Jakarta, 29 Oktober 2009. Teringat akan "MINI TENNIS IS THE BEST WAY FOR CHILDREN TO LEARN TENNIS. IT IS ESSENTIAL FOR CHILDREN UP TO THE AGE OF 10 YEARS TO LEARN THE PHYSICAL SKILLS OF RUNNING, JUMPING, BALANCE, CO-ORDINATION, THROWING AND CATCHING AS WELL AS BASIC TENNIS SKILLS IF THEY ARE TO REACH THEIR FULL SPORTING POTENTIAL." saya harus persiapkan juga salah satu kegiatan membantu rekan Hudani Fajri yaitu Kejuaraan Mini Tenis yang awalnya direncanakan tanggal 30 Okt - 1 Nopember 2009 di halaman Kantor Menegpora, Jakarta.Kemudian diubah menjadi 31 Okt-1 Nop 2009 ditempat yang sama.
Tetapi surat pemberitahuan yang dikirimkan kedaerah daerah tidak mendapatkan respons , hanya respons datangnya dari sekolah sekolah tenis yang berminat, yaitu sekolah FIKS Bandung, KTC Jakarta dan beberapa sekolah tenis di Jakarta. Ini membuat masalah karena rencananya pertandingan beregu antar sekolah tenis. Melihat hasilnya kurang memuaskan sekali maka format dirubah menjadi kejuaraan perorangan dan wajtunya cukup 2 hari saja. Langsung kirim SMS lebih cepat dibandingkan komukiasi dengan surat. Ternyata SMS ini membuahkan hasil yaitu mulailah berdatangan pendaftaran dari Bandung, Cirebon,Padang, Bogor dan Jakarta.
Melihat panduan dari ITF, persoalan belajar tenis termudah sebenarnya melalui mini tenis kemudian dikembangkan menjadi Play and Stay. Tetapi kenapa program Mini Tenis ini yang sudah diperkenalkan di Indonesia saat ini kurang mendapatkan respon. Ya, menurut saya sebenarnya tergantung kepada pelaku pelaku tenis di organisasi maupun dilapangan. Menurut pendapat saya, terlalu besar keinginan belajar tenis langsung ke tenis alias instan, tanpa melalui proses dari bawah maksudnya tidak melalui mini tenis kemudian Play and Stay. Mereka lupa kalau main tenis itu butuh waktu lama butuh proses yang panjang. Yang terjadi sekarang, makin berkurangnya peminat main tenis dikalangan remaja atau anak2. Ini yang harus dipecahkan. Sedangkan bentuk permainan diluar tenis sangat banyak yang menggiurkan dibandingkan tenis sendiri.
Menyadari hal ini oleh ITF diberikan bimbingan berdasarkan penelitian mereka. Sehingga dibuatkan konsep mini tenis kemudian Play and Stay , begitu juga turnamennya tidak disamakan dengan turnamen dewasa. Ada perubahan bentuk lapangan, bola dan raket. Unsur enjoy merupakan salah satu unsur penting yang ditonjolkan sehingga anak2 tidak cepat bosan. Pengamatan saya sendiri didalam pertandingan KU 10 tahun ataupun dibawahnya, tidak ada reli reli panjang didalamnya. Satu dua kali pukulan sudah selesai. Ini bukan harapan anak anak sebenarnya. Ini harapan pelatih ataupun orangtua yang berkeingian untuk menang diutamakan. Ini keliru besar menurut saya. Karena anak anak belum menikmati permainannya sudah selesai. Saya sendiri melihat video permainan anak2 dibawah usia 10 tahun dengan menggunakan format lapangan, raket dan bola yang dimodifikasi, terlihat reli reli panjang dilakukan anak anak. Ini salah satu contoh. Karena dengan adanya relireli panjang akan akan terlatih sudah koordinasi, footwork, konsistensi dan lain lainya tanpa perlu diajarkan , cukup dilaksanakan langsung dilapangan.
Sekarang kembali kepada kita pelaku pelaku olahraga tenis, maukah berbuat lebih baik dengan mempopulerkan mini tenis yang sekaligus tenis secara utuh kepada masyarakat tenis ?
Melihat kondisi seperti ini sayapun harus bisa mencoba bukan hanya menghimbau. Sayapun akan mulai mencoba berbuat daripada hanya mengeritik saja. Saya langsung teringat rencana selenggarakan RemajaTenis di Cirebon pada tanggal 18-20 Desember 2009. Diakhir acara bersamaan dengan babak finalnya, akan saya buat konsep permainan mini tenis. Syaratnya akan mengundang anak anak disekolah sekolah SD di Cirebon yang belum mengenal tenis secara seutuhnya. Mudah mudahan rencana ini bisa direstui semua pihak.
1 komentar:
Posting Komentar