Jakarta, 31 Agustus 2011. Disuasana Ramadhan yang fitri saya mulai mendapatkan masukan soal like and dislike terhadap apa yang saya lakukan selama ini didalam membantu pertenisan yang tercinta. Memang sebelumnya saya sudah menduga dan melihat, mendengar sendiri komentar miring terhadap apa yang saya sudah maupun sedang lakukan selama ini.
Memang salah satu hobi saya ini adalah selenggarakan turnamen tenis mulai dari turnamen terendah yaitu Persami ( Piala Ferry Raturandang ) yang jumlahnya hampir mencapai 300 turnamen karena sejak tahun 1996.
Selama ini saya cuek saja karena yang penting tujuan saya adalah membantu dengan memberikan sarana turnamen bagi petenis yunior mulai dari tingkat pemula maupun prestasi. Bahkan ada pelatih yang mencemohkan turnamen tersebut tetapi karena saya cuek dan secara rutin tetap saya jalankan setiap bulannya (bahkan Puasapun tetap diselenggarakan), akhirnya pelatih tersebut tetap kirimkan juga atletnya. Karena sudah sadar kalau turnamen itu adalah kebutuhan atlet.
Sejak tahun 2009, saya mulai tingkatkan turnamen dari Persami ke RemajaTenis sehingga Persami terhenti dengan label Piala Ferry Raturandang telah mencapai ke 67 sebagai pengganti nama Persami, dan dengan label Persami sudah 200 an.
Hal yang sama ada yang suka dan tidak suka terhadap RemajaTenis. Kalau Persami ketidak sukaan datang dari rekan rekan tenis diluar induk organisasi Pelti. Tetapi kalau RemajaTenis terbalik , hambatan datang dari internal organisasi. Ini tentunya buat saya kaget dan sempat shock juga , karena datang dari rekan sendiri. Sayapun hanya bisa berdoa agar rekan saya itu sadar apa yang saya lakukan untuk pertenisan kita.
Tetapi karena saya tetap cuek dan konsisten dengan komitmen awal maka rekan rekan internal mulai menyadari kalau langkah saya lakukan itu sudah betul. Karena saya sendiri dalam menjalankan RemajaTenis melalui satu tim tetap mengacu kepada Ketentuan TDP Nasional yang dibuat PP Pelti. Yang lebuh hebat lagi sewaktu saya diberikan tugas untuk selenggarakan TDP Nasional diberikan komentar asal tidak menyalahi ketentuan TDP. Waktu saya baca memo tersebut saya tertawa sendiri. Artinya dipikir kalau saya jalankan RemajaTenis telah melanggar aturan atau ketentuan TDP Nasiboal.
Kalau rekan rekan eksternal yang kurang senang dan sempat dilontarkan kepada rekan saya akibat ketidak tahuan atau karena solidaritas saja terhadap rekan saya yang kurang sepaham dengan saya.Setelah dijelaskan sebagai pelatih apakah tidak butuh turnamen maka jawabannya "perlu sekali". Nah, setelah dibalikkan oleh rekan saya itu kalau saya buat turnamen itu tidak salah dan dibutuhkan sekali oleh petenis yunior, baru pelatih tersebut sadar. Tapi masih ada pelati lain akibat solidaritas saja sehingga masih berpola pikir yang keliru. Bagi saya bukan masalah, karena saya tahu pelatih tersebut berpihak kepada solidaritas saja. Hebatnya pelatih ini pernah memberikan sponsor dana sebesar Rp 3 juta kepada RemajaTenis karena mau membantu.
Inilah suka dukanya dipertenisan Indonesia. Tetapi bagi saya yang penting tujuannya baik sekali dan saya tidak melanggar ketentuan TDP Nasional. Saya pernah ditegur sama teman lainnya yang simpati kepada saya. "Apakah tidak kuatir?" Kenapa muncul pertanyaan ini. Akibat suasana saat itu ada kecendrungan kalau RemajaTenis tidak didukung petinggi Pelti. Dan itu saya lihat dan dengar sendiri. Dan saya langsung jawab. "Selama tidak melanggar ketentuan TDP Nasional, kenapa takut?"
Begitulah sedikit suka dukanya selaku penggagas turnamen RemajaTenis yang sudah dijalankan sejak th 2009 ( 5 turnamen ), tahun 2010 12 Turnamen) dan tahun 2011 sudah mencapai 12 turnamen, dan target saya 20 turnamen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar