Jakarta, 2 Desember 2009. Menarik juga pertanyaan yang muncul kepada saya masalah peraturan tenis yang masih banyak pihak belum memahaminya. Sehingga muncul ketidak puasan dari satu orangtua terhadap kinerja petugas pertandingan dalam hal ini Referee. Ketidak puasan bisa saja dipertanyakan dengan baik, tetapi sangat kurang bijak kalau langsung menuding hal hal yang diluar kemampuannya sendiri.
Dimana peranan Referee disuatu turnamen yang harus semua pihak ketahui.
Ada suatu pertanyaan yang berdasarkan kejadian di turnamen. Yaitu boleh kah atlet tenis ikut 3 event ? Karena ada kasus si A, ternyata ikut di KU 18 tahun (Internasional), namanya juga ikut di KU 14 tahun dan 16 tahun. Kok bisa demikian?
Ini turnamen ITF Widjojo Soejono Semen Gresik 2009 di Surabaya. Diadakannya event nasional ( hanya Tunggal KU 16 tahun dan 14 tahun) dengan tujuan agar bisa bertanding (pilih salah satu) KU 16 tahun atau 14 tahun jika dibabak kualifikasi kalah dan masih berusia ( 14 tahun atau 16 tahun) bisa melanjutkan pertandingannya.
Khusus si A ini ternyata namanya ada di KU 18 th, 16 tahun dan 14 tahun , tetapi tidak bertanding di KU 14 tahun. Kenapa bisa terjadi demikian. Ini perlu koordinasi antara Referee (Internasional) dan Assisten Referee yang menangani Nasional.
Sewaktu yang bersangkutan bertanding kualifikasi ternyata sign-in KU 14 tahun dibuka, sedangkan KU 16 tahun hari berikutnya. Ternyata si A ini kalah di final kualifikasi dan sign in KU 16 tahun dibuka. Ternyata si A bisa main dibabak utama sebagai lucky loser.
Saya sendiri melihat si A seharusnya sign-in di salah satu KU ( apakah 14 atau 16 tahun), bukan seperti ini bisa terdaftar di ketiga Kelompok umur tersebut, apalagi no show di KU 14 tahun membuat bagan undian jadi kacau.
Kesimpulan saya atas kejadian ini, koordinasi antara Referee dan Assisten Referee masih belum baik, disatu sisi atlet pun seharusnya juga jangan mengambil kesempatan dalam kesempitan sehingga melihat ada peluang langsung dimanfaatkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar