Cirebon, 8 Februari 2009. Ditengah tengah turnamen Piala Ferry Raturandang-63 terpaksa dihentikan karena pemesanan lapangan indor Sakapura hanya sampai pkl 16.00, yang akan digunakan pelanggan yang tidak mungkin ditunda tunda karena turunnya hujan tiba tiba di Cirebon. Menerima tawaran gunakan lapangan indoor Sakapura disaat turnamen sedang berlangsung terhenti hujan di lapangan Pertamina Country Club Stadion Bima, merupakan penawaran yang sangat menolong pelaksana agar tidak terhenti.
Disaat itu banyak orangtua saling menyayangkan pihak pelanggan tersebut tidak mau mengalah dengan petenis yunior. Bahkan ada yang mengatakan dikotanya, Walikota sedang berlatih mau dihentikan untuk petenis yunior. Tetapi semua itu diredam oleh August Ferry Raturandang karena sesuai komitmen dengan pelaksana yang bisa menerima penggunaannya sampai pkl 16.00 dan setelah itu pkl 18.00 bisa digunakan. "Jangan disalahkan pengelola disini karena saya sangat berterima kasih mereka menawarkan penggunaan lapangan tersebut ketika tahu kalau Piala Ferry Raturandang-63 sedang berlangsung."
Lebih seru lagi pelanggan yang datang dikenal sebagai petenis galatama, maksud bermain tenis dengan taruhan. Cara mainpun berbeda yaitu 3 lawan 3, atau 2 lawan 3 dimana ada yang menggunakan papan. Inilah dia dunia perjudian ditenis sudah berlangsung lama terutama di Cirebon.
Sambil menunggu waktunya pukul 18.00 tetapi peserta dari luar Cirebon sudah gelisah. Langsung dari Tegal menawarkan agar pelaksanaan turnamen Piala Ferry Raturandang-63 babak final yang kebetulan terjadi "All Tegal Final" dibeberapa kelompok umur semuanya peserta dari Tegal. Mendapat penawaran yang sangat membantu, tidak ditolaknya sehingga diberi kesempatan lakukannya.
Yang menjadi permasalahan adalah Kelompok umur 12 tahun putri, karena sistem round robin disatu pool sampai saat ini belum selesai seluruh pertandingannya.
Datanglah beberapa orangtua dari peserta KU 12 tahun putri menanyakan kelanjutannya.
" Saya tunggu setelah pkl 18.00 baru dimainkan. Tapi kalau kalian menghendaki lain silahkan ajukan." ujar August Ferry Raturandang. Terjadi kesepakatan kalau posisi saat sekarang sebagai acuan penentuan pemenang. Hal ini dijalankan , tetapi setelah diberi tahukan hasilnya muncullah ketidak setujuan dari salah satu ibu dari petenis Cirebon. "Tadi suami Ibu sudah setuju, kok sekarang berubah." Langsung dipanggilnya suaminya dan menanyakan kebenaran persetujuan tersebut. "Saya hanya katakan lihat dulu, bukan setujua." ujarnya
Langsung dikumpulkan para orangtua karena ada satu orangtua tidak merasa diajak berunding. "Saya minta satu saja yang mewakili anaknya." ujarnya kepada para orangtua yang hadir.
Disampikan pula ada 2 opsi yaitu pertandingan dimainkan seluruhnya atau diambil hanya 4 pertandingan dari 5 pertandingan yang harus dijalankan. Ternyata disetujui dimainkan semua karena tujuan ke Cirebon adalah untuk bertanding bukan cari juaranya.
Setelah itu 3 orangtua berunding lagi dan didengar August Ferry Raturandang tetapi tidak melihat siapa yang berbicara hanya mendengar suara suaranya. Ternyata disepakati yang dimainkan adalah yang belum melengkapi karena baru 3 pertandingan yaitu putri Maria Agatha Christie. Setelah itu Suwita melaporkan kepada August Ferry Raturandang.
Tetapi ternyata Ibu dari Maria Agatha Christie protes setelah dengar ada perubahan komitmen yaitu dimainkan yang belum main dulu. Oleh Suwita dipertanyakan kenapa Ibu tersebut protes merasa tidak diajak berbicara sedangkan suaminya sudah menyetujuinya. " Kalau begitu suami ibu itu plin plan. "
Akhirnya August Ferry Raturandang mengambil alih permasalahan yang cukup menonjol ego masing masing. " Bagaimana sekarang, apakah semua keputusan diberikan kepada sepenuhnya atau tidak? Kalau ya right or wrong my decision harus diterima semuanya. OK " ulas August Ferry Raturandang. Ketika semua menyetujuinya maka diputuskan sesuai jadwal. Semua ikuti dan patu atas keputusan tersebut.
August Ferry Raturandang dengan sengaja membiarkan permasalahan ini karena ikut campur orangtua yang lebih mementingkan kepentingannya. Ketika mereka sendiri buntu perundingannya baru diambil alih dan semuanya mengikutinya. Selesai sudah, akibatnya pulang ke Jakarta pukul 20.30 . "Maaf ya Pak Ferry " ujar mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar