Jakarta, 3 Oktober 2013. Ada satu lagi pengalaman saya ketika duduk didalam kepengurusan Pelti tingkat Daerah. Waktu itu saya duduk dikomite pertandingan Pengda Pelti DKI Jakarta dan juga di Komite Dana.
Waktu itu saya dipercayakan menjadi Direktur Turnamen Piala Thamrin (saya lupa tahun berapa, kurang lebih 1996-97). Dan duduk dalam kepengurusan beberapa konglomerat sebagai Wakil Ketua. Dan saya tidak lupa Wakil Ketua yang membidangi Pertandingan adalah Soegeng Suryadi (bos KODEL).
Karena kesulitan dana timbul akal saya agar bisa tergugah bos bos seperti ini. Karena kelihatannya susah ketemu karena kesibukannya. Maka akalpun datang.
Sayapun buat press Release kekoran koran, kalau Panpel Piala Thamrin kekurangan dana. Dan beritanya keluar dikoran koran nasional. Apa yang terjadi, saya ditilpon oleh Soegeng Suryadi menanyakan butuh berapa duit. Begitulah yang terjadi. Begitu juga bos lainnya yang duduk dalam kepengurusan Pengda Pelti DKI. Ada bos otomotif, ada juga Walikota Jakarta Utara. Berhasil sudah saya bisa menark perhatian beliau ini. Maka pelaksanaanpun tidak ada kesulitan.
Jadi kalau kita duduk dalam kepengurusan Pelti khususnya di pertandingan seharusnya punya kewajiban agar pertandingan sebanyak mungkin didaerahnya. Nah, carilah terobosan terobosan sehingga bisa terlaksana program Pelti sendiri sebagai induk organisasi tenis di Indonesia.
Saya juga kadang kala gemas dengan rekan2 yang duduk dalam kepengurusan Pelti baik didaerah maupun cabang kalau tidak berbuat apa apa tetapi ngomongnya gede bahkan suka menjelekkan ketuanya sendiri. Cara berpikir seperti ini harus direvormasi dulu. Bahkan pernah saya berbicara dengan rekan didaerah tentang pentingnya pembinaan yunior tetapi dijawab dia membina VETERAN. Langsung saya semprot kalau veteran itu tidak perlu dibina tetapi dibinasakan. Diapun kaget. Menurut saya Veteran itu orangnya sudah mapan sehingga tidak perlu dibina ataupun didanai lagi oleh induk organisasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar