Jakarta, 19 Maret 2011. Sewaktu berada di Makassar, saya menerima SMS dari rekan tenis di Manado Asiano Lontoh. Ternyata ada kejadian yang merupakan kekeliruan dibuat oleh Referee turnamen RemajaTenis di Jakarta. Putrinya masuk semifinal tunggal putri KU 16 tahun. Ini prestasi tersendiri setelah saya amati perjalanan putrinya Angelica Irena Lontoh selama ini belum pernah masuk semifinal KU 16 tahun di RemajaTenis.
Disampaikan kalau Referee sudah menjadwalkan pertandingan semifinal pukul 10.00 (Minggu 13 Maret)dan Angel sudah hadir pukul 09.00 mempersiapkan diri mau tanding. Lawannya Suryaningsih (DKI) yang juga unggulan 1 belum muncul sampai pukul 11.15. Ini kekeliruan yang dibuat oleh Referee yang sayapun tidak bisa intervensi. Mungkin banyak pertimbangan yang dipikirkan oleh Referee RemajaTenis saat itu, tetapi pertimbangannya itu sebenarnya tidak perlu dilakukan. Suryaningsih baru muncul kurang lebih 11.30 dan akhirnya dipertandingkan. Sayapun forward SMS tersebut kepada Referee yang bertugas. Dan mendapatkan jawaban yang membela diri. Tapi saya tidak tanggapi jawabannya karena saya menganggap ini jawaban membela diri.Dan tidak bisa merubah keputusannya.
Setelah tiba di Jakarta, tepatnya 18 Maret 2011, Referee Pardjan datang kepada saya melaporkan kedjaian tersebut dan menceritakan kekeliruannya dengan memberikan pertimbangan pertimbangannya sehingga memutuskan demikian. Kelihatannya dia merasa sudah disemifinal sangat jelek kesannya kalau ada yang kalah w.o. Dan sebagainya alasan lainnya. Tetapi saya tekankan itu suatu kesalahan yang seharusnya tidak perlu memikirkan pertimbangan seperti yang dikemukakannya. Seharusnya Suryaningsih tidak berhak melanjutkan pertandingan tersebut. Dan harus mendapatkan hukuman karena kalah w.o.
Tetapi ini sudah terjadi, dan sulit untuk merubahnya lagi. Hanya bisa dilakukan adalah sebagai pelajaran dimasa depan. Inilah dia karena tidak ada pendidikan khusus tentang Referee dilakukan oleh PP Pelti. Saya sendiri sudah pernah mengemukakan kepada PP Pelti masalah seperti ini. " Siapa yang kontrol kerja Referee? Dan siapa yang harus mendidik Referee."
Tetapi saya sendiri menyadari kalau melihat perkembangan TDP Nasional cukup pesat maka PP Pelti sangat membutuhkan tenaga Referee bukan hanya wasit. Saya cukup bangga kalau RemajaTenis di tahun 2010 bisa digelar sebanyak 12 TDP Nasional.Ini sebagai sumbangan saya sebagai penggagas pelaksanaan TDP tersebut.
Tapi yang tidak diketahui kalau dengan aktipnya saya galakkan TDP Nasional khususnya yunior dengan galakkan daerah melalui TDP Nasional RemajaTenis, justru dikalangan sendiri dimunculkan beberapa rumor yang sangat menyedihkan. Seperti dikatakan kalau saya memberikan angka PNP cukup besar untuk turnamen RemajaTenis. Seolah olah saya tidak transparan. Padahal saya sendiri melalui RemajaTenis selalu menyebutkan kalau kategori turnamen RemajaTenis itu paling rendah yaitu J-5. Ini kategori berlaku untuk semua TDP Nasional Yunior yang baru pertama kali diselenggarakan seperti RemajaTenis, Bakrie Series dll. Kalau dikatakan kategori J-5, maka juaranya hanya mendapatkan poin 6 saja. Tetapi sayapun sudah harus bersabar saja dengan tegar menghadapi rumor rumor yang tentunya sangat negatip. Hanya saya sayangkan munculnya rumor tersebut datang dari teman teman sendiri. Yang seharusnya berterima kasih kalau saya mau menjadi gila dengan selenggarakan turnamen turnamen yunior bukan hanya di Jakarta tetapi bahkan keluar kota maupun pulau Jawa. Bisa dibayangkan RemajaTenis sampai sempat dikatakan bukan TDP padahal Surat Keputusan PP Pelti yang ditanda tangani Ketua Umum PP Pelti itu ada. Kalau orang luar yang mengatakan demikian maka saya tidak ambil pusing. Mungkin kalau orang lain maka sudah akan mundur. Tapi saya tetap akan maju terus selama dukungan itu justru datang dari masyarakat tenis yang menyadari kalau turnamen itu adalah kebutuhan atlet tenis.
Tetapi saya sempat emosi juga waktu itu, sehingga pulang rumah saya menubruk motor dan motor itu menabrak mobil Mercy. Apes deh....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar