Jakarta, 7 Mei 2013. Saya perhatikan banyak hal yang bisa kita berikan masukan kepada induk organisasi tentang pertenisan Indonesia yang saya ketahui. Padahal teman saya katakan kalau saya tidak perlu beritahu ilmu apa yang saya ketahui. Bahkan saya dikatakan sangat bodoh dan lihat apa hasilnya yang mereka perlakukan kepada saya bersama RemajaTenis.Tetapi saya kemukakan kalau saya tidak mau ikuti anjuran teman teman, karena saya dulu juga belajar dari Pelti maka sudah sewajarnya apa yang saya ketahui untuk disebarluaskan agar mereka bisa bekerja dengan baik dalam memajukan tenis Indonesia Harus bisa ditularkan apalagi saya sudah tua. .Ketika diminta peta pertenisan saya langsung kemukakan saja
karena saya paling sering selenggarakan turnamen RemajaTenis diluar Jawa, speeti Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi Begitu juga fasilitas fasilitas yang memadai itu ada di Palembang, Pekanbaru, Medan maupun Padang. Begitu juga di Pontianak, Balikpapan, Makassar, Manado dan Palu. Tinggal sekarang komitmen rekan rekan pembina didaerah tersebut , begitu juga yang duduk dikepengurusan Pelti didaerah daerah tidak semua berkomitmen tinggi sehingga wajar wajar saja tenis itu hanya berkembang didaerah daerah tertentu saja. Padahal ada 33 provinsi, dan hampir 400 Pengcab Pelti Jika mau galakkan turnamen nasional maka saya kemukakan juga apakah Pelti sudah siap dengan SDMnya seperti tenaga Referee, Wasit, Tournament Director. Kekecewaan terhadap turnamen seminggu sudah sering terjadi tetapi tidak ada perubahan apalagi perbaikan, kenapa? Ya, karena setiap tahun berbeda beda personnya dan biasanya tidak ada evaluasi dari Panpel setempat begitu juga oleh PB Pelti sendiri. Mau harapkan Bidang Pertandingan lakukan, saya yakin tidak bisa karena saya tahu kualitasnya. Begitu juga terhadap perwasitan sebaiknya Pelti lakukan workshop juga. Ya, semua ini butuh dana juga. Saya anjurkan agar dibentuk tim evaluasi yang menangani turnamen. Evaluasi atas turnamen dan juga kategorinya. Evaluasi terhadap wasit dan Refereenya. Sayapun kemukakan tidak semua wasit internasional yang dimiliki bisa jadi Referee yang baik. Banyak kekurangannya, dan sayapun maklum sekali karena mereka ini jadi Referee karena otodidak. Jangan harapkan dapat kualitas terbaik. Begitu pula wasitwasit didaerah itu masih dibawah level. Saya tahu sekali karena saya banyak gunakan wasit wasit daerah yang berbagai kekuragannya.
karena saya paling sering selenggarakan turnamen RemajaTenis diluar Jawa, speeti Sumatra, Kalimantan dan Sulawesi Begitu juga fasilitas fasilitas yang memadai itu ada di Palembang, Pekanbaru, Medan maupun Padang. Begitu juga di Pontianak, Balikpapan, Makassar, Manado dan Palu. Tinggal sekarang komitmen rekan rekan pembina didaerah tersebut , begitu juga yang duduk dikepengurusan Pelti didaerah daerah tidak semua berkomitmen tinggi sehingga wajar wajar saja tenis itu hanya berkembang didaerah daerah tertentu saja. Padahal ada 33 provinsi, dan hampir 400 Pengcab Pelti Jika mau galakkan turnamen nasional maka saya kemukakan juga apakah Pelti sudah siap dengan SDMnya seperti tenaga Referee, Wasit, Tournament Director. Kekecewaan terhadap turnamen seminggu sudah sering terjadi tetapi tidak ada perubahan apalagi perbaikan, kenapa? Ya, karena setiap tahun berbeda beda personnya dan biasanya tidak ada evaluasi dari Panpel setempat begitu juga oleh PB Pelti sendiri. Mau harapkan Bidang Pertandingan lakukan, saya yakin tidak bisa karena saya tahu kualitasnya. Begitu juga terhadap perwasitan sebaiknya Pelti lakukan workshop juga. Ya, semua ini butuh dana juga. Saya anjurkan agar dibentuk tim evaluasi yang menangani turnamen. Evaluasi atas turnamen dan juga kategorinya. Evaluasi terhadap wasit dan Refereenya. Sayapun kemukakan tidak semua wasit internasional yang dimiliki bisa jadi Referee yang baik. Banyak kekurangannya, dan sayapun maklum sekali karena mereka ini jadi Referee karena otodidak. Jangan harapkan dapat kualitas terbaik. Begitu pula wasitwasit didaerah itu masih dibawah level. Saya tahu sekali karena saya banyak gunakan wasit wasit daerah yang berbagai kekuragannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar