satellite ( 4 minggu turnamen dimana total prize money seluruhnya $ 25,000 ). Sehingga keinginan tersebut yang menjadi akar perselisihan karena tidak diikuti kemauannya, tidak dijalankan. Namun setelah keluar dari PB Pelti, terealiserlah keinginan tersebut melahirkan Indonesia Open. Hanya tidak langgeng, alias berlangsung hanya 2-3 tahun saja.
Bagaimana dengan turnamen tahun 2008 ?
Kalau melihat kalender turnamen 2008, ada beberapa turnamen dengan prize money Rp 150 juta bahkan ada yang lebih. Ini satu lahan yang menyenangkan untuk petenis Indonesia. "Lahan bagi petenis nasional yang berkisar itu itu saja."
Memang ini namanya rejeki untuk petenis, karena petenis juga manusia yang butuh uang. Tetapi sebagai pembina sudah waktunya berpikir pula dengan masih kurangnya kegiatan turnamen, jika dilihat banyak petenis kurang peduli dengan prestasi karena lebih butuh uang sebagai manusia. Ini juga wajar wajar saja.
Di tahun 2008 ada 10 turnamen nasional kelompok umum dengan prize money minimal Rp 140 juta. Ini berarti total prize money yang keluar sebanyak Rp. 1,4 - 2 miliar.
Berbicara mengenai prestasi khususnya petenis putra, sebagai tolak ukurnya adalah hasil turnamen internasional ( $ 10,000 ) yang identik dengan Rp. 100 juta. Maka hasil yang didapat petenis ndonesia di turnamen internasional (Men's Futures) adalah di babak kuarter final ( 1-2 petenis saja dari yang ikut 6 petenis).
Mulai banyaknya turnamen maka diharapkan makin bergairahnya pertenisan Indonesia. Coba dilihat berapa banyak petenis yang memiliki PNP Kelompok Umum putra. Ternyata hanya 79 petenis sedangkan putri 54.
Tingkat internasional, hasil didapat melihat peringkat dunia (ATP-Tour dan WTA-Tour), hanya petenis putri yang bisa berbicara banyak dibandingkan putra.
Petenis putra berasal dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Banten,Jawa Tengah,Jawa Timur, DIY, Bali, Kalimantan Timur, Kalimantan Tengah, Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sumatra Utara, Nangroe Aceh Darusalam, Papua Barat. Berarti dari 33 Provinsi di Indonesia , yang memiliki peringkat nasional asalnya dari 14 Provinsi. Kenapa ?
Kualitas belum ada, sehingga sudah waktunya dipikirkan kuantitas yang jika sudah berjalan lancar kemungkinan berikutnya menjurus ke kualitas. Ini harus bisa bertahap sehingga menghasilkan maksimal.
Mengatasi permasalahan ini tergerak juga keinginan selenggarakan turnamen dengan prize money yang lebih kecil, sehingga bisa menghasilkan petenis yang mempunyai peringkat nasional. Masalahnya sekarang kuantitas turnamen diluar pulau jawa sangat sedikit sehingga petenis daerah tidak mempunyai kesempatan meningkatkan prestasinya. Prinsip dengan mulai kuantitas maka akhirnya kualitas datang juga. Dan keuntungan lain pertenisan Indonesia mulai menyebar kedaerah daerah. Ini sesuai dengan program pembinaan prestasi daerah yang sedang digalakkan oleh induk organisasi tenis (PP Pelti).
Saat ini August Ferry Raturandang masih belum bergairah mencari sponsor seperti yang pernah dilakukan tahun 1989-1991. Pernah ada pemikiran membuat Persami kelompok umum dengan prize money Rp 5 juta saja. Tetapi yang menjadi masalah dana Rp 5 juta datangnya dari mana.
Mengakhiri tahu 2008, keinginan selenggarakan turnamen nasional didaerah daerah dengan prize money sekitar Rp. 10 - 30 juta makin besar, sehingga muncul inisiatip menjual rumah, dimana hasilnya 1/3 dibuang ke turnamen turnamen ini. Jika hal ini diprogramkan jauh jauh kedepan , maka keuntungan akan datang ditahun berikutnya.
Ide ini memungkinkan sekali, hanya yang menjadi kendala " ratu" yang dirumah ini apakah mengijinkannya. Ini masalah lain, yang penting sudah ada " niat ". Ini prinsip dasar untuk mencapai sasaran.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar