Jakarta, 8 Juni 2014. Sewaktu saya membuka facebook ada komentar yang mengelitik yang saya baca atas penjelasan dari salah satu rekan pelaksana turnamen. Agak geli juga karena dalam memmbela diri disebutkan satau istilah baru yaitu Senior Referee Peti. Ini benar benar istilah baru selama saya berkecimpung dipertenisan Indonesia. Bahkan dianjurkan jangan lemparkan isu jika tidak tahu permasalahannya. Ya, betul sekali anjurannya tersbut. Tetapi yang agak aneh yatu memberikan gelar kepada rekan yang diakuinya sebagai Referee TDP adalah Senior Referee Pelti.
Kaget dan tertawa yang bisa saya sampaikan, karena sewaktu masalah ini diungkapkan dimedia socia (FB) oleh salah satu anggota pengurus Pelti didaerah, justru mendapatkan komentar tersebut.
Sepengetahuan saya, sampai saat ini ada yang dilupakan oleh PP Pelti sejak dulu kala yaitu pendidikan Referee. Kalau ITF sudah ada jenjang tersebut, bahkan saya ditawarkan oleh rekan Referee di LN tetapi saya menolaknya.
Pelti sewaktu itu hanya memperhatikan wasit wasit yang dikenal dengan wasit White Badge untuk menjalankan tugas sebagai Referee Nasional. Sedangkan Turnamen akan banyak sehingga so pasti Pelti akan kekurangan Referee. Sayapun buat terobosan sewaktu masih menjabat di PP Pelti, dengan mengangkat beberapa WASIT Nasional menjadi Referee karena kemampuannya seperti Sukardi (DKI), M.Yusuf (Makassar), Irianto Rompas (Luwuk), Parjan (DKI). Tujuannya juga meringankan pelaksana TDP didaerah daerah. Dan saya harus ikut membmbingnya juga seaaktu itu Dan juga untuk merintis menjadi Referee TDP Nasional maka diperbantukan beberapa wasit nasional menjadi asisten Referee seperti Firdaus (Palembang), Ariesno (DIY). Tujuannya agar tidak menganggu jalannya TDP Nasiona.
Nah, kok sekarang ada julukan baru karena menggunakan salah satu petugas yang saya kenal sejak tahun 1980 dan bahkan pernah bergabung disekretariat Pelti sendiri. Dia ini setahu saya hanya petugas meja pertandingan, dan tidak pernah jadi Referee.
Nah, kalau sudah begini bagi saya hanya bisa terima kenyataan kalau betul statement rekan saya itu. Yang penting apakah PP Pelti menerbitkan SK TDP yang ditanda tangani oleh Ketua Umum PP Pelti dengan mencantumkan nama tersbut sebagai Referee. Nah kalau iya, ini ada perubahan baru atau memang rekan2 di Pelti sendiri tidak tahu aturan turnamen. Karena saya sempat SMS kesalah satu petinggi Pelti yang mengerti turnamen, jawabannya adalah setahu saya selaa ini referee tidak pernah diangkat. Tetapi kemudian saya sampaikan permasalahan yang terjadi maka jawabnnya adalah yang saya maksudkan tadi bahwa selama ini kita tidak pernah menetapkan status seseorang sebagai referee seperti yang dilakukan ITF.
Memang kesalahan selama ini Pelti tdak lakukan pendidikan Referee dan saya anjukan ke Pelti agar segera dibuatkan karena makin banyak turnamen maka dibutuhkan sekali tenaga Referee tersbut apalagi bisa terjadi pelaksanaan turnamen bisa bersamaan waktunya maka Pelti akan kewalahan mendapatkan tenaga Referee. Ini hanya anjuran saya saja . Kalau diangap tidak perlu itu hak mereka saja. Hanya sayang sekali karena turnamen adalah kebutuhan atlet.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar