Jakarta, 28 Oktober 2018. Setelah memasuki April 2018, ternyata AFR masih dimasukkan dalam INAPGOC. Keberadaan Direktur Sport yang baru bergabung kemudian memberi tahu kalau posisi AFR diangkat sebagai member bukan staf ataupun ACM sebelumnya. Disini disebut sebagai sport expert. Istilah ini sebenarnya tidak ada dalam kepanitiaan multi event selama ini AFR alami. Seperti di SEA Games 2011 maupun Asian Games XVIII ini.
Timbullah pertanyaan dalam diri . Kenapa masih dipertahankan kalau sudah tidak dibutuhkan. Tetapi AFR hanya melihat kalau rekan rekan di Inapgoc masih menghormati sebagai yang paling senior sehingga diberi julukan sport expert.
Bahkan dalam setiap kesempatan pertemuan dengan anggota di Divisi Sport , AFR disanjung sebagai tauladan karena prestasinya. " Coba search di google. Lihat nama AFR siapa dia" ujarnya untuk meyakinkan. Wow, suatu penghormatan telah diberikan kepada AFR.
Bahkan dalam setiap kesempatan pertemuan dengan anggota di Divisi Sport , AFR disanjung sebagai tauladan karena prestasinya. " Coba search di google. Lihat nama AFR siapa dia" ujarnya untuk meyakinkan. Wow, suatu penghormatan telah diberikan kepada AFR.
Tugasnyapun diberikan yaitu memuluskan agar sukses prestasi juga bisa terealiser. Bagaimana caranya ? Kemudian untuk melancarkan pekerjaan sebagai sport expert maka diperbantukan tenaga staf baru. Disebutkan cari tahu target medali emas yang diberikan oleh NPC dan komunikasikan dengan pelatih2 nya agar tahu peak performance atlet2 tersebut sehingga bisa disesuaikan dengan jadwal pertandingan di saat Asian Paragames 2018. Tugas yang membanggakan juga. Waduh, ini pekerjaan baru bagi AFR untuk mengenal 18 cabang olahraga yang dipertandingkan yaitu Atletik, Boccia (olahraga baru yang belum di kenal), Lawn Bowl (juga belum kenal), Ten Pin Bowling, Parashooting, Power lifthting, Table Tennis, Wheelchair Basket, Wheelchair Fencing, Chess, Judo, Renang, Wheelchair Badminton, Panahan, Goalball (belum di kenal), Para Cycling, Sitting voleyball dan Wheelchair Tennis,
Tugas pertama langsung buat program ke Solo ,melihat dan bertemu kenal dengan pelatih pelatih disana yang lakukan pemusatan Latihan Nasional. Maka kesempatan bertambah teman baru pula karena selama di Solo justru mendapatkan sambutan dari rekan rekan pelatih maupun atlet2nya. Yang jadi surprise adalah banyak atlet2nya yang sudah kenal sama AFR sehingga rekan yang mendampingi kaget juga dan menambah respek saja.. Ternyata mereka ini adalah atlet2 tenis kursi roda awalnya kemudian pindah kecabor lainnya. Bahkan ada yang dari Wheelchair Basket ball menyambut AFR dan sampaikan kalau dulu pernah ikuti coaching clinic tenis kursi roda . Ada yang ke Lawn Ball yang ternyata berhasil bawa medali emas di Asian Paragames. Begitu juga ada di Table Tennis dan Para Badminton.
Apakah upaya untuk mendepak saya dari Inapgoc sudah berhenti. Ternyata masih belum berhenti tetapi belum menyerah saja. Alias masih jedah saja.
Sewaktu setiap cabor diminta buatkan NTO Course, AFR diminta oleh rekan CM Wheelchair Tennis sebagai moderatir acara NTO Course tersebut dan AFR setujui juga dengan catatan minta ijin ke Direktur Sport Inapgoc, Waktu itu dibulan Juli 2018.
Sewaktu di cek proposal yang dbuatnya ada yang aneh. Yaitu dari 30 nama peserta NTO Course tersebut ternyata hanya 10 wasit bersertifikat nasional dan internasional yang dimiliki Indonesia. Dalam suatu kesempatan rapat divisi sport bersama CM dan ACM AFR sempat menegur CM Wheelchair Tennis masalah NTO Course. AFR katakan biasanya NTO course untuk tenis itu pesertanya adalah benar2 wasit bersertifikat, karena dari daftar nama tsb terdapat pelatih tim tenis kursi roda yang dipersiapkan untuk Asian Paragames 2018. Yang 10 wasit AFR kenal dan tahu betul siapa mereka sedangkan yang 20 lainnya tidak jelas. Tetapi jawaban yang diterima adalah " Ini kan hanya hura hura. Cabang olahraga lainnya juga begitu." Ini sebenarnya yang membuat AFR sedikit tersingung. Uang negara ini untuk hura hura. Statement tersebut dikemukakan didepan AFR dan ACM lainnya dari PP Pelti..
Suatu saat awal Agustus 2018 dalam rapat khusus Divisi sport bersama Direktur Sport dan staf dan member lainya, oleh Direktur sport sempat kecewa dengan kinerja CM dan ACM. Dikatakan ada sekitar 3 cabor yang dia kecewa salah satunya adalah Wheelchair Tennis. Langsung saat itu AFR kemukakan masalah Whelchaor Tennis (WT) . Tentang peserta NTO Course itu salah besar. Tetapi oleh Direktur Sporta karena sudah pusing dengan permasalahan CM ACM maka hanya katakan.
" Coba Om berikan solusinya.". Disni diungkapkan juga akan mencari Ketua Panpel baru untuk beberapa cabor tersebut karena ternyata tidak bisa berkomunikasi bahasa Inggris.
.
Langsung sepulang rapat malam itu, AFR keluar kantor Inapgoc di Gedung TVRI berhenti didepan Kantor TVRI karena pulang setir mobil sendiri. Langsung telpon rekan ACM yang dari Komite Tenis Kursi Roda PP Pelti. Kesempatan marahin dianya. " Jangan sekali kali kamu lecehkan Pelti, itu saya marah. ". Kemudian banyak lagi hal hal yang saya sampaikan walaupun dia mau membela diri karena ulah CM WT tersebut . Tetapi akhirnya dia menyerah dan katakan apa yang harus dia lakukan. Langsung AFR katakan agar lapor ke Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti minta daftar nama peserta NTO Course ditentukan oleh PP Pelti
Setelah itu kurang lebih 30 menit kemudian Ketua Bidang Pertandingan telpon AFR minta penjelasan masalah NTO Course tersebut. Langsung katakan segera ambil alih saja karena itu wewenang Pelti.
Beberapa hari kemudian ditilpon lagi oleh Ketua Bidang Pertandingan PP Pelti. Dia blang ini didepannya ada CM WT minta dia sebagai Ketua Panpel. Tolong dia dibantu karena dia mau bicara sama AFR. Langsung telpon diberikan kepada CM WT tersebut. " Saya minta bantuan Bapak untuk duduk dalam Panpel WT sebagai Kabid Sport Presentation. Tolong juga dicarikan orang isi 2 posisi dibawah saya."
Langsung saya sampaikan kalau saya bersedia. Begitu juga setelah itu dalam komunikasi dengan Kabid Pertandingan PP Pelti , dia minta bantu dia karena dia tidak tahu menahu masalah WT tersebut. Jadi ada jaminan dari AFR kalau akan didukung sepenuhnya.
Langsung saya sampaikan kalau saya bersedia. Begitu juga setelah itu dalam komunikasi dengan Kabid Pertandingan PP Pelti , dia minta bantu dia karena dia tidak tahu menahu masalah WT tersebut. Jadi ada jaminan dari AFR kalau akan didukung sepenuhnya.
Yang lucunya kurang lebih 30 menit kemudian AFR terima telpon dari CM WT tersebut. Dia bilang sebenarnya dia butuh tenaga yang bisa berbahasa Inggris untuk duduk sebagai wakil Kabid Umum. Dan lucunya dia minta AFR duduk sebagai Kabid Transportasi . Langsung AFR bilang sangat tidak etis sekali didepan Kabid Pertandingan PP Pelti Anda tawarkan posisi Kabid Sport Presentation. Sekarang harus dibawah Kabid Umum yang ternyata itu anaknya sendiri. Langsung tawaran itu ditolak dan kembalikan ke Kabid Pertandingan PP Pelti. Padahal sebelum itu langsung AFR cari 2 nama orang yang mau duduk dalam posisi dibawah Kabid Sport Presentation. Maka dapat 2 nama. Langsung dikirimkan fotocopy KTP yang bersangkutan. Bahkan yang satu sudah dimintakan Nomor Rekening Bank Mandiri padahal dia tidak punya tetapi AFR paksakan untuk dibuatkannya dan berhasil.
Setelah itu diadakan rapat pertama oleh Ketua Panpel berasal dari PP Pelti yaitu Ketua Bidang Pertandingan, yang baru terbentuk. Dalam rapat pertama itu hadir juga Direktur Sport. Maka terungkapkan pula ketidak senangan CM WT dan minta jika ada permasalahan dengan dia diberitahu dulu. AFRjadi bingung. Mungkin persoalan yang dimaksud ketika saya menegur ACM yang dari PP Pelti.
Setelah rapat selesai, sempat bertemu dengan rekan rekan dari PP Pelti, ada wakil kabid Pertandingan bersama kabid Pertandingan. Kemudian ada dari Litbang dan Wakil Ketua Umum PP Pelti. Langsung saya tegur. " Ini PP Pelti buat blunder. Kenapa buatsurat rekomendasi CM dan ACM orang yang tidak tahu bahasa Inggris."
Kaget juga mereka ini. Akhirnya diberi jawaban kalau dia itu yang tanda tangan berdasarkan rekomendasi dari Komite Tenis Kursi Roda, Benar juga, tapi AFR langsung katakan kalau komite nya itu bego, kagak ngerti apa apa. Langsung diam.
Kemudian terjadilah intrik2 kepada Panpel yang ingin dimasukkan nama nama rekan angota PP Pelti yang juga pernah duduk di Panpel Tenis Asian Games 2018. Akibatnya Ketua Panpel minta AFR gantikan dia sebagai Ketua Panpel tetapi AFR tolak karena kita harus menghormati PP Pelti yang harus berperan. Bahkan dikirimkannya WA kepada Direktur Sport minta AFR sebagai pengganti dianya dan dia duduk ditempat AFR sebagai Kabid saja. Tetapi idea ini AFR tolak mentah mentah dan AFR katakan tetap mendukungnya jika ada masalah. Kejujuran dari Kabid Pertandingan PP Pelti tersebut AFR apresiasikan sekali. Dia juga dibuat pusing dengan rongrongan dari rekannya sendiri di Pelti.( Foto Diatas. Direktur Sport bersama AFR)
Kaget juga mereka ini. Akhirnya diberi jawaban kalau dia itu yang tanda tangan berdasarkan rekomendasi dari Komite Tenis Kursi Roda, Benar juga, tapi AFR langsung katakan kalau komite nya itu bego, kagak ngerti apa apa. Langsung diam.
Kemudian terjadilah intrik2 kepada Panpel yang ingin dimasukkan nama nama rekan angota PP Pelti yang juga pernah duduk di Panpel Tenis Asian Games 2018. Akibatnya Ketua Panpel minta AFR gantikan dia sebagai Ketua Panpel tetapi AFR tolak karena kita harus menghormati PP Pelti yang harus berperan. Bahkan dikirimkannya WA kepada Direktur Sport minta AFR sebagai pengganti dianya dan dia duduk ditempat AFR sebagai Kabid saja. Tetapi idea ini AFR tolak mentah mentah dan AFR katakan tetap mendukungnya jika ada masalah. Kejujuran dari Kabid Pertandingan PP Pelti tersebut AFR apresiasikan sekali. Dia juga dibuat pusing dengan rongrongan dari rekannya sendiri di Pelti.( Foto Diatas. Direktur Sport bersama AFR)
...................................bersambung ............
Tidak ada komentar:
Posting Komentar