Jakarta, 24 Desember 2010. Beberapa malam lalu ketika nonton TV acara MetroTV yang mengangkat cerita korban korban peristiwa Mei 1998 yaitu peristiwa kerusuhan melanda Jakarta. Saat itu saya masih di Pusat Tenis Kemayoran Jakarta. Ini peristiwa tepat waktunya sudah lupa kemungkinan tanggal 12-15 Mei 1998.
Saya dikejutkan dengan berita datang dari rekan rekan di Pusat Tenis Kemayoran bahwa ada pembakaran pembakaran disekitar jalan Gunung Sahari, Senen dan Pasar Baru. Ternyata ada penjarahan dimanfaatkan oleh masyarakat yang berjiwa perampok. Langsung saya perintahkan agar pintu gerbang Pusat Tenis Kemayoran ditutup saja. Saat itu saya menyempatkan diri naik keatap kantor Pusat Tenis Kemayoran yang saya pikir tidak akan kedua kalinya mau naik ke atap rumah atau kantor. Terlihat dibelakang sekitar Danau Sunter berlalu lalang manusia maupun mobil Mikrolet yang mengangkut barang barang jarahan dari gudang gudang di Sunter."Kok teganya ?"
Kemudian saya anjurkan kepada pelanggan yang lagi bermain tenis di lapangan indoor agar tidak keluar bahkan saya anjurkan menginap saja di Pusat Tenis Kemayoran dan mobil mobil agar parkir dibelakang dan tidak terlihat dari luar agar tidak mengundang garong garong perusuh ini masuk. Hatipun serasa teriris melihat perlakuan demikian terhadap golongan minoritas, tetapi tidak berdaya. Hanya bisa menolong menyelamatkan yang bisa diselamatkan sudah merupakan tugas yang mulia.
Kemudian masuk laporan dari Posko Satpam ada yang bawa TV hasil penjarahan ke Pos tersebut,langsung saya perintahkan suruh keluar orang yang bawa dan juga TV tersebut jangan sekali kali disimpan di Posko tersebut.
Beberapa pelanggan ikut tidur di Pusat Tenis Kemayoran sesuai anjuran saya selaku penanggung jawab Pusat Tenis Kemayoran, dan mereka mau ikuti termasuk mobil mobil disimpan dibelakang.
Tapi ada telpon dari putri saya yang kuliah di Universitas Bina Nusantara (BINUS). Minta dijemput untuk pulang karena ada kerusuhan dijalan jalan yang sudah merambah keseluruh kota Jakarta. Kampusnya di Jakarta Barat yang sebenarnya dekat dengan rumah saya di Taman Alfa Indah, tetapi ternyata dia sedang dirumah teman kuliahnya.
Saya memberanikan diri keluar Pusat Tenis Kemayoran tetapi dengan naik motor saja. Kebetulan ada motor "butut" yang ada, tetapi lupa kalau perlu diisi bensin. Perjalanan lancar sampai kerumah temannya dan sayapun menggonceng putri saya kearah rumah. Tapi sampai dijalan arteri motor mogok. Waduh, gimana jadinya. Saya panggil motor ojek untuk menarik motor mogok yang ternyata habis bensinnya. Tidak ada yang jual bensin, sedangkan pom bensin juga ikut tutup.
Sewaktu ditarik, di jalan Pos Pengumben ada kerumuman massa sedang membakar atau menjarah toko toko yang ada, Anak saya bertanya, gimana nih mau terus atau berhenti. Saya hanya katakan jalan terus dan berdoa saja, dan pengendara ojek saya katakan jalan perlahan lahan saja. Puji Tuhan bisa melewati kerumunan massa tersebut sampai rumah dengan aman. Malam itu saya tidur rumah tidak kembali ke Kemayoran. Tapi saya ketemu rekan rekan tetangga dan sama sama menjaga agar massa tidak masuk kedalam kompleks Alfa Indah tempat tinggal saya selama ini. Disni terlihat muncullah kebersamaan bertetangga mucul sehingga melupakan ego masing masing masyarakat khususnya dikota Jakarta. Mulailah kita saling mengenal tetangga sendiri yang selama ini terlupakan karena kesibukan masing masing yang cukup padat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar