Jakarta,19 Nopember 2009. Menghadiri undangan press conference dari Sportama di Cempaka Room Executive Club Hotel Sultan Jakarta siang ini, saya bertemu dengan Glen Sugita yang juga sebagai pemilik dari Sportama yang akan menggelar Garuda Indonesia Tennis Masters 2009 minggu depan.
Kesempatan yang baik saya kemukakan kepada Glen Sugita mengingat saya sudah terima email rencana Sportama menggelar turnamen sejenis di tahun 2010. Saya menganggap apa yang sudah dilakukan oleh Sportama selama tahun 2008 dan 2009 sudah keluar dari rencana pemikiran dari Glen Sugita. Tujuannya cukup brilian tetapi kenyataan dilapangan jadi bertentangan. kenapa ? Karena justru dengan makin banyak turnamen nasional yang digelar oleh Sportama justru membuat petenis nasional tidak ada keinginan ikuti turnamen internasional. Sedangkan tujuan awal, untuk memacu atlet lebih giat berlatih karena makin banyak eventnya. Ini sempat dikemukakan oleh PP Pelti, kenapa setiap digelar turnamen Men's Futures di Indoesia peserta tuan rumah tidak berminat mengikutinya.
"Glen, sebaiknya turnamen Sportama ditahun 2010 dijadikan Men's Futures saja." ujar saya kepadanya didepan Johannes Susanto ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Glenpun menanggapi posisitf terhadap gagasan tersebut. Akhirnya dipanggillah Teddy Tanjung untuk dibuatkan rencana tahun depan semua turnamen Sportama dijadikan internasional. Sayapun berjanji akan melihat kalender ITF tentang Men's Futures di tahun 2010.
"Kalau begitu kita buat 5 Men's Futures." ujar Glen. Sayapun menjelaskan kalau Men's Futures itu harus berurutan waktunya. Berarti 3 Men's Futures dengan prize money US $ 10,000 setiap minggunya dan 2 Men's Futures dengan prize money US$ 15,000 setiap minggunya. "Saya akan membantu melihat ke kalender ITF." ujar saya kepadanya.
Laporan FORKOPI terhadap pelaksanaan ITF Widjojo Soejono Semen Gresik :
Beberapa hari lalu saya menerima email dari Indriatno yang saya kenal sebagai juga Humas FORKOPI (Forum Komunikasi Orangtua Petenis Indonesia. Isinya mempertanyakan dan juga mempermasalahakn cara kerja dari Referee TDP tersebut. Ada beberapa kekeliruan yang saya baca dari surat edaran yang ditujukan kepada Ketua Umum PP Pelti. Dalam email tersebut disebutkan untuk disebar luaskan.
Kesalahan sebenarnya adalah menyebutkan Riyat sebagai Referee TDP, sehingga sayapun melihat SK Ketua Umum PP Pelti tentang penujukkan Referee TDP itu sebenarnya kepada Sony Irawan sebagai Referee. Ini salah alamat. Dalam pelaksanaan tersebut Sony Irawan meminta bantuan Riyat sebagai asistennya menangani pertandingan kelompok umur 16 tahun , 14 tahun.
Saya sendiri ingin tertawa atas penjelasan dari Ketua FORKOPI terhadap alasan alasan yang dikemukakan. Sebenarnya ada conflict of interest yang ada didalam kasus kasus di turnamen tersebut, sehingga mengatas namakan FORKOPI. Ada yang bertanya , apakah secepat itu bisa mengatas namakan organisasi. Bukannya kepentingan pribadi dengan menggunakan nama organisasi. Ya, begitulah sudah bukan hal yang aneh bagi saya atas sikap sikap seperti itu terjadi dalam beberapa tahun kebelakang. Jikalau saya suka dituding dengan istilah conflict of interest ternyata sipenudinglah yang lakukan hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar