Minggu, 31 Mei 2020

Optimalkan Potensi Tenis Daerah

Jakarta, 31 Mei  2020. Sudah lama daerah daerah tidak menikmati event Internasional khusus bagi Tenis yang dicintai masyarakat tenis di Indonesia. Akhir akhir ini kecuali event yunior ( Piala Thamrin, JITA, Widjojo Sujono) , seluruh kegiatan event internasional putra dan putri yang dulu istilahnya ProCircuit kemudian saat ini menjadi ITF World Tennis Tour yang juga termasuk Junior rutin berlangsung di Jakarta. Kegiatan World Tennis Tour untuk yunior tetap berjalan seperti biasanya dengan kategori sekitar grade 5 yaitu Piala Thamrin, JITA, Widjojo Soejono yaitu grade terendah dari kategori junior

Kala itu,  Pelti menjalankan visinya yaitu Mengoptimalkan Potensi Daerah searah dengan Otonomi Daerah. Berarti Daerah punya Dana hanya belum dicreat menjadi program nyata.

AFR mengingatkan kembali  daerah sudah pernah  diberi kesempatan untuk menjadi tuan rumah turnamen internasional  seperti di Surabaya Semarang dan Bandung untuk Satellite Circuit, sedangkan ProCircuit untuk Makassar, Manado, Balikpapan, Tarakan, Bantul (DIY)., Tegal . Sedangkan untuk pelaksanaan Davis Cup (kejuaraan dunia beregu putra) pernah dilakukan di Balikpapan, Solo dan Palembang. Sedangkan Bandung sebelum 1988. untuk Davis Cup.


Teringat waktu pelaksanaan Davis Cup sebelum PON XI Kaltim, waktu itu Balikpapan belum memiliki stadion untuk penonton, maka dengan tekad untuk memajukan tenis daerah maka dibuat tribun penonton di lapangan tenis Bukit Damai Indah. Apalagi petenis Davis Cup ada yang berasal dari Kaltim. Ini kebanggaan daerah. Karena tingkat masih Zone Asia Oceania diperkenankan jumlah penonton kurang dari 1.000.

Bagaimana sampai daerah bisa selenggarakan turnamen internasional ? Apakah dana disupport oleh PP Pelti.  Karena diberi kesempatan , oleh PP Pelti sendiri kunci dasarnya. Sedangkan dana tidak sepenuhnya dari PP Pelti. Ibarat mau memancing ikan, bukan diberi ikannya, tapi diberikan alat pancingnya agar daerah berusaha mencari sendiri. Daerah ada dana yang akan keluar kalau ada kegiatan atau event. Apalagi event internasional membawa nama daerah keluar negeri. 

Apakah dana sepenuhnya didukung oleh  PP Pelti ? Tidak juga,  ada yang dari ITF. Kok bisa? . AFR mengingatkan kalau dulu ada bantuan dari ITF untuk turnamen yang namanya ITF Grand Slam Trust Fund setiap turnamen US $ 5,000. Dan Pelti memanfaatkan dana tersebut, Apakah masih ada ?
Dan beaya pelaksanaan juga beban daerah. Semua itu tergantung negosiasi dengan Daerah, yang akhirnya semua beaya ditanggung oleh Daerah sendiri karena sudah merupakan agenda daerah.

Daerah ada kewajiban juga mencari dana,  apakah dari Pemerintah setempat dan sponsor lokal asalkan diarahkan dari PP Pelti sendiri. Pengalaman AFR , ternyata Daerah sanggup mendanai sendiri kegiatan tersebut.

Sekarang bagaimana kondisi Pengprov Pelti yang ada. Ada Pengprov Pelti yang dipimpin oleh  Wakil Gubernur, Walikota,  Bupati bahkan Sekda/Sekkot . Manfaatkan potensi yang dimilikinya karena didukung oleh Undang Undang No 3 Tahun 2005  tentang Sistem Keolahragaan Nasional Pasal 33 dan juga dipertegas oleh Pasal 34 (2) Pemerintah kabupaten/kota wajib mengelola sekurang-kurangnya satu cabang olahraga unggulan yang bertaraf nasional dan/atau internasional. Nah apalagi sudah diperkuat Undang Undang.
Tentunya sebagai pejabat publik terbebani oleh undang undang yang bukan pajangan.

Yang menjadi masalah adalah anggota Pengurus Provinsi atau Kabupaten/Kota Pelti  sungkan ajukan permohonan atau program kerja tersebut. Alasannya klasik. Untuk ketemu aja susah apalagi datang membawa proposal tersebut. Yang jadi pertanyaan apakah tidak ada rapat pengurus paling sedikit satu kali dalam seminggu. Justru rapat pengurus diajukan program tersebut. Kalau tidak ada rapat pengurus bagaimana Pelti bisa menjalankan program nasionalnya.

Fasilitas sudah ada seperti stadion dan lapangan tenis nya memadai. Lihat stadion tenis cukup megah  yang ada seperti di Pekanbaru, Palembang, Balikpapan. Ini stadion ex PON dan SEA Games Mulai dari 3 daerah. Begitu juga kota kota yang pernah jadi tuan rumah seperti Tarakan, Makassar, Manado, Bantul, Solo., Semarang , Surabaya, dan Tegal.

Yang sudah ada keinginan seperti yang dikemukakan oleh  Ketua Pengrov Pelti Kalimantan Utara yaitu kota Tarakan bersedia jadi tuan rumahnya turnamen internasional. Karena dulu bertahun tahun adakan Women Circuit, tapi kali ini mau selenggarakan khusus putra. 

Ada lagi cara yang dilakukan. Ada daerah yang minta dimasukkan dalam kalender TDP sehingga Daerah bisa mengajukan proposal berdasarkan kalender tersebut. Bisa juga cara ini dilakukan .

Sekarang tergantung NIAT mau memajukan Tenis di daerah apa tidak. Semoga masih ada semangat yang timbul dari tenaga tenaga muda saat ini. (Foto Davis Cup di Solo)


2 komentar:

ilmu.olahraga mengatakan...

Dulu dana dari ITF untuk Tegal tidak jelas, untung orangnya sekarang sudah tidak jadi pengurus

REMAJA TENIS INDONESIA mengatakan...

Untuk Kegiatan apa ? Karena dana ITF harus ada kegiatan. Karena seama ini hanya untuk Turnamen saja