Jakarta, 29 Juli 2013. Setelah membaca PNP yang dikenal sebagai Peringkat Nasional Pelti, saya sedikit prihatin sekali. Dulu saya masih bisa koreksi langsung ke sekretariat yang menangani PNP tersebut. Dan bisa dilakukan perbaikan.
Sekarang saya ingin berikan masukan kepada PB Pelti untuk memperbaiki demi kemajuan tenis Indonesia kedepan. Memang sulit sekali dari tahun ketahun untuk memperbaiki diri apalagi kalau sudah menyangkut policy dari induk organisasi tersebut.
Tetapi saya masih tetap mau berikan masukan jika itu untuk perbaikan kedepan seperti keinginan semua pihak yang berkecimpung dalam pertenisan Indonesia.
Ini masalah yang kelihatan sepele tetapi pernah terjadi akan membuat masalah terjadi didaerah daerah . Dulu pernah PNP dipakai sebagai patokan status atlet didalam kegiatan pertandingan tenis. Khususnya jika turamen tersebut mewakili daerah daerah maka akan muncul permasalahan status atlet tersebut. Dulu pernah juga dipakai patokan protes adalah status atlet berdasarkan PNP yang dicantumkan nama daerahnya. Ini dipakai sebagai patokan. Memang saya akui patokan membuat PNP berdasarkan laporan hasil turnamen yang dikirimkan oleh Referee TDP tersebut. Tetapi jangan lupa Referee mengambil data juga dari PNP tersebut sehingga otomatis dicantumkan nama daerahnya. Ada atlet yang jeli langsung minta nama daerahnya itu dirubah sesuai keinginannya. Waktu itu saya lebih cenderung nama daerah berdasarkan Kartu Tanda Anggota Pelti. Dengan satu patokan ini maka selesai sudah permasalahannya. Tapi tetap saja akan muncul protes berdasarkan kepentingan masing masing.
PNP Yunior bulan Juni 2013 yang saya terima, ada beberapa kesalahan dilakukan, Yaitu ada atlet jelas jelas tahun lalu membela daerah tertentu dalam arena PON XVIII Riau September 2012. Tapi masuk dalam PNP asal kotanya bukan diprovinsi yang diikuti di PON. Ini bisa bermasalah. Saya sendiri belum cek di KTAnya.
Kemudian perlu penyempurnaan yang dilakukan karena belum ada keseragaman menurut saya kurang teliti saja yaitu ada penulisan nama kota ada nama provinsi dan atau nama kabupatennya. Bahkan keteledoran lagi nama si A di dua kelompok umur sah sah saja tetapi asal kotanya berbeda. Yang satu menggunakan nama Provinsi dan yang satu lagi menggunakan nama kotanya.
Yang perlu juga diperbaiki adalah atlet asal DIY. Ini nama provinsi, sedangkan di DIY ada beberapa kabupaten/kotamadya yaitu Bantul, Sleman, Kulon Progo, Gunung Kidul dan Kotamadya Jogjakarta . Nah untuk Bantul , Sleman, Gunug Kidul dan Kuon Progo ada singkatannya sedangkan kota Jogjakarta disingkat DIY. Pernah ada keluhan dari ketua Pengcab Pelti Jogjakarta masalah ini dan disalahkan kepada PB Pelti yang menulis asal kota tersbut bisa jadi DIY
Masih banyak lagi kesalahan dilakukan dalam PNP termasuk penulisan nama yang berbeda didua kelompok umur padahal orangnya sama. Intinya agar ada kontrol dari bidang yang menangani PNP ini karena PNP dikerjakan oleh pihak ketiga dan ada beayanya cukup besar. Nah, kalau sudah ada beayanya maka yang membuat PNP ini berkewajiban untuk memberikan yang terbaik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar