Jakarta, 14 Januari 2012. Saya paling sering terima masukan dari masyarakat tenis yang datang dari berbagai kota. Keluhan itu terhadap kejadian kejadian disekitar turnamen maupun kebijakan Pelti yang kurang mengena dihati mereka.
Tapi yang terbanyak adalah mengenai kejadian kejadian diturnamen. Baik yang mengenai kasus dugaan catut umur sampai yang terakhir ada informasi KTA Pelti yang diperlihatkan itu diragukan keasliannya. Tapi karena saya tidak berada diturnamen tersebut maka saya tidak bisa berbuat apa apa.
Sewaktu turnamen di Bandung diakhir tahun 2011, ada SMS masuk mengenai salah satu atlet putri asal dari Kudus (RF) yang dari postur tubuhnya tidak bisa dipercaya kalau masih masuk KU 10 tahun. Mulai dari pengakuan asal usulnya berbeda beda katanya.
Kali ini diawal tahun di Magelang saya masih menerima sms dari masyarakat tenis di Jawa Tengah. Masalah KTA Pelti dari 2 atlit yang pernah kena skorsing dari PP Pelti karena terbukti catut umur.
Ternyata atlet tersebut sudah dibuatkan KTA Pelti dimana saat itu belum ketahuan catut umur. Setelah ketahuan, PP Pelti lupa menarik KTA tersebut untuk diganti dengan KTA baru. Dikatakan pula orangtua atlit tersebut menunjukan KTA baru dengan tahun yang diperbaiki tetapi warna KTA tersebut agak berbeda, seperti sudah luntur. Timbul tanda tanya lagi, tapi karena saya tidak melihat bentuk nyatanya maka saya tidak bisa berkomentar.
Kemudian ada lagi masukan terhadap atlet yang sama asal Kudus, dilaporkan yang bersangkutan sampai tidak tahan akhirnya mengundurkan diri, karena kuatir ketahuan, Tapi kalau memang sudah bertanding dan bisa dibuktikan kasus catut umur maka bisa saja kena sangsi seperti tahun 2011 lalu.
Apakah masih ada lagi kasus seperti ini ditahun 2012 ? Sayang ya kalau sampai masih ada. Memang saya katakan walaupun sudah ada KTA tetapi dalam perjalannnya terbuti aktenya palsu maka sangsi tetap akan kena.
Oh ya, sewaktu saya ke Magelang bertemu dengan atlit DKI yang KTAnya sengaja saya simpan tidak dipublikasikan karena sewaktu keluar KTA nya dengan akte yang benar tetapi kemudian sewaktu mau ikut turnamen di Magelang dia menggunakan fotocopy akte baru alias pemutihan dimana dia mau main di KU 16 athun. Karena dia tidak tercatat ada KTA (padahal saya simpan) maka dia harus isi formulir KTA yang saya bawa. Langsung saya katakan kalau kami punya juga fotocopy akte berbeda. "Mana yang betul" tanya saya kepadanya. Diapun mencoba kalau dia itu tidak pernah punya akte yang saya maksud. Karena saya kasihan juga ini anak, maka saya hanya katakan kepadanya sebaiknya ikut KU 18 tahun saja karena umurnya sudah lewat. Kalau tidak tapi main di KU 16 tahun yang sebenarnya dia tidak berhak, maka akan kena hukuman. "Pilih mana?"
Akhirnya dia takut juga dan karena sudah datang jauh jauh dari Jakarta ke Magelang kemudian tidak main maka dia sms saya kalau main di KU 18 tahun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar