Surabaya, 26 Desember 2010. Hari ini saya pergi ke Surabaya dengan Lion Air dan rencana kembali ke Jakarta sore ataupun malam tergantung dari selesai memenuhi acara di Surabaya. Suasana Natal masih ada karena ini hari kedua Natal bagi umat Kristiani. Tetapi karena permintaan teman teman dari Tulungagung dan Surabaya agar saya bisa hadir di Surabaya, saya penuhi juga.
Tetapi yang saya tidak akan lupakan dalam kehidupan saya di pertenisan ini, saya mendapatkan hadiah Natal di Surabaya ini. Sebenarnya hadiah ini sangat berkesan dan membuat hati panas dan marah, hanya karena masih disuasana Natal sehingga saya masih didalam kesadaran tinggi. Terjadinya justru saya tidak duga sekali.
Setelah acara penyerahan hadiah pemenang Piala Gubernur Jatim selesai maka turunlah hujan rintik rintik dilapangan tenis Brawijaya Surabaya sehingga sayapun masuk ke club house lapangan tersebut. Saat itu saya melihat salah satu petenis ES sedang berdiri sendiri sehingga saya teringat pesan dari rekan saya Diko Moerdono (Ka Bid Pembinaan Senior PP Pelti) untuk membantu dia karena dia mau liburan akhir tahun ini. Bantuan yang diharapkan agar menghubungi petenis pelatnas SEA Games beritahu adanya kewajiban anggota Pelatnas SEA Games ikuti program masuk camp ke Batujajar yang kita kenal sebagai pusat pendidikan pasukan khusus Angkatan Darat tanggal 5-19 Januari 2011. Dan minta nama atau jadwal turnamen yang akan diikutinya di Januari 2011.
Ketika saya samperin ES dan menyampaikan kepadanya untuk menanyakan program try out turnamennya di bulan Januari 2011, saya menerima kata kata yang dengan nada tinggi membuat saya jadi kaget juga. Sayapun hanya mengatakan, hey E (nama panggilannya, sambil mendekatinya), mau minta program turnamen dibulan Januari 2011. Tapi sewaktu belum selesai bicara sudah disambut dengan kata kata yang rada tinggi suaranya. Langsung saya terdiam hanya bisa mendengar saja ocehannya tersebut. Kok saya bermaksud baik bertanya disambut dengan nada tinggi yang akan menarik perhatian orang lain disekitar saya (dibelakang saya kira2 3 meter ada Christopher Rungkat dan beberapa orang Surabaya). Saya sendiri agak lupa apa ocehannya karena dengan dia sedang marah sehingga darah saya jadi naik karena mau marah juga. Aneh juga, saya berbicara dengan nada rendah bertanya tapi disambut dengan nada marah. Intinya kalau tidak salah mengatakan " Buat apa mau baik baik sekarang sedangkan dibelakang lain " kira kira begitu nadanya. Sayapun menyadari bahwa ini masih suasana Natal sehingga sayapun lebih baik mengalah dengan cara tidak perlu adu mulut, apalagi di lapangan tenis dan sayapun masih duduk di induk organisasi tenis (Pelti) yang tentunya malu mau berdebat kusir dengan orang yang lagi kecewa apalagi baru saja kalah dipertandingan final hari ini.
Sayapun mengevaluasi situasi ini kenapa sampai terjadi demikian sedangkan selama ini bertegur sapa seperti biasa. Apakah tadi sewaktu final lawan Christopher dia sudah unggul 7-5 diset pertama kemudian set kedua unggul 5-3 dan ternyata kalah 5-7, dan kalah diset ketiga. Saya tidak lupa sewaktu itu duduk bersama dengan Bupati Tulungagung Heru bersama dengan Ketua Panpel Fattah, dan saya ini disetiap pertandingan jarang tepuk tangan kalau yg bertanding petenis Indonesia. Tapi kalau ada permainan yang menegangkan dan ada tontonan menarik saya sekali kali ikut tepuk tangan karena terpukau dengan permaina tersebut. Selama kedua petenis bertanding saya juga pernah bertepuk tangan untuk kedua pemain jika ada pukulan yang menakjubkan. Jadi tidak hanya kepada salah satu pemain, biar adil sehingga tidak ada kesan membela salah satu pemain. Apakah sewaktu saya tepuk tangan untuk lawannya dan dia lihat maka dipikirnya saya berpihak kepada lawannya. Banyak kemungkinan kemungkinan saya evaluasi sehingga yang bersangkutan bisa kecewa membuat dia bisa melampiaskan kekecewaannya dengan keluarkan semua uneg unegnya.
Kemudian saya teringat sewaktu penyerahan hadiah, Fattah sambil berjalan dengan dia mengatakan kepada saya bahwa dia itu nyaris , dan saya sambut dengan menepuk biasa bahunya.
Setelah saya menjauhinya sayapun masih mendengar ocehannya yang tentunya akan menarik perhatian oranglain, tapi tidak saya layani dan akhirnya dia diam saja. "Ada apa dengan dia ya? " Sayapun menyadari sekali kalau duduk di PP Pelti itu kalau sampai ada kebijakan yang tidak menyenangkan petenis tentunya sayapun akan dimasukkan dalam ranah musuhnya juga. Ini resiko jabatan, sedangkan saya tidak terlibat didalam pembinaan atlet maupun tim nasional. Tetapi saya pernah mendampingi tim sewaktu dia masuk dalam tim Davis Cup lawan Hongkong di Hongkong beberapa tahun silam. Sayapun menenangkan diri dengan menjauhi saja menunggu turunnya hujan karena akan ke bandara Juanda.
Beberapa menit kemudian saya melihat rekan rekan sibuk mencari tenaga medis yang sudah pulang karena ada peserta yang ambruk, dan dugaan saya benar pasti dia yang ambruk. Setelah melihat ambulance datang dan petugas medis membawa pasien yang diangkut sayapun dengan sedih melihat dia diangkut ke Rumah Sakit.
Waktu saya ceritakan kepada rekan saya masalah ini dan saya dibilang kenapa tidak digampar saja anak begitu kurang ajar. Sayapun teringat 2 bulan sebelum PON 2008 di Kaltim, saya sempat khilaf juga dijalan dengan menghajar pengendara motor karena kaca spion mobil dipecahkan. Kok bisa tenang tenang saja. " Ya sudah anggap saja hadiah Natal 2010. " itu lebih baik daripada jadi brutal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar