Jakarta, 9 Januari 2012. Hari Senin 8 januari 2011 saya terima SMS dari rekan di Bandung. Isinya cukup mengkagetkan karena diluar dugaan. Intinya adalah melarang saya selenggarakan satu penataran pelatih yang sudah 2 tahun saya selenggarakan di Jakarta.
Ini baru kejutan karena tidak sesuai dengan keinginan semua pihak. Tapi karena ini wewenang dari salah satu badan di PP Pelti maka saya bisa terimanya.
Banyak pihak merasa cara itu tidak benar karena selama ini badan yang dipimpinnya itu tidak lakukan kegiatan penataran pelatih tersebut sedangkan saya setiap tahun sudah selenggarakan penataran tersebut. Pernah juga dua tahu lalu saya melihat mereka lakukan penataran di Jakarta dengan mendapatkan sponsor tetapi yang mengikutinya tidak banyak bahkan setengah dari apa yag saya kerjakan dimana saya bisa menolak pendaftar yang terlambat mendaftar. Bisa dibayangkan bisa menolak pesertanya.
Tapi yang hebatnya setelah saya balas SMS tesebut dengan menyampaikan kalau sudah saya promosikan dan sudah ada yang mendaftar, maka dijawabnya tidak boleh. Kemudian lebih gila lagi saya terima telpon dimana ada ancaman kepada saya kalau tetap saya laksanakan. Tetapi karena saya ingat ini tahun akhir dari kepengurusan PP Pelti (tepatnya Nopember 2012) maka saya ikuti saja apa keinginan Ketua Umum PP Pelti agar kita tidak ribut ribut. Jadi lebih baik mengalah saja.
Ada beberapa alasan yang diberikan kepada saya dalam percakapan telpon disebutkan saya tidak pernah buat surat permintaan selama ini kalau mau buat penataran tersbut. Waduh, ini kesalahan besar kalau betul saya tidak pernah buat surat. Karena selama inis aya tetap melalui prosedur resmi, mengajukan permintaan penataran tersebut dan bahkan dijawab dengan sebutkan nama Tutornya. Apa perlu dibantah, saya kira tidak perlu.
Tetapi kalau saya ingat ancaman tersebut hati saya panas juga karena saya tahu banyak kelemahan atau kecurangan dia selama ini. "Biarkan sajalah."
Saya teringat lagi sewaktu malam apresiasi tenis Indonesia , sempat ketemu dan dia diserang oleh rekan saya yang mengatakan seharusnya dia itu berterima kasih karena saya buat tanpa minta uang sepeserpun dari dia. Kenapa saya diwajibkan harus bayar yang besarnya cukup lumayan yaitu Rp. 3 juta. Dengan alasan beaya fotocopy satu buku terjemahan seharga Rp. 100 ribu. Saya berpikir dia yangbikin fotocopynya dan saya terima beres, ternyata terbalik dimana saya yang gandakan materi tersebut dan saya harus bayar lagi. Ini memang edan. Tapi bergitulah kalau bepikiran selaku PENGUASA...
Ada sedikit atau banyak hardfeeling kepada saya karena saya menungak bayarRp 3 juta kepada nya selama beberapa bulan. Setelah SEA Games baru saya lunasin karena ternyata dia tidak mau keluarkan seritifikat bagi yang lulus karena saya menunggak. Ha ha ha....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar