Jakarta, 26 Maret 2015. Hari ini saya terima telpon dari salah satu rekan orangtua petenis putri yang sering berkomunikasi dengn saya masalah tenis Indonesia. Beberapa hari lalu saya juga mnerima telpon dari salah satu orangtua petenis putri yang putrinya akan dikirimkan mewakili Indonesia ke Junior Fed Cup di Australia bulan April mendatang.
Kedua keluhan adalah membicarakan hal yang sama yaitu masalah pelatih tenis yang kebetulan ditunjuk oleh induk organisasi kita.
Oleh orangtua yang anaknya terpilih menyampaikan kalau ada keinginan salah satu putranya ikut mendampingi adiknya ke Austraia. Permintaan telah diajukan tetapi kelihatannya tidak bisa.
Seharusnya pelatih ini konsentrasi terhadap tanggung jawab yang diberikan kepadanya yaitu tim putra.
Kalau orangtua yang satu ini mempertanyakan masalah segi negatip dari pelatih yang satunya. Memang sudah menjadi rahasia umum katanya kalau pelatih ini yang status duda (karena ditinggal sang istri), sering memacari atletnya putri dibawah asuhannya. Disebutkan korban lainnya, yang sebenarnya saya sudah mendengar tetapi tidak mendengar langsung dari atletnya.
Pembicaraan antara atlet tenis khusus putri sudah sering terjadi melihat gelagat pelatih tersebut yang menampung atlet putri dirumahnya tanpa ada istri lagi.
Sebenarnya saya tidak mau ikut camur, hanya saja saya menerima telpon denga pembicaraan hangat saja yang bisa saya sampaikan. Ya, beginilah nasib petenis kita yang orangtuanya tidak sadar atas kejadian seperti ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar