Sabtu, 19 Desember 2009

Remaja Medan Bangkit seperti turnamen internasional

Medan, 19 Desember 2009. Disela sela turnamen nasional Remaja Medan Bangkit 2009 saya sempat bercanda dengan rekan rekan tenis kota Medan. Ketika pertandingan berlangsung langsung saya sampaikan kalau turnamen ini turnamen internasional.
Merekapun kaget mendengar pernyataan saya ini yang sebenarnya ingin bercanda.
"Coba lihat bukan hanya pesertanya , tetapi juga petugas pertandingannya kelihatan semua berwarna hitam hitam. Mulai dari peserta salah satunya berasal dari Malaysia berdarah India , begitu juga ballboysnya berdarah India alias Keling istilah Medannya." ujar saya kepada mereka.
Memang baru di Medan saya menemukan selengkap ini, mulai dari petugas pertandingan (Referee,wasit maupun ballboys) keturunan India berasal dari suku Tamil (Ballboys)kecuali Wasit dan assisten Referee yang berarah India tapi bukan suku Tamil.
Begitulah anthusias pecinta tenis di Medan yang saya lihat ada yang nonkrong dari pagi sampai sore tetap bertahan di lapangan tenis Kebon Bunga Medan.
Haus akan turnaen bukan saja dituukan juga oleh peserta tetapi pecinta tenis, yang hari ini berkumpul sambil menonton pertandingan.
"Kami perlu turnamen kalau mau maju." begitulah ujar salah satu penonton yang saya tidak kenal namanya. Dengan keberadaan turnamen maka otomatis memacu pembinaan atlet tenis dikota Medan dan sekitarnya.
Setelah itu dibutuhkan juga adanya pelatih. Salah satu orangtua peserta dari Kisaran menyampaikan kalau di Kisaran tidak ada pelatih. Yang ada pelatih dari Medan.

Ada juga orangtua yang menghendaki putra dan putrinya berlatih di Jakarta. Bahkan sudah ada 2 petenis putra berlatih di Jakarta tetapi kembali lagi ke Medan. "Saya jadi bingung pelatih mana yang baik untuk putranya." ujar salah satu orangtua dari Pematang Siantar yang putranya sudah berlatih beberapa tahun disalah satu pelatih terkenal di Jakarta. "Karena saya orang Pelti maka tidak ethis mengatakan pelatih A lebih baik daripada pelatih B. Semua pelatih seharusnya baik, hanya hasilnya yang sangat menentukan. Tapi saya tekankan kalau sebagai orangtua tidak perlu takut atau kuatir untuk pindah pelatih, tetapi tentunya berdasarkan evaluasi yang tepat.

Tidak ada komentar: