Pontianak,12 Juni 2010 Berada di Pontianak yang sudah saya kenal sejak tahun 1974 termasuk tenis dengan masyarakat Pontianak, saya berinisiatip hari ini untuk berdialog dengan pelatih pelatih yang berada di Kalimantan Barat, khususnya Pontianak. Banyak masukan saya terima baik dari masyarakat tenis Kalbar maupun luar Kalbar yang pernah berkunjung ke Pontianak. Masukan ini membuat saya cukup prihatin, karena belum muncul bibit bibit baru dari Kalimantan Barat. Apakah tidak ada petenis Kalbar yang bisa dibanggakan selama ini? Inilah masalahnya, karena sewaktu PON yang lalu saya lihatKalbar justru menggunakan atlet luar Kalbar.
Masukan yang saya terima membuat saya prihatin, baik bagi petenis maupun orangtua maupun pelatih yang membimbingnya. Jikalau mau bertanding baik itu persahabatan, selalu muncul pertanyaan menanyakan haknya dulu seperti minta sepatu, kaos dll.
Saya setuju saja kalau itu haknya dimintakan tetapi kita harus bisa melihat atlet tersebut, sampai dimana prestasinya dulu. Kalau masih dimasukan sebagai kelompok junior maka saya sangat sayangkan sekali. Sudah sampai manakah prestasi atlet yunior Kalbar selama ini? Belum lagi masalah pelatihnya di Kalbar. Untuk itu saya berinisiatip mau mendengar keluhan keluhan yang datangnya dari pelatih pelatih ini.
Maka sayapun undang melalui SMS agar malam hari bisa berkumpul sambail makan malam bersama disalah satu restoran. Tetapi dari 10 SMS yang saya kirim hanay 2 yang memberikan respons. Akibatnya saya anggap tidak jadi saja. Tepat jam 17.00 sayapun melihat kelapangan, dan bertemu dengan pelatih pelatih. "Jadi nggak pertemuannya?" Langsung saya katakan tadi dikirimkan SMS tapi tidak ada tanggaan, tetapi akhirnya merekapun bersedia bertemu dilapangan saja.
Karena tidak melibatkan anggota pengurus Pelti Kalbar maka keluarlah semua keluhan keluhan disampaikan kepada saya. Mulai dari ketidak senangannya sampai masalah masalah lainnya. Sayapun sampaikan kalau kita ingin memajukan tenis yang tentunya akan menjadikan lahan pemasukan kehidupan sehari hari sehingga sebaiknya semua pihak berpikiran positip. Andaikan pelatih ini merupakan profesi sehari hari yang bukanlah sebagai sambilan, maka seharusnya berfokus kepada memajukan tenis. Pelti akan mendukung meinginan masing masing pihak yang akan memajukan tenis diwilayah masing masing. Jikalau terjadi friksi friksi ini merupakan masalah komunikasi saja. Dan semua pihak akan bisa menerimanya. Sayapun menyampaikan kalau saya selenggarakan kegiatan turnamen mulai dari Persami, saya tidak mau bergantung kepada orang lain.
Hal seperti ini bukan saja terjadi di Kalbar tetapi hampir seluruh daerah tyerjadi hal yang sama. Keluhan atas kinerja Pelti setempat merupakan sudah bukan barang asing bagi saya.
Sayapun menyampaikan kalau saya selalu berbicara solusi maka semua kendala akan bisa teratasi.
Sayapun meminta bantuan pelati pelatih ikut membantu menjelaskan ataupun mengajarkan kepada siswanya agar bisa mandiri. Tidak lupa sampaikan kalau selama berlatih putra dan putrinya sudah merupakan tanggung jawab orang tua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar