Balikpapan, 2 Nopember 2008. Disela sela final tunggal putri Turnamen internasional Asia Oceania (closed) Junior Champs di Balikpapan Tennis Stadium, ada kejadian lucu akibat dari kurang paham atas aturan main ofisial di suatu turnamen tenis.
Ada sejumlah hakim garis disediakan tetapi ada satu yang berlebihan yaitu 2 hakim garis khusus servis yang seharusnya hanya satu. Sedangkan wasit yang memimpin pertandingan berasal dari Kaltim yang sudah ikut di Pekan Olahraga Nasional XII 2008. Ketika ditanyaka. Jaga wilangsung ke wasit tersebut masalah ini setelah selesai pertandingan, mendapatkan jawaban kalau bukan dia yang mengaturnya. Padahal dalam pertandingan tersebut wasit tersebut bisa menolaknya jika pengaturan oleh panpel (koordinator wasit) salah. Ini akibat minimnya pengalaman, tetapi menurut August Ferry Raturandang lebih banyak belajar dari pengalaman.
Suatu saat keputusan hakim garis ini ada yang kurang berkenan dimata penonton sehingga dicemohkan oleh penonton. Karena keputusannya merugikan petenis tuan rumah. Bahkan penonton minta hakim garis tersebut diganti.
August Ferry Raturandang mendengar dan melihat langsung apa yang dilakukan oleh anggota Panpel (koordinator wasit dari Panpel), yang bereaksi untuk memenuhi keinginan penonton dengan memerintahkan agar hakim garis tersebut keluar lapangan dan juga didukung oleh salah satu wasit Kaltim (ikut dalam kepanitian ini) yang sedang menonton. Dan lucunya dengan lugunya hakim garis tersebut ikut keluar dan membuat wasit yang bertugas dilapangan terbengong bengong.
Langsung oleh August Ferry Raturandang memberitahukan petugas koordinator wasit Panpel. " Anda tidak berhak mengeluarkan petugas linesmen saat sedang bertugas dilapangan. Ini tugas Referee. Jadi jangan sekali kali Anda mengambil alih tugas Referee." ujar August Ferry Raturandang mengingatkannya Saat itu juga August Ferry Raturandang menelpon Referee Slamet Widodo yang sedang berada didalam ruangan kerjanya untuk datang kelapangan nomer 4 ini.
Turnamen tenis internasional yang berlangsung didaerah sering dibayang bayangi oleh petugas harus dari Jakarta. Entah siapa yang mengembuskan keharusan tersebut, sedangkan PP Pelti lebih mengarah untuk meningkatkan kemampuan ofisial daerah sendiri sehingga wasit atau ofisial daerah bisa mandiri.
"Benar juga pendapat Pak Ferry , yang mengharuskan wasit daerah yang bertugas di turnamen ini. Kapan lagi kesempatan bisa didapat" ujar Pargiyanto salah satu anggota Pengkot Pelti Balikpapan kepada August Ferry Raturandang di Balikpapan Tennis Stadium. Memang sebelumnya August Ferry Raturandang memberikan masukan kepada Ketua Pengkot Pelti Balikpapan Susan Soebakti didukung pula oleh Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti Johannes Susanto. "Tidak perlu kuatir dengan wasit daerah yang ada. Agar dipaksakan mereka bertugas. Masalah bahasa bisa diatasi dengan didampingi translator saja selama bertugas." ujar August Ferry Raturandang.
Sedangkan Johannes Susanto menyampaikan agar ada penghematan dalam pelaksanaan maka digunakanlah tenaga tenaga setempat, kecuali tenaga Referee yang belum dimiliki daerah.
Dengan menggunakan tenaga wasit daerah membuat Referee bekerja ekstra keras.
Ada kejadian lucu lainnya adalah salah satu wasit minta diganti. Ini terbalik minta diganti bukan diharuskan diganti. "Kenapa ?" janya August Ferry Raturandang. "Abis pemainnya (India)marah marah, dan saya takut dipukul dan bisa saya juga memukulnya." ujar wasit Ade Riski. Oleh Referee Slamet Widodo permintaan ini tidak dilayani. "Tidak ada orang lagi." ujar Referee Slamet Widodo menolak permintaan tersebut.
"Tidak mungkin pemain berani memukul. Kenapa takut ? Pemain cuma gertak saja, kalau sampai berani memukul wasit maka berat hukumannya. Apalagi ini turnamen ITF. Hancur kariernya nanti sebagai petenis."
Langsung oleh wartawan Abor ikut nimbrung menegurnya. " Kamu memalukan. Jaga wibawa wasit."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar