Jakarta, 26 Mei 2013. Ketemu dengan salah satu rekan yang mantan atlet dan sudah berganti profesi sebagai pelatih dan penyelenggara turnamen, ada dua hal yag menarik dalam pembicaraan tersebut. Yang pertama adalah sekarag petenis apalagi yunior sudah tidak ada respek dengan seniornya. Dan yang satu lagi adalah masalah prize money di TDP NasionalYunior. Masalah tidak ada respek atau hormat dari petenis kepada seniornya ada beberapa kemungkinan adalah tidak mengenal seniornya, dan yang kedua tidak diajarkan dari dalam rumah sendiri masalah etika. Sayapun cerita kalau ada beberapa atlet yang saya pantau dari beberapa klub yang dibina oleh pelatih pelatih kondang di Jakarta. Pemantauan saya lakukan selama duduk di Senayan, setiap hari ada saja atlet yuniordatang ke kantor sekretariat. Ada satu
group yang saya lihat tidak atau belum diajarkan oleh pelatihnya masalah etika. Masuk kantor oranglain tanpa basa basi yag seharusnya kulonuwun lah apalagi ada yang bertugas. Tapi banyak yang justru tahu etika, masuk kanroe langsung beri hormat atau salam. Kenapa saya katakan tidak diajarkan oleh pelatihnya karena banyak sekali atlet yag ditampung dari daerah dirumah pelatihnya sehingga kebiasaan dirumah tersebut dibawa keluar rumah. Kemudian masalah prize money untuk pemenang TDP Nasional Yunior. Dia merasa kasian kepada peteis daerah yang datanh jauh jauh butuh unag sehingga dianggap patut diberikan hadian uang cash. Ini kekeliruan pandangannya . Selain sudah jelas melanggar aturan nasional maupun internasional. Sayapun diberi contoh ada pelatih satu keluarga datag bersama istri dan anaknya butuh uag. Saya katakan kalian itu kena kibul saja karena mereka datang itu selain gunakan uang sendiri juga so pasti sudah mencari dukungan ke instansi didaerahnya. Ini yang tidak diketahuinya. Menurut saya kalau mau membantu kepada pelatih berikan saja kepada pelatih tersbut bukan kepafa anaknya melalui hadiah pemenang. Sayapun ceritakan saya pernah ketemu oarngtua yang datang dari jauh ikut tirnamen kemudian lapor sama saya kalau tidak ada dukungan dari Pelti ataupun Pemerintah kepada mereka. Sayapun coba kontak salah satu pejabat institusi didaerahnya. Dan sayapun dapat laporankalau mereka sudah diberikan dana dukungan dari Pemerintah. "Bilang saja kalau kurang. Bagaimana tidak kurang karena bawa rombongan petenis didampingi anak dan istrinya sendiri. Ya, so pasti kurang dana yang diterima. Abunawas semua."
group yang saya lihat tidak atau belum diajarkan oleh pelatihnya masalah etika. Masuk kantor oranglain tanpa basa basi yag seharusnya kulonuwun lah apalagi ada yang bertugas. Tapi banyak yang justru tahu etika, masuk kanroe langsung beri hormat atau salam. Kenapa saya katakan tidak diajarkan oleh pelatihnya karena banyak sekali atlet yag ditampung dari daerah dirumah pelatihnya sehingga kebiasaan dirumah tersebut dibawa keluar rumah. Kemudian masalah prize money untuk pemenang TDP Nasional Yunior. Dia merasa kasian kepada peteis daerah yang datanh jauh jauh butuh unag sehingga dianggap patut diberikan hadian uang cash. Ini kekeliruan pandangannya . Selain sudah jelas melanggar aturan nasional maupun internasional. Sayapun diberi contoh ada pelatih satu keluarga datag bersama istri dan anaknya butuh uag. Saya katakan kalian itu kena kibul saja karena mereka datang itu selain gunakan uang sendiri juga so pasti sudah mencari dukungan ke instansi didaerahnya. Ini yang tidak diketahuinya. Menurut saya kalau mau membantu kepada pelatih berikan saja kepada pelatih tersbut bukan kepafa anaknya melalui hadiah pemenang. Sayapun ceritakan saya pernah ketemu oarngtua yang datang dari jauh ikut tirnamen kemudian lapor sama saya kalau tidak ada dukungan dari Pelti ataupun Pemerintah kepada mereka. Sayapun coba kontak salah satu pejabat institusi didaerahnya. Dan sayapun dapat laporankalau mereka sudah diberikan dana dukungan dari Pemerintah. "Bilang saja kalau kurang. Bagaimana tidak kurang karena bawa rombongan petenis didampingi anak dan istrinya sendiri. Ya, so pasti kurang dana yang diterima. Abunawas semua."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar