Jakarta, 13 Desember 2010. Disela sela turnamen tenis di Hotel Sultan Jakarta, saya melihat ada keragu raguan orangtua terhadap perkembangan putra ataupun putrinya atas prestasinya. Ini sih wajar wajar saja sehingga timbul karagu raguan tersebut. Dan bukan sekarang saja dimana pertenisan nasional khususnya yunior makin semarak. Lebih parah sepuluh ataupun duapuluh tahun silam.
Ada yang mengatakan apa yang bisa didapatkan dari tenis. Lebih baik back to school.
Memang saya sendiri lebih cenderung kalau atlet itu tidak melupakan sekolahnya, apalagi sekarang belum semua sekolah masih belum mendukung olahraga apalagi tenis. Jangan sampai tidak sekolah hanya main tenis. Ini justru yang salah. Karena pendidikan disekolah atau pendidikan formal itu penting sekali dalam membentuk pribadi seseorang yang muda usia.
Sebenarnya sebagai orangtua harus jeli juga, jangan sampai karena ambisi yang lebih menjurus ke ambisius justru merupakan bumerang baginya. Kenapa demikian harus jeli. Sekolah itu penting karena seorang juara itu juga harus pintar. Tidak ada lagi bodoh tapi bisa juara.
Memang banyak orangtua tidak ada waktu lagi memonitor putra dan putrinya didalam menjalankan aktivitas olahraga diluar rumahnya.
Memang olahraga iru disamping untuk kesehatan banyak sekali manfaatnya dalam pembinaan dirinya. Adanya gangguan gangguan diluar rumah tanpa disadari masih mengancam masa depan putra putri Indonesia. Khususnya semua pihak sudah mengetahui yaitu NARKOBA. Dengan banyak kesibukan maka sulit Narkoba merongrong kehidupan disamping pendidikan agama juga mutlak.
Akibat ambisiusnya orangtua bisa menjerumuskan anak anak ke Narkoba tersebut.
Kembali ke pertanyaan diatas untuk menjawab keragu raguan orangtua terhadap pembinaan putra dan putrinya. Kita sudah harus bisa melihat sampai dimana kemajuan putra dan putri kita. Tidak perlu kuatir ada alat pantaunya yaitu yang sangat sederhana sekali yaitu PERINGKAT NASIONAL PELTI yang dikeluarkan oleh PP Pelti, atau juga bisa digunakan ITF rank dan WTA rank dan ATP rank. Jika ditanyakan kepada orang yang salah apalagi punya kepentingan maka jawabannya sangat subjektip sekali. Kembali kepada tujuannya bermain tenis.
Kalau sudah ingin go international karena mau tingkatkan prestasinya maka harus banyak pertimbangannya. Bisakah menembus peringkat dunianya ? Ini yang penting butuh kejeliannya.
Jika kiranya sulit menembus ke peringkat dunia, maka mulailah berpikir bisa berprestasi di dunia pendidikan juga bisa digunakan sebagai alat jika ingin mendapatkan bea siswa pendidikan di negeri Paman Sam (USA). Dengan syarat selaian berprestasi di tenis, juga harus berprestasi didunia pendidikan. Karena akibat melalaikan masalah sekolah selama bermain tenis maka di USA awalnya bisa ikut tetapi tidak bertahan lama karena jika prestasi tenis membaik tetapi prestasi pendidikan di Universitas menurun maka akan dikeluarkan juga. Ini masalah.
Jika dari pemantauan selama ini bisa menembus keperingkat dunia baik junior kemudian WTA rank atau ATP rank, maka barulah kita all out. Disini butuh kejelian. Tetapi jika berhasil menembus peringkat dunia maka hasil bermain tenis didunia nasional maupun internasional akan membuka mata para orangtua kalau sebenarnya tidak menyesal melepaskan putra dan putrinya ke dunia tenis. Fakta akan berkata lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar