Jakarta, 16 Agustus 2013. Hari ini menerima telpon dari rekan Johannes Susanto yang sebagai Kabid Pertandingan PB Pelti yang hendak menjelaskan masalah keluhan dari salah satu rekan tenis di Palembang. Sehari sebelumnya saya menerima telpon dari rekan di Palembang itu yang juga dalam kepengurusan Pelti sekarang adalah Ketua Korwil Sumatra dan Sekretaris Pengda Pelti Sumatra Selatan. Namanya H.Asnawi yang saya kenal sudah lama sekali.
Santo kemukakan fakta dilapangan dimana rekan satu ini di Palembang kurang disenangi baik oleh masyarakat tenis maupun lainnya di Palembang. Sehingga Santo sendiri sedikit bingung sewaktu akan mencoret nama rekan tenis ini, karena sebelumnya namanya ada dalam nominasi kira kira begitu.
Memang rekan satu ini sewaktu SEA Games 2011 ada dalam struktur kepanitiaan sehingga saat ini merasa perlu juga duduk didalam kepanitiaan tersebut, sebagai tangan panitia dari Pusat.
Keluhan dari rekan ini disampaikan kepada saya dan saya sendiri menyampaikan agar berhubungan langsung degan Santo karena dia yang sebagai Ketua Panpel yang ditunjuk oleh PB Pelti dan KOI.
Tetapi disampaikan sudah berusaha untuk kontak langsung dan sulit dijawab. Dan akhirnya ketika bisa berbicara langsung per tilpon dengan Santo, ternyata Santo tidak memberikan jawaban ya atau tidak, sehingga menurutnya kalau Santo kesannya menghindar dan dia sendiri berkesimpulan dari cara Santo menjawab pertanyaannya kalau namanya tidak tercantum.
Cara seperti ini yang kurang disukainya. " Kalau Santo langsung katakan nama saya tidak tercantum dalam kepanitiaan dengan berikan alasannya saya akan terima." ujar rekan dari Palembang tersebut.
Ya bertambah lagi satu masalah yang membuat kinerja PB Pelti mendapatkan sorotan dari daerah dan rekannya sendiri. Rekan dari Palembang ini akan memprotes langsung ke PB Pelti, demikian laporannya kepada saya
Saya sendiri walaupun sudah diberitahu oleh Santo komposisi kepanitiaan Islamic Solidarity Games di Palembang, tidak etis kalau saya beritahukan kepada mereka di Palembang. Karena saya diberitahu melalui percakapan telpon dan belum melihat SK Kepanitiaan tersebut yang bagi saya tidak terlalu penting bagi saya.
Saya hanya melihat Johannes Susanto selaku Ketua Panpel Tenis harus kerja keras karena sewaktu SEA Games 2011 Santo diganti kedudukan selaku Ketua Panpel oleh Aga Soemarno 3 bulan sebelum pelaksanaannya, sehingga belum mengetahui keadaan di lapangan. Bagaimana berkomunikasi dengan orang Palembang berbeda dengan rekan di Jawa Tengah. Kekuatiran ada tetapi saya percaya rekan lainnya dalam kepanitiaan hanya perlu kerja keras saja dan saling berkomunikasi dengan santun saja.
Memang agak lain masalah di Palembang dan Pekanbaru. Saya sendiri berpikir kalau rekan rekan dari Jakarta ini harus kerja keras dalam kerjasama dengan rekan rekan didaerah, karena minimnya pengalaman rekan didaerah sering kali menyebabkan keterlambatan pelaksanaannya. Tetapi yang penting disini adalah komunikasi antara kedua pihak harus lebih baik lagi dan santun.
Sewaktu SEA Games lalu, panitia yang kerja keras itu semuanya dari Jakarta dalam hal tehnis pelaksanaannya sehingga rekan2 di Palembang hanya sebagai supporting saja akibatnya banyak ketersinggungan datang dari rekan2 di Palembang apalagi yang merasa duduk dikepengurusan Pelti Sumsel merasa sebagai penonton saja.
Sewaktu itu kepanitiaan dari Pusat melihat siapa yang bekerja baru dilibatkan sehingga tidak ada lagi ada nama dalam kepanitiaan tapi tidak bekerja sehingga dihapus fasilitasnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar