Jakarta, 10 Agustus 2013. Suasana Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1434 H sebaiknya digunakan sebagai momen yang tepat untuk saling maaf memaafkan sesama insan tenis di Indonesia. Karena menurut saya carut marutnya pertenisan kita akibat ego masing masing pihak selaku pelaku tenis di Indonesia.
Coba kita simak apa yang terjadi di pertenisan Indonesia ini. Banyak hal akibat ego masing masing pihak muncul akibat dari conflic of interest. Ini masalah cukup besar sepengetahuan saya selama ini.
Ada apa sebenarnya yang terjadi ditahun 2013 ini.
Bisa kita lihat mulai ributnya antara petenis dengan pelatih kemudian ditimpal lagi komentar dari pelatih lainnya yang kurang etis karena pelatih juga punya kode etik profesi. Semua ini terungkap ke permukaan melalui media massa, bahkan sudah ada yang sampai ketingkat Polisi. Petenis mengadukan perilaku pelatihnya ke Polisi.
Begitu juga yang terjadi didalam kepengurusan induk organisasi tenis baik ditingkat pusat maupun daerah. Bahkan hubungan didalam kepengurusan sendiri masih belum ada kesepakatan akibat tidak jelasnya visi dan misinya setiap kepengurusan.
Melihat hal seperti ini sudah tentu seluruh program besar belum bisa dijalankan dengan sempurna.
Dalam hal ini saya paling sering terima pertanyaan baik langsung saat bertatap muka maupun dengan SMS dari masyarakat tenis maupun pengurus induk organisasi tenis didaerah masalah program dari pusat belum ada diteruskan kedaerah sehingga mereka menunggu belum bisa berbuiat apa apa.
Saya tertarik mengangkat masalah ini melihat suasana Idul Fitri dimana uimat manusia didunia saling maaf memaafkan. Momen seperti ini sebaiknya disadari betul untuk melupakan atau membuang kepentingan pribadi didalam upaya memajukan prestasi tenis Indonesia.
Mulailah sekarang kita saling mendukung untuk mengangkat pertenisan Indonesia dengan prestasi agar bisa mendunia.
Kesan belum ada program jelas sampai saat ini akibat masing masing pihak merasa benar sehingga pola pikirnya sudah terkukung dengan negative thinking. Seolah olah prohram kepengurusan lama tidak benar padahal dalam Munas Pelti 2012 di Manado sudah ada Program Program Pokok Pelti selam 5 tahun kedepan, tinggal dijalankan saja .
Saya terkesan sekali bahwa kedepan induk organisasi meninggalkan program pemassalan yang sangat vital menurut saya karena program ini untuk meningkatkan populasi tenis yang ada kecendrungan semakin menurun. Melupakan program peningkatan kualitas SDM baik mulai dari petenis, pelatih dan ofisial pertandingan yang sangat vital.
Sebaiknya induk organisasi kembali kepada konsep selaku fasilitator, regulator, supervisor saja bukan eksekutor. Berikanlah kepada pihak ketiga agar bisa membantu menjalankan program program pokok tersebut sehingga bisa lebih fokus kepada prestasi internasional. Apakah ada pihak pihak ketiga mau menjalankan program program tersebut, so pasti ada. Hanya saja terhambat oleh keinginan pribadi didalam induk organisasi sebagai penghambatnya. Dan sudah terjadi masalah ini yang juga sudah disadari tetapi dibiarkan saja sehungga terlupakan. Ini akibat kesibukan kesibukan dari masing masing anggota pengurus yang waktunya sangat kurang untuk memikirkan tenis Indonesia, karena kesibukan bisnis masing masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar