Jakarta, 28 Oktober 2018. Selama AFR ikutin rapat rapat Inapgoc baik antar deputy AFR punya kesan betapa minimnya pengalaman rekan rekan kita dalam mengelola multi event seperti ini. Kekuatiran muncul akan ada kemacetan dalam proses pelaksanaan karena Asian Paragames itu berbeda jauh dengan Asian Games. Menurut AFR kalau Asian Games itu lebih mudah penyelenggaraannya. Kenapa. Karena Asian Games itu diselenggarakan semua dibawah pimpinan dari induk organisasi cabang olahraga tersebut atau dikatakan dibawah Pengurus Besar dari Cabor. Tetapi untuk Asian Paragames ini banyak cabang olahraga yang tidak punya PB cabor tersebut sehingga semua diambil alih oleh petinggi NPC (National Paralympic Committee). Nah, sedangkan NPC sendiri minim selengarakan multi event , Kekuatiran ini juga ada dari pihak Kemenpora,
Kenapa Asian Paragames lebih sulit padahal hanya 18 cabang olahraga yang dipertandingkan? Karena Paragames itu tingkat kesulitan lebih tinggi karena setiap venues maupun Akomodasi dan lain lainya harus dipikirkan akses untuk kaum disabilitas. Bisa dibayangkan Wisma Atlet Kemayoran yang digunakan untuk Asian Games tidak mutlak bisa digunakan untuk Asian Paragames. Maka dibuatlah banyak perubahan seperti ukuran kamar dan pintu2nya begitu pula Liftnya. Belum lagi fasilitas toilet baik di Wisma Atlet juga di setiap venues. Mayoritas venues di Jakarta tidak memiliki fasilitas tersebut sehingga harus dibenahi. Disini yang bertanggung jawab adalah Pemda DKI Jakarta, yang kita kenal jika gunakan dana APBD maka cukup ribet. Ini akan berdampak dengan fasilitas di Kelapa Gading.
Ada satu kejadian yang cukup membuat diri AFR tersinggung akibat ulahnya CM WT. Setelah terbentuk panpel maka untuk memudahkan komunikasi antar panpel maka digunakan grup WA Panpel WT. Setelah Kabid Pertandingan PP Pelti sudah diberitahukan resmi ke Inapgoc maka dibuatlah rapat. Yang pertama dan kedua rapat AFR masih ada didalamnya. Tetapi menjelang awal bulan September 2018 dimana sebelumnya AFR diminta duduk sebagai moderator NTO Course, tetapi menjelang awal September 2018 tidak ada konfirmasi ulang. Kecurigaanpun muncul, kemudian AFR cek balik proposal NTO Course yang baru dan ternyata nama AFR tidak ada didalamnya. AFRpun diamkan saja, karena yang butuh mereka bukan AFR. Maka saat NTO Course dibuka AFR tidak hadir karena tidak ada pemberitahuannya.
Komunikasi dengan Ketua Panpel WT yang juga Kabid Pertandingan PP Pelti masih berjalan terus dimana AFR suka berikan solusi masalah yang akan datang di WT. Bulan Agustus sempat nama AFR dikeluarkan dalam grup WA Panpel WT. Dan di coba tanyakan ke ketua Panpel masalah ini. Dia saja tidak percaya. Kemudian nama AFR dimasukkan lagi Tetapi 15 September 2018 nama AFR di keluarkan di grup WA Panpel WT dan tidak ada pemberitahuan langsung kepada AFR. Wah, ini namanya kurang ajar . Tetapi AFR diamkan saja karena lebih memikirkan kelancaran Asian Paragames 2018 yang mulai 6-13 Oktober 2018.
Oleh Ketua Panpel masalah ini disampaikan sebaiknya AFR bicara langsung dengan Direktur Sport karena dia punya program lain. Dan AFR pun tidak mau cari kabar langsung ke Direktur Sport, ini karena emosi sesaat saja.
Tetapi pergerakan kegiatan APG tetap AFR monitor karena nama AFR masih ada di Grup WA CM ACM APG. Jadi tidak ketinggalan informasi. Ada undangan rapat di Jakarta menjelang akhir September 2018 untuk CM ACM tetapi nama AFR tidak ada maka AFR pun bersikeras tidak mau hadir.
Maka dalam pikiran AFR kalau mulai 1 Oktober 2018 posisi di APG selesai, artinya kontrak di APG selesai sudah, Muncul pikiran ini karena jauh jauh hari sebelumnya oleh Direktur Sport disampaikan kalau sejak 1 Oktober 2018 semua anggota di Divisi Sport baik itu staff maupun member akan dimasukkan kedalam Panpel dari setiap cabor. Maka ada beberapa rekan yang sudah tercantum di Panpel Cabor kecuali AFR sendiri.
Untuk menenangkan diri AFRpun tidak muncul ke kantor Divisi Sport di Gedung TVRI. Kemudian AFR melihat agenda Reuni FK Univ Airlangga angkatan 1965 tanggal 6-8 Oktober 2018 di Banyuwangi. Maka AFR pun berencana setelah putus kerja di APG maka bisa jalan jalan ke Banyuwangi.
Tepatnya 29 September 2019 AFR coba ke kantor Divisi Sport, ternyata kosong. Langsung komunikasikan dengan rekan lainnya dapat jawaban kalau ada dihotel Crowne semua. Memang AFR tahu ada acara rapat CM dan ACM dan seluruh Panpel cabor dihotel tersebut tetapi dalam daftar undangan nama AFR tidak ada sehingga biarkan saja. AFR pun langsung ke Hotel Crowne tersebut.
Ketika masuk dalam ruang rapat yang belum mulai, tiba tiba nama AFR dipanggil oleh Direktur Sport dengan microphone. Maka AFR lansgung menghadap , Dalam pembicaraan tersebut disampaikan kalau AFR tidak masuk dalam Panpel WT sesuai kemauannya. Alasannya karena dianggap AFR tidak bisa kerjasama dengan CM/ACM WT. Tetapi AFR ditempatkan tetap dalam Divisi Sport. Dari seluruh anggota member dan staff di Divisi Sport cuma nama AFR masih bertahan karena semuanya disebar di Panpel 18 cabor.. Bagi AFR hanya ucapan terima kasih di sampaikan karena masih dipercaya
Kemudian ditugaskan agar monitor pertandingan dari setiap cabor dimana saat atlet tuan rumah bettanding penentuan untuk diberitahukan ke petinggi petinggi Inapgoc agar bisa hadir. Begitu juga saat final penentuan medali emas dimana ada atlet tuan rumah berlaga agar diberitahukan. Akhirnya AFR diminta langsung malam ini menginap dihotel tersebut sampai tanggal 14 Oktober 2018. Bahkan seluruh Panpel 18 cabor juga diminta langsung tidak pulang karena disediakan hotel sebagai tempat akomodasi sampai 14 Oktober 2018, Ini ciri khas Panpel APG ini akibat kejar waktu pelaksanaan yang sangat dekat. Maklum saja karena persiapan sangat dekat waktunya.
Tidak disangka sangka bisa ketemu teman kuliah di FK Unair yaitu dr. Tanya Rotikan -Hage yang ikut tim Doping Inapgoc
.......bersambung..
Tidak disangka sangka bisa ketemu teman kuliah di FK Unair yaitu dr. Tanya Rotikan -Hage yang ikut tim Doping Inapgoc
.......bersambung..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar