Solo, 29 April 2013. Keberadaan saya dalam setiap turnamen didaerah maupun Jakarta selalu bertemu dengan masyarakat tenis yang menurut saya korban tenis . Ini bentuk banyolan saya katakan kepada mereka jika sedang berkumpul lagi ngerumpi. Sudah dua kali ditahun 2013 di Solo saya berhadapan dengan masyarakat tenis baik itu orangtua maupun pelatih yang datang dari daerah Jawa Tengah maupun Jwa Timur. Saat ini saya sedang libatkan diri dalam pelaksanaan Turnamen RemajaTenis Solo-3 di lapangan tenis Manahan. Ada pertanyaan mengenai kegiatan PB Pelti saat ini, belum lagi masalah keterkejutannya mereka atas pembatalan turnamen internasional Pro-Circuit. Belum lagi masalah kalender TDP yang diterima mereka. Saya ikut sedih kalau bicara masalah seperti ini. Tetapi begitulah yang terjadi. Bahkan lebih kaget lagi sewaktu ada yang bertanya masalah ketidak samaan sesama turnamen 3 hari dalam hal kategori, dimana dikorbankannya RemajaTenis jadi kategori J-9 dari Januari sampai Desember 2013. Padahal Pelti belum pernah keluarkan SK tentang kategori sampai J-9. Kalau dilihat timbul kesan betapa amburadulnya kinerja PB Pelti saat ini khususnya bidang pertandingan. Memang saya akui pendapat mereka tentang amburadulnya bidang pertandingan. Bagaimana tidak muncul kesan betapa gobloknya yang mengatur turnamen diakui Pelti ini. Dan ini diungkapkan langsung kepada saya. Bisa dibayangkan SK RemajaTenis bulan April itu jelas Kategorinya J-8 tapi dikalender tercantum J-9. Belum lagi disebutkan untuk turnamen Piala Apkomindo di Ambarawa dikalender tidak ada kategorinya sedangkan SK yang diterbitkan disebutkan masalah kategori adalah akan ditentukan kemudian. Ini baru aneh bin ajaib. Saya sendiri akui belum pernah kejadian seperti ini dimasa kepengurusan yang lalu dimana dimata mereka gagal, sehingga ada keinginan memperbaiki yang ternyata terbalik keadannya, makin amburadul. Saya sendiri tidak tahu apakah sadar atas perbuatannya itu yang dimata masyarakat tenis lebih memalukan.
"Tidak mungkin turnamen 3 hari itu bisa mempertandingkan tunggal dan ganda." ujar salah satu pelatih kondang di JawaTegah. Karena sangat mengerti masalah pertandingan yang disesuaikan dengan ketentuan baik nasional maupun internasional. Semua pihak yang mendengar pembicaraan saat itu mengakui kalau itu suatu kesalahan besar kalau diijinkan oleh PB Pelti. Timbul kesan kalau bidang yang ngatur tidak tahu aturannya. Kalau benar dugaan ini maka sangat aneh sekali bisa terjadi begitu. "Kasian dong Ketua Umumnya yang jelas jelas tidak tahu ketentuan tenis." ujar salah satu pelatih. "Pak Ferry, siapakah yang menentukan kategori TDP itu.? ujar salah satu pelatih tenis. Merekapun bertanya prosedur sampai keluarnya SK PB Pelti tentang TDP Disini saya ungkapkan sewaktu dulu caranya adalah , masuknya Formulir pendaftaran TDP diterima sekretariat PB Pelti kemudian didisposisikan ke Ketua Bidang Pertandingan untuk mendapatkan persetujuannya. Baru setelah itu ke Ketua Umum dan ditandatangani setelah ada approval dari Ketua Bidang Pertandingan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar