Jakarta, 17 Nopember 2018. Masukan dari rekan rekan tenis di Jakarta cukup mengejutkan tetapi bisa juga diprediksi sebelumnya. Isu tersebut mengatakan rencana tahun 2019 beberapa pelaksana TDP yang mengikuti jejak AFR RemajaTenis akan berhenti beroperasi, khususnya di Jakarta. Berita ini sangat disayangkan sekali jika memang akan terjadi karena pembinaan tenis itu butuh turnamen turnamen lokal.
Awalnya keinginan AFR agar bisa muncul rekan rekan lainnya ikuti jejak AFR RemajaTenis dan dibeberapa tahun berhasil maka di Jakarta muncullah 2 pelaksana (organizer) kemudian berkembang menjadi 3 pelaksana baru maka bisa disebutkan setiap minggu di Jakarta selalu ada kegiatan TDP 3 hari. Ini keuntungan atlet tenis yunior di Jakarta. Karena tidak butuh keluarkan dana besar jika keluar kota Jakarta maupun bolos sekolah sesuai dengan solusi TDP 3 hari terhadap kendala TDP 7 hari
Yang jadi pertanyaan adaah kenapa harus terjadi dimana sudah berjalan lancar selama setahun duatahun.
Yang jadi pertanyaan adaah kenapa harus terjadi dimana sudah berjalan lancar selama setahun duatahun.
Memang menjalankan kegiatan TDP itu tidaklah mudah apalagi jika misinya sebelumnya itu tidak jelas sehingga kelanggengan TDP tidak bisa dipertahankan. Seperti semula jika bentuk dari pelaksana TDP tersebut merupakan badan hukum maka rumusnya adalah Profit oriented. Keuntungannya bisa mencari sponsor lebih banyak sebagai bentuk pertangung jawabannya kepada sponsor maka harus jelas pertangung jawabannya,
Harus diakui pada semester kedua 2017, kecendrungan jumlah peserta makin menurun dan harus diakui masalah ini akan membuat kerugian besar bagi pelaksana TDP tersebut,
Tetapi ada dugaan muncullah kekecewaan pelaksana TDP akibat perlakuan yang dilakukan oleh PP Pelti sendiri sebagai kendala. Ini bisa dipakai sebagai pemicu kekecewaan dari organizer TDP tersebut. Tetapi harus diakui kalau petinggi Pelti sendiri tidak menyadari betapa sulitnya rekan rekan kita ini dalam menjalankan salah satu program PP Pelti .
Tanpa disadari jika periode PP Pelti sekarang kuantitas TDP Nasional terbanyak karena keberadaan organiser diluar Pelti sebagai modal dasar tenis saat ini. Tetapi ketidak pedulian petinggi Pelti bisa berakibat tenis Indonesia bukannya makin maju tetapi bisa sebaliknya. Disadari apa tidak kalau tirnamen itu adalah kebutuhan atlet tenis jika ingin berprestasi.
Munculnya salah satu program yang tidak jelas karena munculnya kesan mendadak yaitu program National Junior Tennis Camp pada 25 Nop 2018 di Magelang. Program ini muncul tanpa pemberitahuan yang jauh jauh hari dilakukan akibat tidak jelasnya program kerja PP Pelti sendiri.
Penjelasan dari petingi Pelti terhadap pertanyaan masyarakat tenis baik orangtua maupun pelatih terhadap nama nama peserta National Junior Training Camp tersebut justru penjelasannya yang membuat dampak negatip terhadap TDP 3 hari. Akibat semua program tidak jelas karena hanya berdasarkan tidak tertulis saja sehingga bisa terjadi penjelasannya yang berbeda beda antara satu dan dua petinggi Pelti. Disini kesan melecehkan TDP 3 hari. Kekecewaan ini diungkapkan masyarakat tenis langsung ke organizer TDP tersebut.
Bisa dibayangkan kepengurusan baru PP Pelti baru berjalan 11 bulan, tetapi sampai saat ini Program Kerja PP Pelti untuk 5 tahun kedepan tidak pernah ada yang tahu. Apakah telah disiapkan atau memang tidak disiapkan. Padahal ini program hasil dari Musyawarah Nasional Pelti yang merupakan wadah tertinggi untuk dijalankan oleh organisasi Pelti. Yang jadi pertanyaan kenapa hal tersebut tidak diperhatikan, padahal sebelumnya begitu gencarnya diperkenalkan petinggi petinggi Pelti itu ahli berorganisasi. Tetapi seperti juga disuasana politik saat ini, disaat sebelum bekerja sudah berkoar koar kalau akan memjadikan pertenisan Nasional dan tidak mau meniru kinerja PP Pelti 2012-2017.Tetapi kelihatannya hanya lips service belaka. Karena sejak Munas sampaisaat ini terdapat 3 kubu dalam organisasi Pelti sendiri. Ini hambatan sebenarnya.
Memiliki sarana informasi yang dibangga banggakan tetapi tidak dimanfaatkan sebaik mungkin yaitu situs resmi PP Pelti ( www.pelti.or.id), sehingga muncul hanyalah pajangan belaka, Disayangkan sekali bisa terjadi. Yang jadi pertanyaan saat ini koordinasi antar bidang sudah sampai dimana. Asa masih ada untuk diperbaiki dengan munculnya wajah baru yaitu Sekjen PP Pelti yang dibanggakan karena mantan Sekjen PB PBI (Bowling). Timbul pertanyaan sebagai kompensasi terhadap pergantian petinggi wajah baru didunia Tenis yaitu apakah Dia itu main tenis ?
Masyarakat masih menunggu gebrakan baru dari petinggi tersebut, walaupun mulai muncul keluhan keluhan dari petinggi lainnya..
1 komentar:
Maju terus demi meningkatkan prestasi atlet tenis lapangan..
Posting Komentar