Jakarta,24 November 2010. Saya membaca dan melihat sendiri turnamen internasional yunior yang dilaksanakan di lapangan tenis Gelora Bung Karno cukup meriah dari sisi pelaksana dan peserta dibandingkan dengan turnamen sejenis selama ini. Sehingga mendapatkan pujian dari petinggi PP Pelti.
Hanya ada sedikit ganjelan yang saya lihat dan kelihatannya tidak banyak pihak yang memperhatikannya. Saya sedikit hati hati dalam membaca ataupun mau berikan masukan disetiap turnamen karena saya sendiri memiliki turnamen atau memerkasai turnamen khususnya yunior. Harus kita akui melaksanakan suatu turnamen yunior itu lebih ruwet dibandingkan turnamen senior atau dikenal kelompok umum. Kenapa ? Bukan karena terlalu banyak ikut campurnya orangtua disetiap turnamen yunior, tetapi jumlah jenis pertandingan maupun pesertanya juga cukup banyak.
Kejanggalan yang terjadi saya lihat adalah dikelompok umur 16 tahun putri, dimana unggulan 1 dan 2 no show. Tentunya setelah sign-in sehingga nama keduanya bisa masuk dalam undiannya. Bukan hanya kedua petenis tersebut tetapi ada satu lagi yang no show karena masih ikut yang internasional. Ada peserta dari babak awal tidak bertanding tapi masuk semifinal.
Dalam hal ini saya sempat melemparkan masalah ini ke rekan rekan di kepengurusan Pelti Pusat sebagai bentuk kepedulian atas turnamen tenis.
Saya sendiri belum perhatikan turnamen sejenis (ITF International Junior) yang ada di Indonesia seperti Thamrin Cup, Oneject Indonesia, Widjojo Soejono Semen Gresik.
Kenapa bisa terjadi hal ini, karena pemain tersebut masih main di kelompok 18 tahun atau internasionalnya, tetapi diundi ke KU 16 tahun. Disinilah permasalahannya. Padahal turnamen ini ada 2 referee yang terpisah yaitu Referee ITF Internatioal dan Referee Nasionalnya. Teroisahnya kedua Referee ini juga menurut saya sebagai salah satu penyebab akibat kurangnya koordinasi.
Saya perlu kemukan dulu tentang historisnya turnamen ini di Indonesia. Awalnya turnamen internasional yunior itu hanya mempertandingkan KU 18 tahun baik putra dan putri. Kemudian dibuatlah consolation karena peserta yang dari luar negeri hanya main tunggal dimana gandanya tidak ada pasangan sehingga jika kalah dibabak awal berart hanya bertanding sekali. Maka dibuatlah consolation round. Dala perjalanannya ada idea dibuatlah sekalian KU 16 dan KU 14 tahun. Dengan catatan bagi yang kalah di babak pertama (baik kualifikasi dan babak utama) yang masih berusia dibawah 16 tahun atau 14 tahun bisa bertanding dikelompok tersebut. Ini kesempatan juga bagi petenis tuan rumah ikut bertanding di internasional dan nasional. Disini yang dipertandingkan hanya tunggal saja tanpa ganda. Tetapi saya lihat dalam pelaksanaannya ternyata ada gandanya juga, sehingga banyak atlet kita tidak ikut di internasional tetapi khusus ikut di kelompok 16 tahun dan 14 tahun. Apalagi ada gandanya sehingga keinginan tersebut bisa terpenuhi. Padahal tujuan awal petenis tuan rumah (asal sudah berusia13 tahun) bisa ikut yang internasional. Jika kalah(karena kualitas masih rendah) maka bisa turun ke KU 16 tahun atau 14 tahun.
Tetapi ada kendala bagi petenis tuan rumah kalau diterapkan yaitu harus punya IPIN (International Playes Identification Number), berarti harus keluar duit sebesar US $ 30.00 (setara dengan Rp. 300.000 kalau kurs dollar Rp. 10.000). Belum lagi entry fee turnamen tersebut sebesar antara US $ 30.00-40.00.
Ada yang keberatan karena harus keluar duit di turnamen internasional sekitar Rp. 500.000-600.000.
Masalah Referee, dulu cukup satu Referee, tetapi sekarang atas permintaan rekan2 referee diminta agar 2 Referee yang dipisah tanggung jawabnya. Kalau saya lebih cenderung dibuat satu Referee dan 1 asisten Referee sebagai wakilnya. Tanggung jawab di satu tangan sehingga ada koordinasinya.
Disini yang perlu diketahui adalah masalah perencanaannya. Tidak pakai ganda KU 14 dan 16 tahunnya, sehingga atlet tuan rumah diharuskan ikut yang internasional (ini baik untuk penambahan jam terbang).
Tunggal KU 14 tahun dan 16 tahun dimainkan setelah babak utama dimainkan, sehingga bagi yang kalah dibabak pertama Main Draw bisa ikut main ke KU 16 tahun dan 14 tahun.
Kenapa selama ini dimainkan (KU 14 th dan 16 th) lebih awal atau bersamaan dengan babak pertama Main Draw,ini akan bikin masalah.
Marilah kita membuat agar turnamen bisa berjalan mulus dan tidak ada no show yang sulit dipertanggung jawabkan. Nah, gimana mau beri penalti kepada pemain jika no show akibat masih main di internasional. Karena PP Pelti sudah mau jalankan penalti bagi petenis yang no show ini. Karena ada aturannya yang sudah baku. Kenapa belum dijalanka, karena kesibukan sehingga belum ada yang mau care masalah ini. Padahal ini sangat penting demi disiplin atlet. Karena di turnamen internasional si atlet tidak bisa berkelit karena langsung diumumkan penaltinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar