Palangka Raya, 29 Nopember 2009. Di-era sekarang ternyata masih terjadi seperti 50 tahun silam disaat saya masih sebagai petenis yunior. Kali ini peserta Piala FR berasal selain dari Palamgka Raya, datang juga dari luar kota. Seperti Pangkalan Bun (Kalteng) yang jarak tempuhnya 7-9 jam perjalanan darat. Jika naik bus maka sampai 9 jam baru tiba di Palangka Raya. Kalau dari Banjarmasin akan makan waktu 4 jam jalan darat. Belum lagi dari Balongan Kalimantan Selatan, dari Buntok Rantau, Kapuas dari Kalimantan Tengah.
Teringat masa lalu kurang lebih 50 tahun, saya sebagai petenis yunior, ikut turnamen nasional yunior di Malang, Bandung dan Jakarta. Perjalanannya dari Lombok naik bus ke Lembar kemudian beberapa jam naik kapal (ferry) ke Padang Bae (Bali) dan terus dengan bus ke Denpasar, kemudian esok hari berangkat naik bus ke Surabaya melalui Gilimanuk ke Ketapang (Jatim) dan bisa dibayangkan berapa jam baru sampai di Malang. Beda dengan sekarang, bisa langsung ke Surabaya dengan pesawat terbang. Begitu juga kalau mau ke Jakarta maupun Bandung, dari Surabaya naik kereta api.
Teringat pula, sewaktu tim PON V tahun 1961 dari Nusa Tenggara Barat, saya sebagai salah satu anggota tim tenis NTB, dari Lombok naik kapal laut ke Surabaya, kemudian naik kereta api ke Bandung. Kalau sekarang saya lihat tidak ada lagi yang merasakan perjuangan seperti masa lalu, semua naik pesawat terbang.
Bisa dibayangkan perjuangan petenis yunior di bumi Kalimantan Tengah dan Selatan demi memajukan pertenisan mereka . Begitu mereka bertanding melihat kondisi lapangan yang sangat menyedihkan tidak membuat mereka putus asa. Demi kemajuan prestasi mereka , pertandinganpun diikutinya sepenuh hati, tanpa ada keluhan keluhan yang muncul baik oleh atletnya maupun pelatih dan orangtuanya. Bisa dibayangkan betapa pentingnya turnamen dimata mereka ini. Ini yang membuat hati saya terenyuh juga. Apalagi saya diminta agar menyelenggarakan Piala FR di Pangkalan Bun dan juga Buntok Kalimantan tengah, maupun di Banjarmasin. Beda dengan Banjarmasin sebagai ibukota propinsi, kota Pangkalan Bun maupun Buntok itu hanyalah ibukota Kabupaten yang belum pernah saya lihat. Sayapun mencari tahu jarak kota Buntok itu yang bisa dicapai dari Banjarmasin maupun Palangka Raya. Jaraknya ini butuh waktu 4-6 jam berkendaraan mobil bus alias angkutan umum. Waduh, apakah ini memungkinkan bagi saya. Apalagi dalam benak saya ini kondisi jalan umum ini so pasti tidak sama seperti di pulau Jawa. Tetapi saya terpanggil setelah melihat sendiri perjuangan mereka ini dari jauh mau datang ke Palangka Raya hanya untuk memenuhi salah satu kebutuhan prestasi petenis yunior ini.
Begitu pula sewaktu turun hujan, lapangan granit basah, tetap saja merekapun mau bertanding padahal lapangan belum kering. Hanya lapangan tidak licin saya ijinkan tetapi ada kekuatiran jika ada yang jatuh akibat kondisi lapangan tersebut. Hal seperti ini kalau terjadi di Jawa selama saya selenggarakan Persami Piala FR, tentunya keluhan akan bertubi tubi datang dari orangtua maupun pelatih. Ini bedanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar