Manado, 26 Nopember 2012. Sedih hati setelah berada di Manado. Sedih bukan karena masa jabatan di PP Pelti telah berakhir, tetapi sedih karena kota Manado tidak ada petenis yuniornya, Saya selenggarakan turnamen RemajaTenis di Manado dengan tujuan agar petenis kota Manado dapat kesempatan ikut bertanding dengan beaya minim dibandingkan kalau harus keluar kota. Apa lacur jadinya , peserta dari kota Manado hanya 1 saja sedangkan kota Tondano justru 10 pesertanya. Begitu juga dengan Ternate (Maluku Utara), Serui (Papua), Mamuju (Sulawesi Barat) bisa kirim atletnya. Disamping itu pula kalau RemajaTenis diselenggarakan di Jakarta, ada 4-6 petenis asal Manado ikut serta.
Akhirnya saya mencoba bertanya kepada salah satu rekan saya yang juga petenis veteran. Begitu juga teman teman lainnya. Mereka menyalahkan kepada Pelti Sulut yang mati suri hanya menang aksi saja, begitu kesan mereka dan diungkapkan kepada saya. Di Mando sudah tidak ada petenis yuniornya. Begitu kesan mereka katakan. Alasan lainnya dikatakan petenis Manado sedang ikut POPWIL di Manokwari. Tapi itu hanya 4 putra dan 4 putri saja dan biasanya kelompok 14-16 tahun. Kemana yang 10 tahun dan 12 tahunnya.
Sedih dan sedikit marah juga lihat Sulawesi Utara sebenarnya gudang talet tapi kenyataannya mati.
Saya sempat bertanya kepada rekan saya lainnya. Jawabannya dikatakan kalau dia sanggup kirimkan pemain veteran. Waduh jawabannya aneh dan konyol menurut saya. " Kenapa membina veteran yang seharusnya dibinasakan. Kalau mau membina ya yuniorlah. Ujar saya langsung. Tidak heran kalau ada kegiatan Maesa di Jakarta , Sulawesi Utara aktif kirim petenis Veteran dengan beaya dari institusi setempat. Kalau Veteran sebenarnya tidak perlu dibeayai karena mereka sudah mapan gitu. Sedih sekali melihat langsung pembinaan tenis di Sulawesi Utara.
Keluhan keluhan tentang kinerja Pelti setempat sudah lama saya dengar langsung dari pelatih, orangtua di Manado. Ini akibat ulah salah satu pengurus Pelti sendiri. Ya, selama dia duduk dikepengurusan tersebut,tenis di Sulut akan tenggelam. Ini jaminan saya sendiri. Sedih sekali jika saya bandingkan dengan di Kalimantan, Sumatra, Nusa Tenggara yang terlihat jelas petenis yuniornya tumbuh dengan baik. Sayapun sempat berbincang bincang dengan rekan rekan di lapangan tenis Sario. Buat apa duduk dikepengurusan Pelti kalau cuma nampang doang. Buatlah sesuatu untuk tenis. " Saya malu kalau duduk di Pelti tidak berbuat sesuatu untuk tenis."ujar saya sangat kesal. Akhirnya saya diberitahu tadi yang ikut mendengar keluhan saya itu juga anggota pengurus Pelti setempat. Saya tidak kuatir kalau ada yang tersinggung mendengar celotehaan saya ionio. Ini saya lakukan agar tenis bisa berkembang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar