Jakarta, 14 Mei 2020. Ternyata dalam perjalanan melaksanakan turnamen tenis selalu ada kendala kendalanya yang datang bisa disengaja untuk menghentikannya atau datang tanpa diduga karena kalau diduga selalu adalah Dana, Itu sudah merupakan alasan klassik bagi penyelenggara turnamen.
Tetapi selaku pelaksana yang tidak pantang mundur,AFR selalu mendapat pertolongan Tuhan dengan ada solusinya. Prinsipnya jika ada masalah maka sudah tentu ada solusi.
Tetapi selaku pelaksana yang tidak pantang mundur,AFR selalu mendapat pertolongan Tuhan dengan ada solusinya. Prinsipnya jika ada masalah maka sudah tentu ada solusi.
Mengingat pengalaman selama ini dari tahun 1989 sampai saat ini tentunya berbeda beda masalah yang timbul atas kendalanya.. Semasa duduk dalam induk organisasi tidak ada hambatan.
Tetapi sebagai perorangan AFR ada hambatan datang dari petinggi induk organisasi tenis, Tetapi setelah keluar dari induk organisas tenis tahun 1992, mulai muncul hambatan hambatan tersebut. Tringat ketika menyelenggarakan Turnamen nasional Bintaro Jaya 1993 ., turnamen pertama dilaksanakan pribadi AFR. Karena sudah diprediksi akan dapat hambatan dari petinggi Pelti yaitu Sekjen PB Pelti, yang tidak menyukai AFR, maka dibuat taktik yang bisa meloloskan karena sudah mengetahui watak " oknum" PB Pelti itu jika tidak dilibatkan maka ada saja cara yang mau dihambat .
Maka dibentuk lah kepanitiaan kejuaraan tenis Bintaro Jaya 1993. Didudukanlah salah satu petinggi juga dari PB Pelti yang satu profesi dengan " oknum" tersebut, supaya bisa lolos, Kebetulan rekan AFR itu juga duduk sama AFR diklub Maesa. Karena pasti yang bersangkutan sungkan dengan koleganya
Terungkapnya niat ' oknum ' PB Pelti itu pada saat AFR sedang lewat kantor PB Pelti dipanggil tiba tiba oleh rekan disekeretariat. Ternyata mau diadili dalam rapat yang ternyata duduk pula Ketua Komite Pertandingan (sudah almarhum), dan rekan dari komite Pertandingan MD (alm) dan Sekjen PB Pelti. Seolah olah AFR diadili. Terungkap pula kemarahan Sekjen PB Pelti saat itu menuduh AFR mengadu domba sesama pengurus Pelti. Kok bisa. Terungkap keinginan dia untuk bisa menolak keinginan AFR selenggarakan turnamen walaupun semua persyaratan TDP telah dipenuhi
Alasannya yaitu AFR sengaja memasukkan nama rekan satu klub Maesa sebagai Ketua Panpel Bintaro Jaya 1993. Padahal rekan tersebut duduk sebagai Ketua Komite Pembinaan Senior PB Pelti. Seolah olah mengadu domba sesama pengurus. " Kenapa tidak minta izin kepengurus?"
Oleh AFR dilawan karena tahu maksud baik AFR selengarakan Turnamen nasional tersebut, Ditantang ' oknum" tersebut untuk menolak atau mencabut SK PB Pelti tersebut. Prinsipnya dalam Ketentuan TDP sudah dicantumkan penyeleggara TDP boleh dalam bentuk perorangan atau badan hukum. Ini karena merasa tidak diajak berbicara tentang turnamen tersebut. Sedangkan 'oknum" tersebut dulu pernah menjabat Ketua Komite Pertandingan PB Pelti. Kesan mau tunjukkan kuasanya.
Kasus kedua, adalah pelaksanaan ITF Indonesia VOLVO Women Open 1994. Selaku penyelenggara AFR pribadi yang mendapatkan sponsor dari VOLVO Bangkok kemudian diberikan kepada Volvo Indonesia. Saat itu bersamaan dengan pelaksanaan Davis Cup yang sarat dengan peraturannya. Maka dicari celah . Tidak diperkenankan diselenggarakan dalam satu Venue. Nah, itu diselenggarakan dilapangan gravel GBK Senayan dan juga stadion tenis GBK. Karena Davis Cup hanya menggunakan stadion dan 2 lapangan keras, sehingga tidak menggunakan lapangan gravel (saat itu) maka caranya kedua tempat itu dibagi dua dengan memisahkan dengan gunakan terpal sebagai pembatas dan pintu masuknya dibagi dua tempat. Beres deh,
Ternyata urusan belum beres, karena Davis Cup lakukan refreshing wasit selama seminggu dari Senin sampai Kemis dimana waktu itu wasit akan bertugas di Volvo Women Open.Turnamen internasional tisak ada wasit. Maka dicari akal, Memang Tuhan berikan jalan, Referee Davis Cup kebetulan AFR kenal baik dari Taipei WNA Jepang Mr. Hiraki, Setelah dihubungi ceritakan masalahnya adalah refreshing wasit diusahakan malam hari dari pada pagi hari yang diusulkan PB Pelti. Puji Tuhan disetujui. Lolos lah sudah turnamen berjalan lancar.
Kasus ketiga. Yaitu saat duduk sebagai Pengurus Daerah Pelti DKI Jakarta. Sewaktu itu mendengar dari koran bahwa akan ada ekshibisi tenis didatangkan oleh salah satu Managemnt Spectrum dari Hongkong batal diselenggarakan karena tidak disetujui oleh Sekjen PB Pelti Inilah dia kalau tidak dilibatkan dulu ternyata bisa dihambat.
Saat itu AFR setelah minta ijin Ketua Pengda Pelti DKI Jakarta, menghubungi Managament tersebut yang kebetulan dikenal, Dianjurkan agar kerjasama dengan Pengda Pelti DKI saja dijamin bisa. Langsung jadi. Persiapan dilakukan oleh Pengda Pelti. Kemudian rekan wartawan beritahu ke AFR rencana busuk "oknum"PB Pelti tersebut. " Lakukan saja Press Conference nanti saya katakan tidak direstui oleh PB Pelti. " kira kira demikian laporan wartawan. Ini kacau jadinya. Tapi akal selalu ada.
Saat itu AFR hubungi Sekretaris Pengda Pelti Bapak MF Siregar (yang mantan petinggi Menpora) melaporkan niat jelek Sekjen PB Pelti. Langsung AFR diberi buku AD ART Pelti untuk cari peraturan yang menyebutkan harus seijin PB Pelti. Langsung AFR sampaikan ibarat anak Bapat mau sunatan sedangkan anak Bapak itu sudah tinggal dirumah sendiri, apakah harus seijin Bapak, cukup melaporkan saja. Baru sadar, Way outnya langsung buat surat ke Menpora minta restunya, dapat.
Langsung Press Conference disebutkan kalau sidah ada restu Menpora sehubungan Hari Olahraga Nasional (HAORNAS) untuk Eksibisi Gabriella Sabatini dengan Yayuk Basuki di Pusat Tenis Kemayoran.
Langsung sampaikan kewartawan tersebut agar beritahu kepada Sekjen PB Pelti , apa reaksinya Ternyata dapat jawaban kalau sudah direstui Pemerintah apa daya.. Setelah itu menurut orang dalam Sekertariat Pelti, bahwa sekjen mengatakan pasti ini ulah AFR sehingga berhasil.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar