Jakarta 16 Nopember 2019. Ada keputusan blunder dilakukan oleh PP Pelti selama tahun 2019 setelah terjadi pergantian Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti kepada wakilnya yang kesannya tidak bisa diajak kerja sama oleh group tertentu dalam PP Pelti saat ini. Agar memuluskan segala keputusan yang salah menurut aturannya Terbukti sudah menjadi kenyataan Yaitu keputusan kejuaraan UNEJ mendapatkan kehormatan kategori J-4.
Aturan PP Pelti adalah semua turnamen jikalai baru pertama kali dibuat untuk Turnamen 7 hari diawali kategori J-5, kemudian dievaluasi setelah pelaksanaan untuk mencantumkan kategori ada turnamen tahun depan
Kejuaraan UNEJ dikenal adaah turnamen 3 hari sudah berlangsung 5 tahun atau 5 kali kemudian tahun 2019 diubah statusnya menjadi turnamen 7 hari yang sediakan pertandingan tunggal dan gandanya, Disini letak perbedaan nya antara turnamen 7 hari atau turnamen 3 hari. Seharusnya masuk kategori J5. Tiba tiba keluar kepurtusan PP Pelti masuk kategori J-4 akibat pebisik yang salah, Ini lah kesalahan yang tak mau diakui oleh Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti ketika ditanyakan langsung, " Dilihat pertama adalah kontinutasnya kemudian kualitas pesertanya. " Ini bertemtangan dengan aturan yang dibuat PP Pelti bahkan sudah diupload di websitenya. Ketika ditanyakan kualitas pesertanya kepada mantan ketua bidang pertandingan PP Pelti maka hal itu tidak dibenarkan terutama kualitas pesertanya
.
Kemudain ketiaka ditanayakan kalua Remaja Tenis Bandung selenggarakan TDP maka bisa masuk kategori J-4 karena alasannya sudah sepuluhtahun selenggarakan, Makadijawab saat itu adalajh ajukan saja surat ke PP Pelti.
Ketika ajukan surat ke PP Pelti AFR mau adakahn turnamen 7 hari di Bandung ternyata tetap bersikukuh dengan kategir J-5 Maka kesan yang muncul adaag tergantung selera
Blunder kedua yang dibuat adalah pemberian kategori kepada AMMAN -DETEC Open termasuk kategori J-2. Ini betul betul kebangetan karena tidak menggunakan aturannya sendiri. Menurut informasi yang didapat adalah sesuai permintaan sponsr. Lebih aneh lagi. Belum pernah PP Palri menerima perlakuan itu.
Makin didesak maka makin gila, keluar aturan kesannya senau gue, Sesuai selera, Maka untuk membenarkan kesalaha tersebut maka dibuut aturan baru
Blunder ketiga adalah keputusan PP Pelti mengenai pemberian kategori pada setelah turnamen selesai. Ketentuan TDP diibuat sesuai aturan ITF Junior. Disamping itu pula setiap turnamen perrlu mencantuman factsheet yang merupakan informasi awal tentang status TDP mencantumkan kategorinya difactsheet tersebut.
Ketika AFR buat surat kepada ketua umum PP Pelti mengenai usulan dibuat tim AD Hoc membicarakan tentang revisi aturan TDP , dapat sambutan disetujui, Kejnyataannya digubris oleh bawahnnya. Ya mau diapakan. Selidik punya selidik ternyata bawahannya tidak mengerti tenis atau organasiasi tenis. Kesannya keputusan adalah hak milik mereka segelintir orang saja
Maka apa yang akan terjadi dimasa depan yaitu kategori turnamen akan semau gue aja. Tahun ini kategori J-2 kemuadian tahun depan bisa saja kategori J- 5, atau sebaiknya tergantung seleran sekelompok orang pengambil keputusan.
Awalnya AFR tidak peduli akan keputusan Pelti karena lebih memntingkan bauat turnamenyunior sebanyak mungkin terutama didaerah daerah, Tetapi banyak masuk langsung dinberikan masyakat tenis sehingga terusik juga men]mberi masukan kepada PP elti yeng ternyata tidak mempan karena labih memntingkan dirinya sendiri. Bayangkan banyak kali TDP RemajaTenis dilakukan banyak kai pula tidak meneria SK PP Pelti, Bayangkan kinerja Pelti .Sehingga kalau ditanyakan kategirinya tidak bisa menjawab. Kenapa didiamkan, kerena lebih mementingkan turnamen berjalan dan kategori itu tidak terlalu penting bahkan lebih bnyak ortu mementingkan kesempatan bertanding
Maka apa yang akan terjadi dimasa depan yaitu kategori turnamen akan semau gue aja. Tahun ini kategori J-2 kemuadian tahun depan bisa saja kategori J- 5, atau sebaiknya tergantung seleran sekelompok orang pengambil keputusan.
Awalnya AFR tidak peduli akan keputusan Pelti karena lebih memntingkan bauat turnamenyunior sebanyak mungkin terutama didaerah daerah, Tetapi banyak masuk langsung dinberikan masyakat tenis sehingga terusik juga men]mberi masukan kepada PP elti yeng ternyata tidak mempan karena labih memntingkan dirinya sendiri. Bayangkan banyak kali TDP RemajaTenis dilakukan banyak kai pula tidak meneria SK PP Pelti, Bayangkan kinerja Pelti .Sehingga kalau ditanyakan kategirinya tidak bisa menjawab. Kenapa didiamkan, kerena lebih mementingkan turnamen berjalan dan kategori itu tidak terlalu penting bahkan lebih bnyak ortu mementingkan kesempatan bertanding
5 komentar:
Masalah utama adalah sebagian besar pengurus adalah pendatang baru dan belum menguasai peraturan tetapi "terlalu berani" bertindak tanpa membaca ketentuan ketentuan yang ada, sehingga menjadi blunder serta berkesan bertindak sesuai se;era dan kuasa saja.
Masih harus banyak belajar
Setuju
Semoga OM AFR sehat selalu ....dan terus mengkritik kejanggalan dan juga memberikan masukan demi masa depan tenis Indonesia...
Semoga OM AFR sehat selalu ....dan terus mengkritik kejanggalan dan juga memberikan masukan demi masa depan tenis Indonesia...
Posting Komentar