Jakarta, 19 Maret 2011. Tenis di Tanah Air sebenarnya sudah sangat membutuhkan tenaga pelaksana turnamen, karena menurut saya, turnamen nasional atau dikenal dengan TDP itu makin meningkat, sehingga sudah sangat dibutuhkan tenaga pelaksana TDP. Untuk menunjang gagasan saya dalam bentuk pelaksana TDP Nasional RemajaTenis saya sudah menyerahkan pelaksanaan TDP ini ke satu tim, sehingga saya tidak perlu lagi terlibat langsung, cukup mengawasinya sehingga jika ada kesalahan lebih mudah mengetahuinya.
Memang mulai tahun 2009 saya perkenalkan RemajaTenis di Jakarta kemudian di Jogja, Cirebon dan Medan. Ini terjun langsung mulai perencanaan dan pelaksanaan dari hari pertama sampai selesai. Yang terasa adalah capek fisik dan pikiran. Ada nikmatnya adalah bisa jalan jalan keluar Jakarta.
Di tahun 2010 , tanpa disangka bisa selenggarakan di Mataram, Sumbawa Besar, Palu, Solo, Pontianak, Banjarmasin, Bandung dan Jakarta yang seluruhanya 12 kali. Hal yang sama akan saya kembangkan, tetapi saya sempat mau mengundurkan diri saja dengan membatalkan keinginan adanya RemajaTenis akibat dari cemohan dari dalam.
Karena permintaan datang dari rekan2 di pelaksana RemajaTenis dan melihat dukungan dari orangtua petenis maka keinginan mundur itu saya tunda, hanya sepenuhnya seluruh pelaksanaan diserahkan kepada tim yang dibentuk RemajaTenis. Untungnya gagasan saya mau dijalankan oleh mereka dengan tujuan agar memberikan contoh kepada pelaksana TDP Nasional lainnya agar bisa memberikan pelayanan terbaik kepada peserta. Tapi ini tidak mudah, karena saya sendiri sampai capek memberikan masukan kepada rekan Referee yang bertugas di RemajaTenis. Kenapa susah sekali, karena mereka ini sudah terbiasa dengan pola kerja yang lama. Merubah ke cara baru masih sulit dilakukan.
Bisa dibayangkan saya kontrol setiap hari dari jauh bahkan ketika saya berada diluar Jakarta sekalipun. Bisa dibayangkan jam 04.00 saya terbangun karena menerima SMS dari Referee tentang order of play baru selesai. Ternyata ketahuan Refereenya itu pergi mancing dulu baru buat order of play.
Saya sendiri sudah wanti wanti, setiap hari kalau sudah selesai turnamen, buat order of play atau laporannya harus langsung dilapangan, jangan dibawa pulang baru dikerjakan dirumah. Ini butuh waktu agar bisa lancar tetapi mereka harus bisa lakukan ini demi RemajaTenis. Tapi satu saat akan bisa dan lancar sesuai dengan gagasan saya ini dan keinginan saya ini cukup besar. Dulu setiap kesalahan Referee saya tidak ambil pusing tetapi demi nama RemajaTenis maka saya harus pusing juga alias harus ikut bertanggung jawab. Hal ini langsung saya sampaikan kepada tim RemajaTenis agar merasa memilikinya dengan ikut bertanggung jawab.
Siapa yang seharusnya mendidik tenaga Referee, karena selama ini Referee di Indonesia itu otodidak alias belajar sendiri. Sebenarnya saya juga bisa jadi Referee tetapi saya bukan type orang serakah mau ambil porsi orang lain. Ini sebenarnya PR bidang yang membawahinya.
Selama RemajaTenis terus terang ada 2 rekan yang ikut membantu saya paksakan jadi Referee yaitu Eko Supriatna dan Pardjan. Mereka terpaku dengan cara kerja mereka sendiri. Tetapi akhirnya mereka dengan kesadaran sendiri mau merubahnya. Tapi terus terang butuh waktu.
Ada lagi yang lucu, tahun 2009 saya pernah terima telpon dari orangtua peserta yang minta agar si A jangan ditunjuk jadi Referee RemajaTenis karena caranya berikan informasi atau menjawab pertanyaan kepada anak2 tidak mendidik. Hal seperti ini langsung saya sampaikan kepada Referee tersebut atas kekurangannya.
Ada satu keinginan saya dalam mencetuskan gagasan TDP RemajaTenis yaitu dalam waktu yang sama bisa gelar 3 turnamen di 3 kota/provinsi yang berbeda. Tapi baru 2 kota berbeda yang sudah terlaksana yaitu tahun 2009 di Cirebon dan Medan, tahun 2010 di Palu dan Solo. Andaikan 3 kota bisa tercapai tentunya saya ingin 4 kota/provinsi. Ini bukan serakah keinginan seperti ini karena saya tahu atlet khususnya diluar Jawa sangat menbutuhkan sekali kehadiran TDP Nasional didaerahnya.
Tahun 2010, sudah tercatat 30 TDP kelompok yunior artinya terserap 30 tenaga Referee, dan 12 itu RemajaTenis. Boleh bangga dong andilnya RemajaTenis di tahun 2010. Andaikan keinginan saya di tahun 2011 ada RemajaTenis sebanyak 20 kali maka suatu tantangan sediakan tenaga Referee. Tapi saya pernah diberi masukan ketika saya lemparkan kekurangan2 Referee yang bertugas di RemajaTenis yang sudah saya mati. Dianjurkan mencoba yang lain saja agar ketahuan mana yang lebih baik daripada kedua Referee yang sudah jalankan RemajaTenis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar