Kamis, 14 Mei 2009
Untung Saya Ke Karawang
Jakarta, 14 Mei 2009. Untung saya pergi ke Karawang sekalian menyaksikan turnamen tenis Karawang Junior Open. Karena apa, saat dilapangan tenis, pelatih Bunge Nahor sempat membuat kaget dengan pertanyaannya yang tidak diduga sama sekali. Kenapa saya katakan untung ke Karawang. Akibat dari jawaban saya ini dimuat di blogger ini, penyelenggara turnamen Pontianak langsung protes ke PP Pelti karena merasa sudah kirimkan pendaftaran TDP ke PP Pelti tetapi tidak masuk dalam kalender TDP. Protes itu wajar wajar saja, yang saya anggap tidak wajar justru memojokkan salah satu pengurus yang dianggapnya memiliki blogger pribadi merugikan posisinya yang sudah merasa sangat berjasa dalam membangun pertenisan Indonesia. Tahu sendiri siapa pengurus yang mempunyai blogger pribadi ini.
Saya sendiri sempat kaget adanya TDP di Pontianak, karena sudah lama tidak terselenggarakannya TDP di Pontianak. Jelasnya sangat surprise. Memberikan jawaban sebenarnya, sehingga membuat pelatih Bunge Nahor sempat sewot dan marah dan menelpon langsung kepelaksana turnamen Pontianak yang lebih cenderung memarahinya dianggap tidak becus atau bahkan merasa ditipu dengan menggunakan tameng salah satu anggota pengurus Pelti. Memang Bunge pernah menyampaikan kepada saya yang mengatakan KATANYA si A , si B dan seterusya. Kok kata AFR bertentangan. Saya hanya sampaikan kepada Bunge , makan saja katanya tersebut. Gampang sekali mencek kebenaran dari Katanya tersebut. Coba tanya apakah ada SK Ketua Umum PP Pelti tentang pengakuan TDP tersebut. Bahkan perkiraan Bunge maupun orangtua petenis yang ikut mendengarkan, yang membuat SK TDP bukan Ketua Umum PP Pelti tetapi ketua bidang. Akibatnya Bunge penasaran juga dan ingin mengetest terhadap perkataan saya itu dengan langsung tanya ke Panpel Karawang Junior Open tentang keberadaan SK PP Pelti untuk Turnamen Karawang Junior Open ini. Akhirnya Bunge jelas melihat sendiri surat SK Ketua Umum PP Pelti. "Bunge, kok tidak percaya saya ya. Loe itu belajar tenis dari Bapak saya (alm). Masak saya mau bohongin eks murid Bapak saya. Tidak ada kamusnya itu." Bungepun baru sadar selama ini banyak sandiwara dilakukan pelaku tenis.
Ya, mereka lupa karena secara administrasi tentunya saya mengetahuinya semua arus surat masuk dan keluar PP Pelti. Mereka pikir saya ini type penipu terhadap masyarakat tenis. Mereka lupa saya ini bukan anak kemarin sore berkecimpung dipertenisan nasional, tidak seperti yang ada sekarang, baru kemarin sore sudah banyak mengaburkan masyarakat tenis. Ini yang harus dicegah. Teringat pula tulisan saya diblogger in dengan judul Jangan Ada Dusta.
Akibat pernyataan ini sehingga ada keinginan sesaat Bunge mengambil alih turnamen tersebut dengan menggunakan nama BNTP Junior Champs.
Memang kadang kala ada saja pihak pihak yang sangat ambisius mengangkat nama pribadi dengan menyerang institusi resmi agar bisa terangkat namanya ke tingkat nasional. Ini wajar wajar saja, karena saya sudah mengerti ini merupakan salah satu strategi dalam PR (public relations) campaign istilahnya.
Sebagai manusia yang waras tentunya berpikiran seharusnya pelaksana turnamen Pontianak berterima kasih karena saya memberikan jawaban sebenarnya. Coba jikalau saya diam diam saja , tentunya turnamen yang dipromosikan dengan gencar sebagai TDP ternyata hasilnya tidak dapat PNP bagi pesertanya.Hal ini tidak perlu terjadi jikalau mau mengikuti aturan yang dibuat oleh Pelti sebagai induk organisasi pemilik TDP tersebut. Apa akibatnya jika masyarakat khususnya orangtua petenis merasa dibohongi dengan promosi mengatas namakan salah satu pengurus Pelti.
Langsung hari itu juga PP Pelti menerima formulir pendaftaran TDP Pontianak tersebut yang dikirim melalui email ke email PP Pelti, dan saya langsung memproses seperti turnamen lainya untuk dibuatkan SK Ketua Umum PP Pelti dengan menentukan nama petugas Refereenya.
Tentunya harus mengikuti aturan atau ketentuan TDP. Jika tidak mengikuti aturannya maka pencabutan terpaksa dilakukan seperti yang terjadi di TDP sebelumnya ada pencabutan tersebut akibat pembangkangan. Akibat pencabutan TDP, yang jadi kambing hitam selalu saya. Dianggap mengganggu kinerja mereka, padahal saya hanya mau mereka itu mengikuti peraturan yang sudah baku dibuat oleh induk organisasi tenis. That's all.
Melihat surat protes yang dikirim dengan email, saya sendiri sedikit geli juga, begitu juga komentar karyawan sekretariat Pelti. Karena dikatakan Pelti yang harus mencek apakah Formulir Pendaftaran TDP yang dikirimkannya ke PP Pelti sudah atau belum diterima. Saya menikmati sekolah di Indonesia sejak kecil dari Sekolah Rakyat (bukan SD) sampai Universitas tidak pernah diajarkan jika kita mengirimkan surat kepihak lain, maka sipenerima yang harus mencek apakah mengirim surat tersebut. Ini benar benar aneh bin ajaib. Tidak ajaib karena saya sudah tahu ada indikasi kecendrungan ingin menguasai atau mendikte induk organisasi di Indonesia.
Begitulah nasib jika duduk dalam kepengurusan olahraga ada saja tudingan negatip akibat iri maupun tidak tersalurnya keinginannya pribadi bisa menembus kedalamnya. Saya sendiri jika membaca berita yang dikeluarkan oleh situsnya sendiri dengan memojokkan nama pribadi atau jabatan, tidak ingin sama sekali mengajukan protes. Padahal beberapa rekan menganjurkan untuk menulis surat resmi kepadanya untuk protes. Hal ini tidak akan saya lakukan, maklum seperti orang bijak katakan
, " Biarkanlah anjing menggonggong, kafilah tetap berlalu."
Lebih baik melayani pihak pihak yang berpikiran positip agar tenis didaerah bisa maju dan rekan rekan yang masih memiliki etika dalam menjalankan roda pertenisan Indonesia . Caranya memberikan motivasi kepada mereka bagaimana caranya membuat turnamen tenis. Tidak perlu harus memonopolinya. Cukup dengan mengajarkan dan memberikan contoh langsung kepada mereka dengan jelas dan trasparan sehingga ada keinginan mereka selenggarakan Turnamen tenis tanpa ketergantungan kepada seseorang. Inilah AFR sebenarnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar