Jakarta, 14 Nopember 2009. Menjelang sign-in turnamen tenis internasional yunior Jakarta Open yang sebagai pengganti Solo Open, telah bertemu rekan rekan Johannes Susanto, Kent W, Aga Soemarno, saya dikejutkan dengan laporan dari Suparman salah satu petugas pertandingan yang juga bertugas di turnamen ini. "Di Surabaya, si Gin... bikin kacau." ujarnya kepada Johannes Susanto bersama sama rekan rekannya. Dan terlihat Aga Soemarno geleng geleng kepala mendengarnya tanpa berikan komentar. Hal ini sudah saya dengar sebelumnya karena sudah mendapatkan laporan dari Surabaya, sehingga sayapun tanpa komentar kepada mereka.
Oleh Parman langsung diceritakan kalau yang dipermasalahkan adalah permintaannya tidak bisa dipenuhi oleh Referee untuk pertandingan putranya dimajukan. Hanya karena ingin mengejar pesawat akibat dari telah pesan tiket sedangkan putranya masih bertanding. "Saya dibilang menghambat anaknya." ujar Parman sedikit kesal.
Oleh Riyat yang juga hadir sebagai asisten Referee turnamen Widjojo Soejono Semen Gresik yang saat ini masih berlangsung di Surabaya, mengatakan kalau permintaan awalnya sudah dibantu tetapi waktu kemarin tidak bisa dipenuhi sehingga membuat yang bersangkutan sudah pusing kepala sehingga mengeluarkan kata kata tidak simpatik.
" Kita disebutnya monyet monyet." ujar Riyat kepada August Ferry Raturandang didepan Slamet Widodo dan Parman. Oleh August Ferry Raturandang hanya menanggapi dengan mengatakan wewenang Referee untuk mengeluarkan penonton yang sangat mengganggu jalannya pertandingan. "Wewenang Referee bukan hanya didalam lapangan tetapi juga berlaku di tournament site. Club House itu masuk dalam tournament site" ujarnya. Masalah ini sebenarnya harus disadari oleh orangtua ataupun pelatih disuatu turnamen itu statusnya hanya sbagai penonton, bukan sebagai peserta turnamen. Tindakan memalukan yang dilakukan oleh orangtua secara tidak langsung membuat malu bagi putra dan putrinya. Ini juga merupakan beban tersendiri tanpa disadari sekali.
Menanggapi hal ini August Ferry Raturandang hanya bisa menyayangkan kejadian ini Dan oleh Riyat disampaikan kalau sudah minta bantuan petugas keamanan untuk menyingkrkannya, tetapi tidak ketemu petugas keamanan yang berpakaian dinas.
Disamping itu pula dilaporkan adanya kejadian yang tidak simpatik terjadi diantara penonton yang juga adalah 2 pelatih dari DKI(B) dan Semarang (D)sehingga petugas keamanan dengan pakaian dinas datang ke lapangan untuk mencegah agar tidak terjadi hal hal yang tidak diinginkan.
"Itulah tenis kita, kadang kadang ada saja orangtua dan pelatih tidak tahu diri , sehingga membuat suasana pertandingan jadi hangat."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar