Ternate,10 Nopember 2008. Masuk ke lapangan tenis Pelti Maluku Utara dalam keadaan kotor, sehingga August Ferry Raturandang bersama Irianto Rompas berinisiatip untuk membersihkan termasuk mengatur kursi dan meja untuk kerja. Ini akibat dari pemboikotan oleh coordinator Tenis Panpel POPWIL V karena keinginannya tidak dipenuhi. Keinginannya adalah minta anggaran Rp 61 juta tetapi yang disetujui hanya Rp 50 juta. Permintaannya dengan ancaman jika tidak diterima maka akan menarik diri termasuk anggota anggotanya wasit dari Korem. Begitu mendengar masalah ini August Ferry Raturandang secara bercanad sampaikan ke Achmad Ismail Sekretaris Panpel POPWIL V. " Beri saya saja Rp 50 juta so pasti pertandingan jalkan. Uang Rp. 30 juta masuk kantong saya dan sisasnya untuk pertandingan. Ha ha ha."
Langsung seluruh pelatih dan manajer tim peserta ikut beramai ramai membersihkan ruang peserta dan panpel. Tanpa sound system maupun perangkat lainnya, pertandingan harus tetap berjalan. “Kami kemari untuk bertanding.” ujar pelatih Sulawesi Utara Dr.Marneks Berhimpong.
Karena pemboikotan ini menyertakan wasit wasit local, dimana seluruh wasit yang terdaftar tidak ada satupun yang muncul. “Tapi saya yakin mereka ada diluar mau melihat apa jadinya pertandingan tanpa mereka.” Kata August Ferry Raturandang kepada Irianto Rompas Referee. Seluruh pelatih dan manajer tim dari Sulut, Sulteng, Gorontalo, Maluku , Papua dan Maluku Utara dikumpulkan untuk menjelaskan permasalahanannya.
“Karena tidak ada wasit akibat diboikot,.maka kami minta pengertian Saudara pertandingan POPWIL V tidak menggunakan wasir. Pemain yang akan menghitung sendiri. Ini tidak bertentangan dengan peraturan.” Ujar August Ferry Raturandang. Kemudian diusulkan oleh pelatih Sulteng Abdul Radjab, menawarkan pelatih yang ada sebagai wasit saja. Karena pelatih tidak berklasifikasi wasit maka ditolaknya. “Biarlah pelatih membantu menghitung saja, bukan bertindak sebagai wasit. Bola keluar dan masuk biarlah ditentukan oleh petenisnya.”
Kemudian pertandingan langsung dimainkan Maluku Utara melawan Sulawesi Tengah (putra). Ditengah pertandingan , tiba tiba masuklah penotnon ke tempat pertandingan dengan kerasnya memprotes pertandingan tanpa wasit.” Ini pertandingan apa tanpa wasit. Bikin malu tuan rumah. Tidak boleh begitu. Siapa yang bertanggung jawab disini, saya dari Pelti.” kata Arif Karim salah satu pegawai Kantor Prov Maluku Utara dengan seragam dinasnya.
Langsung August Ferry Raturandang menemuinya. “ Saya yang bertanggung jawab disini. Ini pertandingan memenuhi syarat. Saya dari Pelti Pusat.” Kemudian Arif langsung minta maaf dan berjabat tangan. Tetapi tetap bertanya tentang aturan yang dipakai ini. “Kalau mau lihat aturannya silahkan difoto copy sama Referee ada bukunya.Jangan Tanya kenapa Anda tidak tahu, tetapi musti tanya kenapa tidak tahu kalau sebagai orang Pelti.Karena ini peraturan sudah lama diedarkan ke Pengprov Pelti seluruh Indonesia.
Akhirnya petenis yang sedang bertanding sempat ketakutan melihat masyarakat yang menonton dari luar berteriak teriak memaki maki panitia dan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku Utara (Malut) sebagai penanggung jawab POPWIL V 2008.
Kemudia pertandingan dilanjutkan dan setelah itu beberapa lama kemudian ada penonton yang berteriak teriak mengusir ballboys agar tidak bertugas. Memang rada aneh, tapi semua ini karena akibat dari ulah oknum koordinator tenis yaitu Kapten Suprianto.
“Om Fer, bikin seperti Persami FR saja.” Kata Dr Marneks Berhimpong sambil bercanda.
Pertandingan tanpa wasit bagi masyarakat tenis didaerah masih erupakan hal yang aneh, karena pengetahuan pertenisan masih belum seberapa.Sewaktu selenggarakan Piala Ferry Raturandang-57 di Singaraja, masyarakat tennis di Bali juga belum tahu masalah pertandingan tanpa wasit dan ballboys, tetapi tidak protes sepereti di Ternate, berteriak teriak diluar pagar bahkan masuk ketempat pertandingan.
August Ferry Raturandang mengatakan masalah pelayanan panitia POPWIL V masih jauh sekali dari kesempurnaan , karena minim pengalaman. Ada hal hal non teknis yang harus diperhatikan dalam setiap multi event adalah akomodasi, transportasi dan konsumsi. Diawal pertandingan, keluhan dari kontingen peserta adalah masalah transportasi kelapangan dari tempat penginapan. Begitu juga hari ini makan siang terlambat dikirimkan kelapangan.
August Ferry Raturandang dan Irianto Rompas menuju ke lapangan tennis dari tempat penginapan menggunakan motor alias ojek
Langsung seluruh pelatih dan manajer tim peserta ikut beramai ramai membersihkan ruang peserta dan panpel. Tanpa sound system maupun perangkat lainnya, pertandingan harus tetap berjalan. “Kami kemari untuk bertanding.” ujar pelatih Sulawesi Utara Dr.Marneks Berhimpong.
Karena pemboikotan ini menyertakan wasit wasit local, dimana seluruh wasit yang terdaftar tidak ada satupun yang muncul. “Tapi saya yakin mereka ada diluar mau melihat apa jadinya pertandingan tanpa mereka.” Kata August Ferry Raturandang kepada Irianto Rompas Referee. Seluruh pelatih dan manajer tim dari Sulut, Sulteng, Gorontalo, Maluku , Papua dan Maluku Utara dikumpulkan untuk menjelaskan permasalahanannya.
“Karena tidak ada wasit akibat diboikot,.maka kami minta pengertian Saudara pertandingan POPWIL V tidak menggunakan wasir. Pemain yang akan menghitung sendiri. Ini tidak bertentangan dengan peraturan.” Ujar August Ferry Raturandang. Kemudian diusulkan oleh pelatih Sulteng Abdul Radjab, menawarkan pelatih yang ada sebagai wasit saja. Karena pelatih tidak berklasifikasi wasit maka ditolaknya. “Biarlah pelatih membantu menghitung saja, bukan bertindak sebagai wasit. Bola keluar dan masuk biarlah ditentukan oleh petenisnya.”
Kemudian pertandingan langsung dimainkan Maluku Utara melawan Sulawesi Tengah (putra). Ditengah pertandingan , tiba tiba masuklah penotnon ke tempat pertandingan dengan kerasnya memprotes pertandingan tanpa wasit.” Ini pertandingan apa tanpa wasit. Bikin malu tuan rumah. Tidak boleh begitu. Siapa yang bertanggung jawab disini, saya dari Pelti.” kata Arif Karim salah satu pegawai Kantor Prov Maluku Utara dengan seragam dinasnya.
Langsung August Ferry Raturandang menemuinya. “ Saya yang bertanggung jawab disini. Ini pertandingan memenuhi syarat. Saya dari Pelti Pusat.” Kemudian Arif langsung minta maaf dan berjabat tangan. Tetapi tetap bertanya tentang aturan yang dipakai ini. “Kalau mau lihat aturannya silahkan difoto copy sama Referee ada bukunya.Jangan Tanya kenapa Anda tidak tahu, tetapi musti tanya kenapa tidak tahu kalau sebagai orang Pelti.Karena ini peraturan sudah lama diedarkan ke Pengprov Pelti seluruh Indonesia.
Akhirnya petenis yang sedang bertanding sempat ketakutan melihat masyarakat yang menonton dari luar berteriak teriak memaki maki panitia dan Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Maluku Utara (Malut) sebagai penanggung jawab POPWIL V 2008.
Kemudia pertandingan dilanjutkan dan setelah itu beberapa lama kemudian ada penonton yang berteriak teriak mengusir ballboys agar tidak bertugas. Memang rada aneh, tapi semua ini karena akibat dari ulah oknum koordinator tenis yaitu Kapten Suprianto.
“Om Fer, bikin seperti Persami FR saja.” Kata Dr Marneks Berhimpong sambil bercanda.
Pertandingan tanpa wasit bagi masyarakat tenis didaerah masih erupakan hal yang aneh, karena pengetahuan pertenisan masih belum seberapa.Sewaktu selenggarakan Piala Ferry Raturandang-57 di Singaraja, masyarakat tennis di Bali juga belum tahu masalah pertandingan tanpa wasit dan ballboys, tetapi tidak protes sepereti di Ternate, berteriak teriak diluar pagar bahkan masuk ketempat pertandingan.
August Ferry Raturandang mengatakan masalah pelayanan panitia POPWIL V masih jauh sekali dari kesempurnaan , karena minim pengalaman. Ada hal hal non teknis yang harus diperhatikan dalam setiap multi event adalah akomodasi, transportasi dan konsumsi. Diawal pertandingan, keluhan dari kontingen peserta adalah masalah transportasi kelapangan dari tempat penginapan. Begitu juga hari ini makan siang terlambat dikirimkan kelapangan.
August Ferry Raturandang dan Irianto Rompas menuju ke lapangan tennis dari tempat penginapan menggunakan motor alias ojek
Tidak ada komentar:
Posting Komentar