Jakarta, 30 Juni 2009. Pekan Olahraga Nasional Tenis 2009 berlangsung cukup meriah karena repons peserta baik dari daerah maupun Jakarta cukup besar sehingga membuat suasan lapangan tenis Gelora Bung Karno sudah berubah seperti festival saja. Dari pagi bahkan sampai larut malam membuat keceriaan bagi penggemar tenis di Jakarta.
Bukan berarti kesibukan peserta maupun penyelenggara akan berkurang dengan makin lancarnya turnamen. Saya sendiri sudah menduga akan banyak sekali ketidak puasan peserta atas status peserta. Ini akibat conflict of interest beberapa pelaku tenis di lapangan dengan memudahkan semua cara agar bisa ikut turnamen dengan dalih pembinaan. Begitu mudah mengatakan demi pembinaan tetapi lupa kalau cara cara yang dilakukan juga sudah melupakan tata cara pembinaan. Nah, yang jadi pertanyaan adalah apakah motip dari pelaku pelaku tenis khususnya kelompok umu alias yunior ini. Tentunya saya sendiri bisa menjawabnya, hanya kalau saya ungapkan disini,so pasti akan ada yang berteriak. Sedangkan saya mau agar PON Tenis sukses selalu.
"Kita sekarang mangajak atlet agar sportip tetapi pembinanya sendiri bertindak tidak sportip." Inilah masalah klasik sebenarnya, dengan memanfaatkan kemudahan kemudahan yang bisa didapat sehingga buat pusing pelaksana.
Saat inimasing masing pelaksana ada penanggung jawabnya. Jika ada pemasalahan maka akhirnya datang juga kepada saya untuk minta pendapat. Tetapi kalau sudah dilaksanakan ada kesalahan maka sulit dicegah lagi.
sebagai contoh adanya petenis yang ikut beregu tetapi ikut diperorangan dikelompo yang berbeda. Ini tidak boleh, akibatnya peserta tersebut kena diskualifikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar