Jakarta, 28 Desember 2010. Tinggal menunggu waktu saja tahun 2010 akan berakhir dan berpindah ke tahun 2011. Saya mencoba melihat kejadian kejadian yang menimpa diri saya selama tahun 2010. Karena saya menyadari duduk sebagai petinggi di induk organisasi tenis di Indonesia yaitu Pelti Pusat maka tentunya akan ada suka dan dukanya. Kelihatannya enak sekali tetapi sebenarnya banyak juga tidak enaknya. Tidak enak karena belum tentu keinginan masyarakat bisa dipenuhi sepenuhnya oleh induk organisasi tenis ini, sehingga sebagai petinggi Pelti akan menerima getahnya sebegai bentuk kekecewaan tersebut. Memang saya sendiri sudah sering menyampaikan kepada orangtua petenis yunior yang sering ikuti turnamen Persami Piala Ferry Raturandang maupun turnamen RemajaTenis sebagai penasehat melihat betapa besar dukungan orangtua memajukan putra dan putri kesayangannya di pertenisan kita ini. Nasehat saya hanya katakan bahwa siap siap saja orangtua itu KECEWA.
Kok bisa, karena kecewa itu bisa mulai kemajuan anaknya, kecewa kepada pelatih, kecewa kepada klub, kecewa kepada pelaksana turnamen, kecewa terhadap Pelti baik ditingat Kotamadya/Kabupaten, Provinsi dan Pusat sekalipun.
Kenapa kekecewaan terhadap Pelti Pusat ditimpakan kepada saya bukan kepada rekan rekan lainnya. Kebijakan Pelti tentunya akan berdampak kepada diri saya itu sudah saya sadari. Sedangkan bagi saya keputusan yang dibuat oleh Pelti tentu harus saya dukung walaupun secara pribadi tidak menyetujuinya. Itu lumrah jika kita berorganisasi. Kembali kenapa kepada saya, karena saya yang paling sering berkomunikasi dengan masyarakat tenis baik secara langsung maupun tidak langsung. Komunikasi melalui turnamen turnamen dimana saya mulai banyak mengenal orangtua maupun pelatih pelatihnya. Komunikasi melalui dunia maya juga saya sering lakukan untuk menyebar informasi tenis lebih cepat. Dan saya paling sering kirim SMS melalui telponseluler kepada masyarakat tenis dari Sabang sampai Merauke. Begitu juga keluhan setiap pelaksanan turnamen khususnya turnamen yunior selalu ada saja kekecewaan orangtua atau keputusan keputusan dilakukan oleh penyelenggara turnamen. Keluhan datang pertelpon ataupun SMS, bahkan sampai hari ini pun seang berlangsung turnamen Pemalang Open saya terima telpon dan SMS mempertanyakan keputusan penyelenggara. Tetapi akhir akhir ini kalau ada telpon kemudian tidak terdaftar dalam memory ponsel saya maka saya biarkan saja dan tidak mau menjawabnya.
Kadang kala kekecewaan tersebut disampaikan secara sopan tetapi ada juga yang disampaikan secara tidak sopan. Semua ini saya harus terima dengan lapang dada, dan saya masih bisa melakoninya walaupun sesekali saya juga sempat mau marah, tetapi masih bisa saya redam karena resiko duduk diinduk organisasi. Ini namanya resiko jabatan.
Kapan muncul kekecewaan itu, biasanya sewaktu pemilihan atlet untuk tim nasional baik yang yunior maupun senior. Saya sendiri maklum sekali masalah ini karena ego dari masyarakat tenis cukup besar karena mereka membeayai sendiri pembinaan putra dan putrinya. Tetapi akibat terhadap diri saya cukup besar jika orangtua kecewa dengan Pelti akan juga benci kepada diri saya. Ini sudah terjadi di tahun 2010. Awalnya hubungan cukup "mesra", tetapi akhirnya sekarang justru sebaliknya. Ibaratnya mau tegokpun tidak apalagi mau beri salam. Inilah resikonya. Dan sayapun tidak perlu merasa sakit hati. Walaupun banyak yang sudah saya bantu bukan bantu dalam dana tetapi bantu berikan informasi dan lai lainnya. Tapi saya tidak akan mengcalim bahwa itu jasa saya. Saya cukup bangga bisa berikan yang terbaik bagi altet tenis secara tidak langsung.
Saya akui pernah juga berbuat kesalahan tetapi cepat saya sadari dan tidak segan segan saya meminta maaf karena kesalahan tersebut. Kita harus berani sportif sudah cukup bagi saya selama ini karena saya menyadari duduk di induk organisasi tenis ini hanyalah sebagai pelayan kepada masyarakat tenis. That's all.
Kalau hubungan didalam induk organisasi selalu menunjukkan kebaikan karena demi organisasi saya berprinsip harus tetap rukun walaupun kadangkala suka muncul ketidak senangan. Ini lumrah saja, tetapi bagi saya demi organisasi kita harus bersatu juga didalamnya. Tetapi tugas saya juga harus mengingatkan kepada rekan rekan jikalau sudah keluar dari kebijakan Pelti, dan harus diluruskan karena menyangkut nama Pelti bukan perorangan. Perbedaan pendapat sudah sering dilontarkan jika dalam rapat intern, tetapi akhirnya diketemukan kesepakatan bersama dan itu yang jarus saya jaga walaupun didalam hati sendiri belum menerima keputusan itu. Tapi harus saya selamatkan karena sudah merupakan keputusan bersama. Inilah organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar