Jakarta, 26 April 2015. Pertemuan makin sering dengan masyarakat tenis maka yang muncul kepermukaan atau dalam pembicaraan adalah masalah nasib tenis di Indonesia. Begitu pula hari ini saya bertemu dengan pelatih tenis BN, pelatih BW, panpel JS maupun orangtua atlet.
Semua yang terangkat adalah kekecewaan mereka dengan situasi pertenisan kita. Sehingga diungkapkan oleh BN disimpulkan kalau saat ini tenis dipimpin oleh orang buta dengan dukungan orang mata burem. Ada ada saja ungkapan kekecewaan itu muncul.
Disamping itu pula muncullah pertanyaan dari salah satu orangtua pemain keberadaan para petinggi induk organisasi diacara final tidak ada yang hadir.
Sayapun bercanda dengan salah satu anggota pengurus yang notabene panitia acara turnamen nasional Piala Gubernu DKI Jakarta.
" Saya tidak heran kalau tidak datang. Ini meja tempat duduk tidak ada dihidangkan minuman, hanya kemenyan dengan bunga saja. " Langsung ditanggapi oleh kedua orangtua dan pelatih yang hadir kalau itu benar sekali. " Bayangkan tadi salah satu ortu dari Bandung nawarin makan, tapi ditahan duu dan sudah berbusa gak keluar minumannya." Semua akhirnya ikut tertawa dengan ucapan saya itu.
Diungkapkan pula saat pembukaan TDP Nasional yunior di Jawa Tengah diawal tahun 2015. Selama 18 tahun berkibar turnamen tersebut selalu dihadiri oleh Ketua Umum PP Pelti. Tapi ditahun 2015 ini tidak hadir, sehingga buat penyelenggara sedikit tersinggung, begitulah cerita anggota panpel Piala Gubernur pagi ini di lapangan tenis Kelapa Gading. Tapi anehnya pembukaan pertandingan veteran di Solo justru hadir. " Aneh kan ?" begitulah cerita berbagai macam kekecewaan muncul dilapangan tenis Kelapa Gading.
Yang saya sedihkan sekali kalau selalu membanding bandingkan dengan kepengurusan Martina Widjaja selama itu. Dan saya katakan kalau mau salahkan bisa salahkan AFR saja karena saya yang bawa sampai ke Senayan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar