Jakarta, 25 Juli 2013. Ada keinginan ikuti turnamen sebagai bentuk peningkatan prestasi so pasti ada dalam diri pembina tenis termasuk petenis sendiri. Tetapi muncul masalah adalah minimnya kegiatan turnamen yang terjadi. Bagi petenis di Jawa masih bernasib lebih baik dibandingkan dengan petenis diluar Jawa. Kenapa demikian, karena diluar Jawa sangat minim kegiatan turnamen sebagai penyebabnya.
Untuk itu sangat berbahagia bagi masyarakat tenis jika didaerahnya ada turnamen. Amat menguntungkan dari segi finansial, karena lebih murah atau lebih kecil pengeluarannya dibandingkan jika harus keluar kotanya apalagi keluar daerah/provinsinya. Bisa dibayangkan harus siapkan beaya transportasi, akomodasi disamping konsumsinya.
Justru karena itu saya sangat berkeinginan agar turnamen tenis itu tersebar kesluaruh pelosok Indonesia. Bayangkan saat ini ada 34 provinsi dan ternyata pemantauan saya selama ini yang sudah ada turnamen nasional sejak saya berkecimpung dipertenisan nasional ( mulai th 1986 ), sudah pernah diselenggarakan turnamen nasional atau dikenal sebagai Turnamen Diakui Pelti (TDP) adalah Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Barat, Riau, Kepulauan Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Lampung, Bangka Belitung, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Bali, Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Jawa Barat, Banten dan DKI Jakarta. Berati yang belum pernah sama sekali adalah Bengkulu (Sumatra), Kalimantan Tengah, Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, Maluku Utara, Maluku, Papua, Papua Barat dan Nusa Tenggara Barat.
Tetapi jangan puas dulu, karena dari provinsi yang pernah diadakan TDP ( 24 daerah), ternyata dalam lima tahun terakhir sudah tidak terdengar kelanjutannya sepeti Aceh, Lampung, Banten. Yang menjadi pertanyaan sekarang adalah KENAPA ?
Saya melihat ada kekeliruan dilakukan oleh pembina didaerah dalam memilih turnamen. Karena banyak yang berorientasi ikuti turnamen di Jawa jika motovasinya karena ingn jalan jalan saja bagi pembinannya bukan untuk anak didiknya. Jika didaerahnya tidak ada turnamen maka wajar jika memilih turnamen diluar daerahnya. Tetapi jika ada turnamen didaerahnya kemudian pergi kedaerah lain untuk ikuti turnamen dalam waktu yang sama, maka apa yang terjadi anak didiknya banyak yang sudah bergigiran dibabak awal. Banyak faktor kekalahan tersebut. Yang menyedihkan jika kalah telak alias dapat 0-1 saja. Belim waktunya karena lawan di Jawa lebih tinggi kelasnya. Tetapi ada juga yang bisa mengatasi lawan lawannya bahkan bia keluar sebagai juara.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar