Jakarta,22 Desember 2009. Sebelum selesainya turnamen Remaja Medan Bangkit, saya sempat berbincang bincang dengan panitia yang disiapkan oleh Pelti Kota Medan sebagai evaluasi kegiatan tersebut di Medan.
Saya sangat tertarik sekali bertemu dan ingin mendengar adanya keluhan dari peserta yang mana disampaikan kepada Panitia setempat.
"Ada keluhan tentang entry fee mahal." ujar Agus dari Panitia. Karena baru kali ini saya menarik entry fee diatas rata rata turnamen Remaja Tenis, yaitu sebesar Rp. 175.000 yang sudah dicantumkan dalam fact sheet maupun entry form turnamen.
Sayapun terangkan kalau adanya kenaikan karena kami sediakan copy CD Wimbledon dan juga US Opebn. Tetapi sayapun katakan tidak semua peserta ditarik entry fee sebesar tersebut, karena kalau ada permintaan langsung dari orangtua kepada saya maka sayapun bisa berikan keringanan. " Tergantung adanya permintaan. Biasanya saya selama ini ada juga yang saya berikan gratis kepada peserta dengan syarat memang belum mampu dan saya kenal." ujar saya kepada mereka. Untuk Remaja Medan Bangkit ada yang ditarik hanya Rp. 150.000 saja. Orangtuanya menelpon saya minta keringanan ini. "Tidak mungkin saya publikasikan kebijakan ini."
Akhirnya saya kemukakan kalau selama ini, Remaja Medan Bangkit termasuk tertib, tidak ada keluhan atau ulah orangtua atapun pelatih yang membuat repot pelaksana pertandingan. Berbeda sekali dengan sewaktu di Jogjakarta. Penyelenggara dikecam keras bahkan rekan pelaksana merasa diteror terus hanya karena tidak diberikan KAOS kepada peserta. Pertentangan masalah tidak disediakan kaos cukup kencang sampai sayapun turun tangan ikut menjelaskan permasalahan tersebut.Masalah kaos cukup membuat masyarakat tenis Jogjakarta merasa kurang senang dengan pelaksanaan Remaja Tenis di D.I.Y. "Citranya negatip." begitulah kesan yang muncul.
Sebelumnya sayapun berpikiran kalau di Medan akan banyak keluhan tentang tidak digunakannya wasit maupun lain lainnya, seperti ikut campurnya keputusan bola out dan masuk oleh orangtua. Ternyata tidak juga.
"Cukup sopan orangtua disini ya !" ujar saya melihat pengalaman selama ini. Yang menjadi kunci sebenarnya , adalah mudahnya informasi diberikan kepada mereka, saya buat himbauan ataupun aturan pertandingan cukup besar sehingga mudah dibaca semua penonton.
Sebenarnya diawal pelaksanaan ada sedikit masalah yang menurut saya yang harus mendapatkan perhatian. Karena kesan mahal justru di SDM yang tersedia di Medan. Khususnya tenaga Wasit dan Ballboys dan juga adanya tenaga Mandor dilapangan tersebut. Awalnya saya hanya berpikir tenaga yang dibutuhkan adalah tenaga Wasit saja yang jumlahnya tidak terlalu banyak. Karena konsep pelaksanaan turnamen adalah tanpa menggunakan wasit dibabak awal turnamen. Begitu juga tanpa ballboys. Saya sendiri untuk 8 lapangan permintaan saya ( disediakan 9 lapangan) saya minta disediakan 6 tenaga wasit karena saya akan menggunakan wasit hanya khusus KU 10 th, 12 tahun saja. Berarti 4 tenaga wasit di KU 10 dan 12 tahun karena menggunakan 3 lapangan Pelti dan sisanya 5 lapangan cukup 2 tenaga wasit berjalan, sehingga sayapun mengatur budgetnya.
Tiba tiba muncul informasi yang merupakan suatu keharusan adalah tenaga Mandor yang tugasnya adalah mengatur lapangannya. Disediakan 4 tenaga mandor sesuai ketentuan lapangan.
Mulai dari honor yang diinformasikan cukup tinggi kepada saya, dimana melebihi honor wasit internasional di Jakarta. Hal ini tentunya tidak bisa diterima sehingga saya memberikan pilihan sesuai dengan keadaan honor wasit nasional di Jakarta. Mereka ini tidak ada yang wasit nasional. Tetapi akhirnya sayapun menerima budget honor yang disesuaikan dengan honor wasit nasional. Karena saya tidak tahu kalau honor yang dimintakan kepada saya pertama kali itu sebenarnya untuk 2 hari berarti sebenarnya honor yang saya setujui belakangan masih terlalu tinggi. Saya tidak tahu dimana yang salah berikan informasi tersebut. Yang penting adalah turnamen sudah berjalan dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar