Jakarta, 8 Oktober 2009. Dalam dua hari ini berita duka yang saya terima dari rekan rekan. Kemarin pagi terima telpon dari Bunge Nahor menyampaikan kalau salah satu rekan HB Umboh yang biasa dipanggil Alo yang juga pelatih tenis meninggal di RSPP Jakarta. Sedangkan yang satu lagi datang dari Yustejo Tarik yang memberitahukan kalau Tante Corry Kaligis-Waworuntu (Ibu dari Lany Kaligis Lumanau) meninggal di Bandung karena usia sudah tua.
Saya coba hubungi Lany Lumanau dan saudara sepupunya yang juga sepupu saya yaitu Roy Waworuntu, Inggrid Sompotan Waworuntu, tetapi tidak bisa kontak telpon selulernya. Akhirnya hubungi Alfred Raturandang yang berada di Bandung, ternyata Alfred juga tidak tahu, Tapi saya pesan saja agar hubungi rumahnya di Bandung.
Kalau Alo Umboh, saya punya kisah cukup berkesan, Yaitu saat bertanding ganda putra Turnamen Maesa Paskah di Kemayoran. Alo berpasangan dengan Sontang Tampubolon (alm) sedangkan saya berpasangan dengan John Kairupan. Pertandingan final ganda putra veteran dilakukan di stadion Pusat Tenis Kemayoran. Sebelum pertandingan, lawan lawan saya ini langsung sampaikan kalau saya dan John Kairupan di pur 2 dan taruhan uang. Sebenarnya saya tidak suka main tenis dengan taruhan. Tapi kali ini yang buat tergugah itu adalah di pur 2 itu. Ini yang bikin kesal, belum main udah dianggap enteng. Maka pertandinganpun berjalan seperti biasa dan disaksikan rekan rekan dari Maesa.
Saat kedudukan 6-6 maka sayapun menuju net dan beri salam karena sudah dianggap menang, tetapi penonton salah satunya rekan Boeli Londa (alm) langsung berteriak.
" Eh, belum selesai>" ujarnya karena tidak tahu kalau lagi taruhan.
Sayapun langsung katakan, kalau piala silahkan ambil, saya mau uangnya (taruhan) Rp. 300 rb untuk saya. " Piala voor ngana jo. Dirumah so banya piala. Yang susah mo ambe ngana pe doi." ujar saya sambil bercanda sehingga semua yang dengar ikut tertawa. Ikut turnamen tenis Maesa itu hanya sebagai ajang nostalgia atau reuni bertemu teman teman asal Sulawesi Utara. Dan bisa bercanda sesukanya. Tapi jangan coba coba kalau kalah, bisa beredar SMS keteman teman bahkan sampai ke kampung halaman kalau dikalahkan. Begitulah suasana dikalangan kawanua yang sulit diikuti rekan rekan lain daerah.
Pagi ini, saya terima telpon dari Johannes Susanto yang memberitahu kalau Sudarto salah satu staf sekretariat PP Pelti meninggal dunia sehari sebelumnya. Biasanya berita datang dari Sekretariat PP Pelti, tetapi kali ini belum ada beritanya. Langsung SMS ke Fahmi M dan Ani, dan dibenarkan berita tersebut.
Akhirnya tidak sempat kerumah duka (Taman Duta Cimanggis), pergi saja ke tempat pemakaman Karet Bivak. Martina Widjaja, Soebronto Laras juga hadir hari ini ditempat pemakaman.
"Selamat Jalan !"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar