Sumbawa Besar, 5 April 2010. Dalam pembicaraan santai dengan rekan rekan Pengurus Pelti Kabupaten Sumbawa, saya melihat pengorbanan yang telah dilakukan oleh Ketua Pelti Kabupaten Sumbawa Effendi Winarto cukup besar tetapi yang didapat justru kekecewaan. Bisa dibayangkan Pelti setempat telah membayar pelatih untuk petenis yunior dan bahkan ada yang ditampung dirumahnya. Hal ini seperti yang dilakukan oleh Martina Widjaja dirumahnya di Ragunan.
Kekecewaan muncul karena justru setelah mulai maju atletnya mulai bertingkah. Sayapun menyampaikan cara seperti itu sebaiknya diubah. Mungkin sudah ketinggalan jaman karena pola yang baik menurut saya, seharusnya beaya seharusnya orangtua ikut juga merasakan bukan Pelti yang harus menanggungnya semua. Bayangkan pengiriman atlet untuk try out keluar kota ditanggung oleh Pelti setempat.
Yang muncul adalah petenis yang baik datangnya dari kalangan orangtuanya yang tidak mampu. Kalau subisidi silang sudah dilakukan tetapi orangtua yang mampu tidak mau membantunya. Inilah masalahnya.
Sayapun memberikan pandangan kepadanya, sebaiknya Pelti tidak ikut dalam pembeayaan try out atlet. Cukup sebagai fasilitator dengan sediakan turnamen sebanyak mungkin di Sumbawa, datangkan pelatih untuk coaching clinic.Jika kegiatan kegiatan seperti ini sering dilakukan maka orangtua mempunyai kewajiban untuk try out.
Dimana peranan Pemerintah Daerah? Saya melihat suatu kejutan di Sumbawa Besar, petenis dari Lombok Timur datang 40 anak, dan Pemda berikan bantuan 1 unit bus untuk mengantar atlet atlet Lombok Timur ke Sumbawa. Datang banyak orangtua mendampingi putra dan putrinya. Berbeda dengan Sumbawa Besar, pelatih dibayar oleh Pelti setempat tetapi di Lombok Timur pelatih menarik iuran dari atlet yang belajar kepadanya. Ini sama seperti di Jakarta.
Sayapun sampaikan kalau bisa meniru cara Lombok Timur, dimana pelatih sendiri yang menarik iuran kepada atletnya sehingga Pelti cukup sediakan lapangan untuk latihannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar