Jakarta, 31 Oktober 2018. Berakhirnya Asian Paragames 2018 , ternyata membawa cerita baru lagi di Wheelchair Tennis (WT). Rongrongan terhadap Panpel WT ternyata belum berakhir. Ini akibat ketidak puasannya salah satu anggota pengurus induk organisasi yang tidak dilibatkan dalam kepanitiaannya. Perjalanan kepanitiaan WT tetap bisa dimonitor akibat dari ketidak puasan datang dari anggota pengurus induk organisasi tersebut. Bahkan dimajukan masalah kebersamaan tetapi tidak membuat goyah Ketua Panpel terhadap rongrongan tersebut. Ini gejala kurang sehatnya kerjasama antar pengurus.
Karena kenal dengan Technical Delegate asal Jepang yang juga ikut bertugas di Asian Games 2018 di Palembang sebagai asisten Referee, membuat terbuka peluang memberikan masukan yang keliru sehingga membuat TD tersebut penasaran. Sehingga TD mencari tahu kenapa sampai terjadi demikian. Akibatnya TD berusaha mencari jawaban dengan menghubungi Ketua Panpel maupun Direktur Sport Inapgoc.
Masalah informasi yang membuat TD penasaran adalah masalah jumlah honor yang diterima oleh ITO dan NTO. Hal ini kelihatan membuat panpel WT sedikit goyah penasaran keikut campuran pihak luar sehingga memberikan kesan negatip terhadap Panpel WT sendiri. Hal yang biasa kalau standard honor ITO dan NTO itu harus berbeda. Honor ITO itu USD 100.00 perhari sedangkan NTO itu USD 80.00 perhari, seperti juga di Asian Games 2018 karena ini standard dari Pemerintah. Khusus NTO diberikan dalam bentuk Rupiah ( Rp 1 juta) yang ditransfer langsung ke rekening dari NTO tersebut..
Akhirnya kepenasarannya TD terjawab setelah ikut campurnya Direktur Sport.
Memang kurang etis sekali pihak luar memberikan informasi yang salah kepada panpel yang lebih berwenang. Ini semua akibat kurang harmonisnya hubungan kerjasama antar pengurus induk organisasi yang terus menerus tidak henti hentinya. Kapan bia kerjasama yang baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar